17. Remuk Redam

894 104 40
                                    

Chika terbangun di kamar Aran. Udara sejuk dan harum mawar menyelimuti ruangan. Mawar di sekeliling kamar memberikan aroma lembut yang menyegarkan. Cahaya mentari pagi menyelinap melalui kisi-kisi jendela besar, mewarnai dinding dengan nuansa hangat yang kontras dengan interior mewah kamar tersebut. Tirai sutra tipis bergerak lembut ditiup angin, menambah suasana damai.

Saat dia merintih di bawah selimut, gedoran pintu membuatnya tersentak. Matanya terbuka perlahan, merasakan kelembutan di udara namun juga ketegangan yang mulai memenuhi ruang.

"Lu kenapa sih, Chik?" Eli, manajernya, berbicara keras dari sisi lain pintu. "Di telfon gak diangkat, line juga gak dibalas. Untung gue punya firasat lu pasti ke sini sama dia."

Suara Eli memecah keheningan pagi. Chika menggeliat keluar dari selimut, tubuhnya masih terasa kaku. Dia berusaha menghadapi kenyataan bahwa hari ini akan berbeda. Suaranya keluar serak, "Kak, kita ketinggalan pesawat, ya?"

Eli menggelengkan kepala dengan ekspresi frustrasi. "Gue khawatir elu. Lo sibuk mikirin pesawat? Lu jangan main-main, Chik." Jeritannya memenuhi ruangan, memantulkan ketegangan yang melanda hati Chika.

Detak jantung Chika semakin cepat. "Kak, ini maksudnya apa?"

Eli tidak bisa menyembunyikan amarahnya. "Diam dan lihat ini!" Dengan gerakan cepat, Eli meraih remote TV di meja samping dan menyalakan layar besar di depan mereka.

Cahaya tajam dari layar memantulkan wajah-wajah mereka dengan intensitas hampir menakutkan, menciptakan aura tegang. Layar TV menampilkan berita infotainment yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Seorang presenter kondang dengan wajah serius menyampaikan berita. "Selamat siang, sobat tubir. Kami hadir dengan berita mengejutkan dari dunia hiburan yang sedang ramai menjadi sorotan. Yessica Tamara Siallagan, penyanyi pendatang baru yang tengah meniti karier cemerlang, kini terjerat dalam skandal keluarga yang menghebohkan jagat raya."

Chika menatap layar TV dengan tatapan kosong, matanya menangkap setiap kata yang terucap.

Pembawa berita melanjutkan, "Penyanyi yang mengawali debut single hit-nya, 'Satu Kali Lagi', baru saja terlibat sebuah rahasia besar. Dalam video yang beredar, terungkap bahwa Chika merupakan putri dari penyanyi pria paling legendaris, Vino Alexander Siallagan."

Chika merasakan denyut jantungnya melonjak, napasnya terengah-engah oleh gelombang emosi yang menghantui. Setiap kata dari layar TV merayap ke dalam pikirannya, membakar rasa cemas dan ketidakpastian. Darahnya berhenti mengalir, dingin menggigit kulitnya meskipun udara pagi hangat.

Di balik layar, wajah Vino Alexander terpampang dengan ekspresi geram dan penuh frustrasi. "Saya tegaskan sekali lagi, saya tidak pernah berselingkuh atau punya anak dari hubungan terlarang. Ini fitnah, dan jangan tanya lagi, tolong."

Niat hati ingin mengejutkan malah dia yang dikagetkan. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Dan yang sebelumnya terjadi sesuai mereka bercinta dengan begitu dasyatnya, Aran duduk sendirian di ujung tempat tidur yang berbalut linen putih, menatap hampa ke arah jendela tertutup rapat. Dia mengenang malam itu, bagaimana mereka berbagi tawa dan bisikan. Namun, ada rencana gelap di balik tatapan tenangnya.

Cahaya bulan menerobos masuk, menerangi ruangan dengan cahaya redup yang menyoroti debu-debu kecil di udara. Udara terasa hangat dengan aroma campuran parfum Chika dan tubuhnya yang masih melekat di linen tempat tidur. Setiap sudut kamar membawa ingatan pada malam tak terlupakan, namun penuh tipu daya.

Dia meraih ponsel Chika yang tergeletak di meja kayu gelap dengan gerakan halus. Setiap gerakan jari terlihat hati-hati di bawah cahaya redup dari layar ponsel. Suasana kamar yang gelap hanya diterangi oleh cahaya layar ponsel, menambah kesan misterius dari rencana licik yang sedang ia rancang. Tatapannya kosong, bibirnya mengepal, menyiratkan tekad yang tidak bisa digoyahkan.

Tanpa suara, tanpa ekspresi, dia mengunggah foto Chika bersama kedua orang tuanya. Wajah mereka tersenyum bahagia di depan kamera, tetapi di balik senyum itu tersimpan tragedi yang baru saja diinisiasi oleh Aran. Captionnya singkat dan menusuk hati. #KeluargaCemara.

Tangan Aran bergetar saat menekan tombol 'share' berpikir jika tindakannya akan membawa dampak besar di kehidupan mereka kedepannya.

Saat ini ponsel Chika berdering tanpa henti di samping tempat tidur, notifikasi membombardir tanpa henti. Tangannya gemetar saat dia mengambil ponsel itu dengan perasaan takut.

Layar terang menghantam matanya yang masih lelap, mengungkapkan kebenaran mengerikan. Komentar-komentar menyakitkan, pesan-pesan menghancurkan hati, dan likes bertambah tanpa henti.

Ponsel terasa dingin di telapak tangannya yang gemetar, getarannya memperkuat kekecewaan dalam dirinya. Bau harum pengharum ruangan menyatu dengan rasa pahit di tengkuknya, menambah intensitas kehampaan yang melanda. Rasa pahit menjalar ke seluruh tubuhnya, mengguncang hingga ke tulang.

Kontras dengan kepedihan yang Chika derita, Aran merayakan kemenangannya dengan cara pesta seks. Dua wanita cantik berada di selangkangannya, tertawa dan bercanda dalam gemerincing botol sampanye yang memantulkan cahaya dari lampu gantung di langit-langit.

Tawa mereka menggema di dalam ruangan mewah yang penuh perabotan bergaya. Di balik senyum dipaksakan, Aran merasa kekosongan yang tidak terisi. Minuman yang masuk ke tubuhnya hanya menambah keremangan di pikirannya, mengingatkan kehampaan di balik keriuhan dan kemegahan tempat itu. Setiap tegukan minuman menambah rasa getir di hatinya, menciptakan kontras antara kebahagiaan palsu dan realitas yang menyakitkan.

Satu per satu kepingan puzzle di otak Chika tersusun rapi. Gadis itu jatuh terduduk di hadapan Eli dan meratap. Dia menyadari bahwa tujuan Aran mendekatinya hanyalah untuk balas dendam.

Balas dendam perihal video parodi Aran di hari dia dikhianati dan ditinggal oleh pacar dan sahabatnya sendiri. Ingatan itu kembali membanjiri pikirannya, membawa rasa sakit dan penghinaan mendalam.

Tubuh Chika meringkuk di kaki ranjang. Wanita itu memeluk dirinya sendiri, guna menahan perasaannya hancur lebur, dihantam rasa penyesalan yang datang terlambat.

Jantung Chika berdesir perih. Bahu dan bibirnya bergetar menahan isakan dan deraian air mata yang mengalir membasahi pipinya. Setiap tetes air mata seperti luka yang mengoyak dada, meninggalkan bekas luka yang menganga. Rasa sakit itu melingkupi dirinya, menyelimuti seluruh keberadaannya dengan kepedihan serta trauma yang mendalam.

SCANDAL (Chikara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang