Chapter 1

124K 8.3K 91
                                    

"Orang bilang waktu menyembuhkan segalanya. Luka maut berbeda. Mereka menghantui Anda." Tarryn-Tanille Prinsloo

Happy Reading
_

____________________

Mata Auzi terbuka lebar. Dada nya naik turun, nafasnya tersengal, pelipisnya dipenuhi dengan peluh keringat.

Auzi memandangi setiap inci ruangan, mengapa ruangan ini seperti kamarnya yang dia tempati dulu saat di Jerman? itulah yang Auzi pikirkan.

Tidak, kamar ini bukan seperti melainkan memang benar kamar di mansion Opa nya. Tapi kenapa dia berada di sini, bukankah ia sudah meninggal?

Auzi bergegas turun dari ranjang dan mencari ponselnya, mata Auzi melebar setelah melihat kalender di ponselnya.

"Bagaimana bisa?" gumamnya penuh keheranan.

Karena belum yakin akhirnya Auzi melangkah menuju kalender yang terpasang di dinding.

Auzi termenung, kalender di dinding menampilkan tanggal yang sama persis seperti kalender di ponselnya.

'Oh Tuhan, apakah permintaan ku dikabulkan? apakah aku benar-benar kembali ke masa lalu? mengulang waktu?'

Sungguh Auzi tidak menyangka jika permintaan tak masuk akalnya akan dikabulkan Tuhan.

Auzi luruh ke lantai menangis pilu mengingat apa yang terjadi di hidupnya dulu. Rasa sakit di jantungnya karena tembakan itu masih bisa ia rasakan, hatinya lebih terasa sakit ketika ia mengingat hal-hal menyakitkan apa saja yang sudah ia alami dulu bersama keluarganya.

Jika memang Auzi mengulang waktu, besok adalah hari dimana semua penderitaan yang di alaminya dulu akan terjadi. Besok adalah jadwal penerbangan-nya untuk pulang ke Jakarta. Haruskah dia membatalkan kepulangan-nya? tapi semua itu tidak mudah, karena pulang ke Jakarta tidak semata-mata untuk kembali ke keluarganya melainkan karena dia pun diterima bekerja di perusahaan Jewelry terbesar di Jakarta bahkan sudah menandatangi kontrak di perusahaan itu.

Pikiran Auzi sungguh berkecamuk, apa yang harus dia lakukan setelah ini?

'Tidak, aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Aku sudah melepaskan harapanku untuk di sayang oleh keluargaku, selama aku tidak mengejar perhatian mereka dan menyakiti Aura, aku bisa merubah takdirku bukan?'

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Auzi, Auzi menghapus air mata di pipinya, lalu berdiri dan membetulkan tataan bajunya yang kusut kemudian menghampiri pintu untuk membukanya.

"Fräulein, sie wurden von der alten dame am esstisch erwartet"
(nona,anda sudah ditunggu Nyonya Besar di meja makan)

"Okay, ich bin in einer minute unten."
(Oke, aku akan turun sebentar lagi.)

Setelah pelayan itu pergi, Auzi masuk kedalam menuju kamar mandi, ia membasuh mukanya menatap wajahnya di cermin sebentar lalu segera keluar kamar menuju meja makan.

••••••••

Berjalan menuruni anak tangga Auzi melihat pemandangan dimeja makan di mana di sana ada Oma, Aunty, Uncle, dan kedua kakak sepupu laki-laki nya.

Auzi's second life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang