“Apa kamu tetap gak bakalan ngejar, kalo cewek itu aku?”
“Kenapa lo nanya kayak gitu? Oh, gue paham. So, lo berharap jadi pengecualian, gitu?” responnya dengan penuh keheranan. Tak benar-benar menjawab inti pertanyaan Chika. Dasar Aran, ia memang tipikal cowok yang penuh dengan penyangkalan.
“Nngghh, ngghhh....”
Ferrel tahu-tahu merengek, membuat Aran dan Chika menghentikan langkahnya. Telunjuk bayi itu mengarah ke bagian mainan yang mereka lewati.
“Dia mau jerapah itu?” tebak Aran dan mengharapkan terjemahan mutlak dari ibu si Dedek.
“Enggak. Jangan beliin!” Hanya itu yang Chika katakan, itupun dengan nada tajam.
“Why?”
“Nanti jadi kebiasaan.”
“Oh maap, Chucky. Mamamu bilang ga boleh.” Tangan Aran mengelus kepala tipis sang anak yang kini mulai tumbuh.
Lelaki itu kembali melangkah dan Si Dedek meremas kerah kausnya. Dot di mulutnya pun terlepas membuat Chika harus membungkuk untuk memungutnya.
Sedangkan nata Si Bayi mulai berkaca-kaca. Bibir bawahnya maju karena kesal, tangannya masih menunjuk ke bagian mainan di belakang mereka.
“Jangan terjebak sama mata melasnya!” Chika memperingatkan pria di sisi kirinya
“Bakal gue coba, tapi....” Aran meneguk liurnya sendiri.
Ia lemas sendiri menyaksikan wajah nelangsa putranya. Dan semuanya tak tertahan lagi. Ferrel nangis kejer dan nyaris membuat pria itu kelabakan.
“Sin! Sini! Tayang!” Chika mengambil alih Ferrel yang mengamuk tanpa izin ayahnya. “Cepetin jalannya!”
“Enggak. Dia mau jerapahnya, Chika!”
Ferrel kian meratap. Dan Aran memilih caranya sendiri. Yaitu, kembali ke bagian mainan dan mengambil boneka jerapah idaman putranya. Ia kemudian berlari kecil menyusul Chika dengan boneka di tangannya.
Mama muda itu protes. “Kamu manjain dia dengan cara yang nggak sehat, Ran!”
“Terserah!” Sang ayah mengabaikan Chika dan memberikan atensinya ke si anak.
Ia mengangkat boneka jerapah itu di hadapan Ferrel. Si bayi kemudian meraih leher bonekanya, mengambilnya dari tangan sang ayah. Namun, masih tak meredakan tangisannya. “Berenti nangis, okay. Aku bakal beliin semua mainan yang kamu mau.”
Chika memutar malas bola matanya. “Cukup, Fe,” gumam Chika sembari menimang ringan bayi di pekukannya.
Tangis bayi gembul itu perlahan mereda saat ia mulai menyadari mainan baru di genggamannya. Masih dengan bibir bawah yang sedikit lebih maju dan pipi penuh air matanya, ia menatap jerapah itu.
“Liat, kan? Dia senang banget,” ujar Aran bangga.
🤍🖤🤍🖤
“Tadi itu fun banget!” Akui Aran begitu sampai di depan apartemen Chika.
Perempuan cantik itu tersipu atas komentar tersebut. “Kamu boleh mampir besok, kalo mau.”
“Iyakah?” tanya Aran, pupil matanya sedikit lebih melebar.
“Hmmm, bawa hamster Ferrel juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL (Chikara)
Teen Fiction🔞+21 Berkisah tentang Aran seorang eksekutif muda yang tiba-tiba didatangi oleh wanita dari masa lalunya. Perempuan yang pernah one night stand dengannya itu, meminta Aran bertanggungjawab untuk mengasuh bayi mereka. Padahal, sekarang pria itu sud...