Aran dan shani sudah kembali ke tenda masing masing. Aran memikirkan ucapan shani barusan, dia tidak boleh mengakhiri semua ini kalau belum pernah memulainya.
Oke. Mulai besok dia akan berjuang untuk memiliki chika seutuhnya. Menjadikan chika peri kecilnya selamanya.
"Ngrookkk" bunyi orokan ollan
Aran tertawa. Bisa bisanya sedang overthink malah ada suara orokan. Ga mendukung sekali suasananya.
***
Lapangan terisi barisan siswa yang sedang mengikuti upacara penutupan. Aran sedari tadi mencari cari chika. Dimana dia, kenapa tidak ada. Selesai upacara aran bertemu dengan vito. Aran Berlari menghampirinya."Vit, Vit. Chika kemana, kok gua nggak liat" tahan aran memegang bahu vito.
"Tadi dia ijin ke UKS. Katanya pusing semalam susah tidur" ucap vito. Aran mengangguk dan berterima kasih setelah itu pergi.
Pintu UKS terbuka dengan keras. Aran berlari ngos ngosan, membuka tirai 1 tidak ada chika. Lanjut ke tirai 2 dan ternyata ada chika. Chika kaget siapa yang membuka pintu sekeras itu. Ini kan UKS.
Saat tirai terbuka menampilkan aran dengan kerigat dan wajah merah karena kepanasan habis upacara. Aran mendekat mengecek tubuh chika.
"Kamu gakpapa? Udah tau ga bisa tidur kenapa nggak ke tenda ku. Hilangin gengsinya dong, nanti sakitt siapa yang ribet" ucap aran
"Kamu nggak boleh capek, chikaa" ucap aran lembut
Chika kaget, kenapa aran sampai segininya. Dia hanya susah tidur, sehingga kecapean terus akhirnya pusing.
"Apa si ran, siapa juga yang gengsi. Masa aku harus bergantung sama kamu terus. Kan ga mungkin, nanti kita akan punya kehidupan sendiri sendiri" ucap chika melepas pegangan aran.
"Iya deh maaf kata kataku barusan. Gapapa kamu bergantung sama aku terus, aku suka" ucap aran tersenyum
"Kamu sendiri yang bilang kalau aku ga bole ketergantungan. Udah ah mau pulang, males berantem" ucap chika turuna dari ranjang uks.
Aran menghadang chika. Chika belok kanan aran ikuti, begitu sebaliknya. Sampai chika kesal, apasih mau aran.
"Minggir, aku udah ditunggu vito" mendorong aran kesamping. Aran yang mendengar itu langsung menarik chika dan memeluknya.
"Jangan. Kamu pulang sama aku aja, jangan pulang sama cowok lain" aran. Chika menepis pelukan aran.
"Kan kamu yang mau deketin aku sama vito kan, aku turutin. Dan sekarang kamu juga yang nyuruh aku jangan deket cowok. Jangan mainin hati seenaknya, aku tau aku sakit. Tapi jangan karena aku sakit kamu jadi kasihan, arannn" chika yang sudah tidak bisa menahan emosi
"Memang mencintai dalam diam itu indah. Tapi lama kelamaan itu menyakitkan. Sudah seharusnya aku nggak salah mengartikan kebaikan kamu dan memakai perasaan dalam persahabatan kita" ucap chika tersenyum tetapi air matanya keluar.
"Maaf" aran pelan
"Gapapa, ini bukan salahmu kok ran. Kamu tetep sahabatku, kamu tetap laki laki yang pertama yang mengisi tempat spesial di hati aku. Makasih ya selalu ada" ucap chika menghapus air matanya.
"Aku memang cewek lemah, apalagi tentang perasaan. Aku ga bisa menyimpan rasa cemburu. Tapi aku juga ga bisa berbuat apa apa. Sakit tapi seolah kita tidak bisa mencari obatnya"
Aran menghapus air mata , mengenggam kedua tangan chika.
"Maaf, Maaf aku terlambat membalas perasaan kamu. Aku takut kalau kita mengubah status nantinya kita akan pisah, jauh atau malah berantem dan mungkin kamu nggak mau ketemu aku" aran mengangkat dagu chika untuk melihat matanya.