21

397 49 2
                                    

*Di atap sekolah

POV ARAN

"Udah 4 bulan hidup gua gini gini mulu, kek buronan takut ketawan, tapi aku gini juga demi kebaikan kamu dan aku sendiri chik. Jujur aku kangen... kangen banget tapi aku ga bisa ketemu kamu demi sembuhin luka ini. Luka ini aku yang mulai, aku juga yang harus mengakhiri" Aran melihat awan

Aran memakai earphone dan memejamkan matanya.

Mendengarkan lagu- bohongi hati-Mahalini.

Matahari yang menyorot langsung ke wajah aran. Teriknya matahari tidak membuat aran takut, disitulah aran mendapatkan kehangatan.

Tak lama, sorotan matahari tertutup bayangan seseorang. Aran membuka mata, lagi-lagi dia. Dia seseorang yang menemaniku di atap ini selama 4 bulan. Aku tau dia menaruh perasaanya padaku, terlihat dari sifat dan juga akhir akhir ini dia lebih terus terang.

Jujur, aku ga bisa menjadikan dia sebagai penggantinya. Aku tidak mau menyakiti orang sebaik dia. Mungkin bisa saja yang dia bilang, kalau dia mau membantu aku melupakan dia. Tapi disisi lain, aku tidak ingin menjadikan dia seperti pelampiasan.

Memang benar masalah bisa selesai dengan adanya solusi, orang sakit akan sembuh dengan adanya obat. Tetapi manusia tidak bisa disamakan dengan masalah dan juga obat.

Manusia bisa menimbulkan masalah, namun manusia itu jugalah yang harus menyelesaikannya. Sedangkan manusia membutuhkan obat jika sakit, balik lagi tapi manusialah yang menyebabkan sakit itu ada. Sakit didiri kita, kita jugalah yang harus menyembuhkan.

I benci diriku sendiri, tapi I juga mencintai diriku sendiri.

"Terimakasih kak shani" ucap aran dalam hati senyum aran pada shani

"Aku yakin kamu bakal dapat cowok yang benar benar lebih dari aku, aku yakin itu" ucap dalam hati masih menatap shani

"Apaan lihat lihat, senyum senyum lagi. Udah mulai suka aku ya" ucap shani dibalas senyuman aran

"Kamu aneh, kenapa selalu buang buang waktumu disini" shani yang udah duduk disamping aran

"Menurutku aku engga membuang waktuku, aku memanfaatkan waktuku dengan menemani kamu disini" shani tersenyum menatap aran

"Iyadeh iya" menoel hidung shani. Percuma saja itu yang selalu shani jawab.

"Tadi aku liat chika lagi, dan dia masi mencari kamu, Ran" ucap shani serius

"Kenapa? Mungkin dia udah bisa berdamai sedangkan aku masi belum" ucap aran tersenyum miris

"Aku denger juga, vito cari kamu juga"

"Tuhkan bener, mungkin mereka juga udah sekongkolan, aku udah lama ga nongkrong jadi ga tau deh" ucap aran

"Aran"

"Ya" masih melihat depan

"Liat aku" menghadapkan kepala aran ke arahnya

"Jangan jadi pengecut, dengan menolak aku, tapi ga berani bertemu chika. Kamu juga harus bisa berdamai ran. Aku dah bilang aku ga butuh kamu balas perasaanku, biarin aja perasaan ini mau bertambah ataupun berkurang. Dengan aku udah deket sama kamu sekarang, aku udah sangat cukup sneng " senyum shani

"Huh... kak shani, terimakasih. Terimakasih karena sudah mencintaiku melebihi diriku mencintai diriku sendiri. Aku memang pengecut aku juga ga bisa nerima kak shani, karena aku juga sayang kak shani, aku ga mau kakak terluka karena aku. Aku syang, sayang sebagai teman" menatap shani dalam

"Dalam waktu 4 bulan ini mungkin udah cukup aku mengobati diri. Aku akan berdamai dengan keadaan" senyum aran

"Aku sayang kamu, Aran" ucap shani menatap depan

4 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang