Chika berdiri di tengah kamar, tangannya sibuk mengeluarkan pakaian dari koper besar yang nyaris memenuhi ranjang. Bau lembap dan pengap menyeruak, menusuk hidungnya seperti serangan mendadak.
Jari-jarinya bergerak cepat, menarik baju-baju dengan sentakan keras yang membuat suara gesekan kain bergema di ruangan sempit itu. Udara di sekitar terasa hangat dan berat, membuat keringat mulai membasahi keningnya.
"Sumpah, Kak, kamar kita sempit banget!" keluhnya, suaranya serak dengan frustasi, matanya berkilat marah saat dia melempar sepotong pakaian ke tempat tidur.
"Yaudah sih, terima aja!" Eli berusaha menenangkan, berdiri di dekat pintu dengan senyuman yang terasa dipaksakan. Matanya yang penuh kekhawatiran berusaha menemukan ketenangan di wajah Chika, namun gagal.
Tiba-tiba, lampu kamar padam. Kegelapan menyergap seperti selimut tebal, menelan semua cahaya dan membuat napas Chika tercekat. "Ya ampun, mana baterai ponselku tinggal 5 persen!" serunya, panik. Tangannya meraba-raba tas dengan gemetar, mencari ponsel untuk menyalakan senter. Sentuhan dingin ponsel di tangannya hanya sedikit menenangkan kegelisahannya.
🖤🤍🖤🤍
"Iya, tadi siang aku ketemu Aran. Nggak nyangka banget bisa ketemu lagi setelah sekian lama. Dia masih charming kayak dulu," suara Anin terdengar lembut dan hangat, mengalir di kamar yang tenang seperti alunan musik klasik. Matanya berbinar, bayangan dirinya di cermin rias tampak begitu puas.
Di kamar sebelah, Anin berdiri di dekat jendela sambil menelepon, matanya terpaku pada bayangan dirinya di cermin.
Angin malam yang sejuk membawa aroma rumput basah dari luar, menyejukkan udara di kamar. Tiba-tiba, suara langkah ringan terdengar dari balkon. Sosok misterius melompati pagar dan masuk ke kamarnya, topeng badut yang menyeramkan menyembunyikan wajahnya.
Omaigad! Jantung Anin berdetak kencang, darahnya seperti membeku saat melihat pria bersetelan hitam berdiri di belakangnya. Kakinya gemetar saat ia berusaha berlari menuju pintu, tetapi pria ber-hoodie hitam itu dengan cepat menangkap pinggangnya, menjatuhkannya ke kasur. Bau keringat dan parfum murahan dari pria itu menusuk hidungnya, membuatnya mual.
"Tolong, jangan bunuh aku, aku mohon," suaranya gemetar, matanya berkaca-kaca dengan air mata yang siap mengalir. Hatinya serasa remuk, berdebar kencang tak beraturan.
Pria bertopeng itu merunduk, mengunci pergelangan tangannya di atas kepala. Sentuhan kulitnya yang dingin membuat Anin tersentak, suara napas berat pria itu terdengar menakutkan di telinganya.
"Aku bakal ngasih uang, tapi tolong jangan bunuh aku," rintih Anin, suaranya serak dan putus asa. Bau nafas pria itu yang seperti asap rokok basi membuatnya ingin muntah.
Pria bertopeng itu mengangguk pelan, lalu menyuruhnya bernyanyi sambil menutup mata. Dengan tangan gemetar, Anin mulai bernyanyi, suaranya patah-patah, terdengar lemah dan penuh ketakutan. Lagu itu terdengar hampa, seperti bisikan di ruang gelap.
Saat Anin sibuk bernyanyi, pria bertopeng yang ternyata Aran, melompat menuruni terali balkon. Bau logam dingin dari terali terasa di tangannya saat dia cepat-cepat membuang jaket dan topeng badutnya ke tempat sampah.
Aran mengetuk kamar Anin yang berada di samping kamarnya, merasakan denyut jantungnya yang masih berdegup kencang dan keringat dingin di telapak tangannya.
Gedoran pintu membuat para artis dan staf berbondong-bondong mendekati sumber suara. Aran mendobrak pintu dan menemukan Anin terisak di kamar, wajahnya basah oleh air mata. Matanya yang biasanya cerah kini tampak keruh dan penuh ketakutan.
"Anin, kamu kenapa?" tanya Aran dengan nada cemas, matanya penuh kekhawatiran, merasakan kehangatan tubuh Anin saat dia memeluknya erat.
"Ran, tadi ada penguntit di sini!" Anin memeluk Aran erat, tubuhnya bergetar, memohon perlindungan. Suara isak tangisnya terasa seperti pisau yang menusuk hati Aran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL (Chikara)
Teen Fiction🔞+21 Berkisah tentang Aran seorang eksekutif muda yang tiba-tiba didatangi oleh wanita dari masa lalunya. Perempuan yang pernah one night stand dengannya itu, meminta Aran bertanggungjawab untuk mengasuh bayi mereka. Padahal, sekarang pria itu sud...