“Hei, beib!” Senyum manis secara otomatis terpahat di bibir Aran setelah pintu di hadapannya terbuka lebar.
Chika memasang wajah datar, matanya meneliti lelaki yang muncul di hadapannya itu dari ujung rambut sampai pangkal kaki sebelum kembali menatap wajah tamunya. “Kamu, ngapain di sini?”
“Emangnya salah ya, kalo gue mampir tanpa alasan?”
“Ya enggak, sih, tapi belakangan ini jadi terlalu sering, dan itu bikin aku sedikit curiga kamu punya agenda terselubung. Apalagi, kamu orangnya super sibuk.”
Chika kembali masuk ke unitnya, membiarkan pintu terbuka, tanda izin bagi Aran masuk meski ia tak mengutarakannya.
“Ini malam minggu dan gue gaada kegiatan apa-apa, Chika.” Pria itu melangkah masuk kemudian menutup pintu di belakangnya, matanya bekerja secara otomatis memindai seisi ruangan.
“Kamu nyariin apa?” tanya si empunya hunian yang menyadari jelajahan mata lelaki di belakangnya.
“Di mana gumpalan lemak favorit aing?” Aran menjawab dengan pertanyaan lain.
Chika memutar bola matanya sebelum mematikan televisi. “Ferrel dia ada di kamarnya.”
“Oh gitu, ini gue mau kasih dia sesuatu,” respon Aran dengan senyum penuh, tangannya mengangkat boneka lumba-lumba yang masih terbungkus plastik transparan.
“Mainannya masih banyak, Ran!” Chika menghela napas, sedikit tak nyaman dengan sifat memanjakan Aran yang benar-benar sulit untuk dibendung.
“Makin banyak, makin rame, makin bagus!” Aran mengedipkan sebelah matanya sebelum berjalan ke kamar putranya.
Pria itu melongokkan kepalanya sebelum masuk dan ia mendapati dedek bayi duduk di lantai dengan mainan mengelilinginya. Namun, tangannya kini memegang satu mainan yang merupakan pemberian sang ibu.
Ngomong-ngomong soal Fiony, Aran cukup tak menduga wanita itu terlihat begitu menerima putusnya hubungan mereka. Well, setidaknya Fiony terlihat bertingkah biasa saja saat mereka bertemu kembali minggu lalu.
Fiony memang sudah seharusnya mudah menerima keadaan. Mengingat, dialah yang memutuskan Aran terlebih dahulu. Lagipula, masih banyak lelaki yang lebih baik untuknya selain Gibran. Sedangkan Aran sendiri, ia merasa telah memiliki rumah yang ingin ia jaga sepenuh hati.
“Chucky,” panggilnya.
“Chu Chuuu!” si Debay reflek memutar kepalanya ke sumber suara, begitu namanya disebut. Ia mendongak sebelum merangkank cepat menuju ayahnya. “Daa da!”
“Hey, what's up, Boy?” Aran memperlihatkan bakal mainan baru kepada si anak, kemudian melepas bungkus plastik sebelum mengangkat Ferrel ke dalam gendongannya.
Perhatian si gembul otomatis terserap kepada benda lembut yang ayahnya bawa, jemari bantetnya mulai menunjuk-nunjuk. “Daa da cheku ku.”
“Gue gak ngerti bahasa lo, tapi this is for you, nak!” Aran mengecup singkat pipi tembam putranya itu.
Kedua tangan Ferrel menggapai di udara, mengambil alih boneka lumba-lumba itu dari sang ayah kemudian tawa senangnya meledak mengisi penjuru ruangan. Tubuhnya berguncang gembira di dekapan sang ayah.
Aran menurunkan si bayi kembali ke lantai. Membiarkan Ferrel merangkak membawa mainan barunya ke dekat boks tempat tidur. Bayi gempul lalu meletakkan boneka barunya di bawah ranjang boksnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL (Chikara)
Teen Fiction🔞+21 Berkisah tentang Aran seorang eksekutif muda yang tiba-tiba didatangi oleh wanita dari masa lalunya. Perempuan yang pernah one night stand dengannya itu, meminta Aran bertanggungjawab untuk mengasuh bayi mereka. Padahal, sekarang pria itu sud...