Prolog

205K 10K 190
                                    

Warning! FL tidak Badas, jika kalian mencari FL yang Badas, silahkan cari di lapak yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!
FL tidak Badas, jika kalian mencari FL yang Badas, silahkan cari di lapak yang lain.

Cerita ini akan sangat menguras emosi, yang tidak sabaran harap skip.


***********

PLAKK

Suara tamparan menggema di lorong rumah sakit.
Seorang perempuan bersimpuh setelah mendapatkan tamparan dipipinya.

“APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAK KESAYANGAN KU DASAR ANAK SIALAN?!” jerit Ardan murka, ayahnya.

“MEMANG SEHARUSNYA TIDAK AKU BIARKAN KAU KEMBALI KESINI DAN TINGGAL BERSAMA KAMI KARENA KEHADIRAN MU HANYA MEMBAWA SIAL KEPADA AURA ANAK KESAYANGAN KU.” Lanjutnya.

Perempuan yang bersimpuh itu tetap terdiam di posisinya tidak bergeser sedikit pun, ia seperti patung yang hanya menunduk dan bersimpuh tanpa mau melihat di sekitarnya.

“Auzi kenapa kamu melakukan itu pada Aura? dia adik kandung kamu. Kenapa kamu dengan teganya selalu berbuat jahat pada Aura?” tanya Arin lirih, ibu Auzi.

Namun tidak ada jawaban yang diterima, perempuan yang bernama Auzi itu tetap kekeh diam bersimpuh.

Di tengah ketegangan yang terjadi sosok Dokter yang keluar dari ruang ICU mengalihkan atensi mereka.

“Dok, bagaimana keadaan putriku?” tanya Ardan cemas.

Sang Dokter menghembuskan nafasnya lalu berkata, “keadaan pasien saat ini sangat kritis, Selain kebocoran yang terjadi di kepalanya, luka-luka yang ada di bagian lain tubuhnya juga lumayan parah ditambah lagi dengan penyakit bawaannya yang memang sudah sangat kronis membuat daya tahan tubuhnya sudah sangat melemah,” sang Dokter melanjutkan, “kita memang harus cepat melakukan pencangkokan jantung namun kondisi pasien yang masih kritis membuat kami tidak bisa melakukan operasi sekarang karena itu sangat berbahaya, akibat yang paling buruk adalah kegagalan diruang operasi yang akan menyebabkan kematian pada pasien.”

Jeder

Bagai disambar petir sosok Ardan yang begitu kekar kini tidak mampu menampung berat badannya hingga tersimpuh lemas tak berdaya.
Arin sudah pingsan di pelukan Arsen anak pertama, sedangkan Bara menangis dengan menutupi mulutnya dengan tangan agar tidak meraung.

Auzi?

Perempuan itu masih bersimpuh dan menatap kosong keramik rumah sakit.

“T-tolong s-selamatkan anak saya Dok,” pinta Ardan dengan lirih.

“Saya akan melakukan yang terbaik sebagai seorang Dokter Pak, tapi Tuhan lah yang berkehendak maka perbanyaklah meminta pertolongan pada-NYA.”

Setelah mengucapkan hal yang perlu dikatakan Dokter pun melangkah pergi meninggalkan keluarga Maheswara yang diselimuti kesedihan.

Auzi's second life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang