“Po po... la la... kunyi booo.”
Aran tak paham. Bagaimana atau dari mana Ferrel belajar bersenandung?
Namun, satu hal yang pasti, nyanyian si bayi cukup mengganggu. Akan tetapi, tak begitu mengusik. Lantaran Aran mulai membiasakan diri, menangkap suara-suara semacam itu dan nyaris tidak pernah protes.
Pria itu cukup bergumam, “Kayaknya, Chika terlalu manjaain lu!” Matanya teralihkan sebentar dari layar laptop. Jemarinya berhenti mengetik dan kembali memperhatikan Ferrel yang sibuk dengan dunianya.
“Eh he.” Suara itu sudah Aran kenali sebagai tawa dari putranya.
Bayi itu tergelak, bersama mainannya. Tak sedikit pun menyadari keberadaan sang ayah. Aran tak ambil pusing, bukankah itu bagus? Dengan begitu Ferrel takkan merepotkanya.
Aran mengembalikan seluruh atensinya pada layar di depannya. Kembali menekuni pekerjaan apapun yang tadi ia mulai. Cukup lama dalam ketenangannya, tanpa gangguan Si Dedek. Hingga tahu-tahu ia merasa sekitar nyeri yang cukup menusuk di kakinya.
“Adoooh!” Aran Terlonjak dengan nada suara yang agak melengking, nyaris memekik.
Matanya menelisik turun dan mendapati Ferrel yang menggigit ibu jari kakinya. Si bayi terbaring menelungkup. Akan tetapi, kepalanya terangkat, menatap sang ayah seakan-akan ingin meminta sesuatu.
“Tutu!”
Aran mengerutkan kening mendengarnya. Coba mengingat apapun yang berhubungan dengan kata itu, untuk mengetahui maksud Ferrel dan akhirnya...
“Oh shit!” Mata Aran melebar seiring umpatan keluar dari mulutnya. Pria itu bergegas meraih si dedek mengangkatnya dari lantai, hingga berlari ke arah toilet.
“Ga, gak. Tahan! Jangan keluarin sekarang, Okay!” Pria itu meracau panik.
Aran merentangkan kedua tangannya dan menjaga jarak saat mengangkat Ferrel ke depan sejauh mungkin yang bisa tangannya rentangkan.
Setiba di toilet, ia berjongkok sembari menurunkan Ferrel untuk melepas popok yang dipakai bayinya, lalu mendudukkannya di pispot bayi yang baru saja dia beli.
Ferrel membulatkan matanya. Namun, bibirnya tetap mengirimkan cengiran. Tangan kecilnya meraih kepala bebek yang terhubung dengan pispot yang didudukinya. Sebelum, ekspresi tembamnya berubah menjadi ekspresi...
Uuuh....
Kalian tahu, ‘kan ekspresi saat seorang bayi berusaha mengeluarkan isi perutnya? Yaaa, begitulah...
Aran mengembuskan napas panjang. Ia masih berjongkok di hadapan si bayi yang sedang sibuk dengan‘bisnis’ barunya.
Ketika itu Aran nyaris menepuk kepalanya sendiri dengan bangga. Bagaimana pun, ini menahan si bayi untuk tak buang air di ruang tengah apartemennya. Ini salah satu keberhasilan yang patut diacungi jempol.
Setelahnya, pria itu lagi-lagi menemukan keberhasilannya membersihkan bokong Ferrel dengan air mengalir. Ia berdiri dan berjalan menuju ruang tengah, mengambil popok baru untuk putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL (Chikara)
Teen Fiction🔞+21 Berkisah tentang Aran seorang eksekutif muda yang tiba-tiba didatangi oleh wanita dari masa lalunya. Perempuan yang pernah one night stand dengannya itu, meminta Aran bertanggungjawab untuk mengasuh bayi mereka. Padahal, sekarang pria itu sud...