Chapter 10

90.7K 7.1K 256
                                    

"Aku tahu di rumah ini sebagai siapa, tapi tolong beri sedikit waktu saja agar aku bisa bernapas dengan tenang." Auzi Maheswara.

Happy reading

^o0o^

Auzi mengejapkan matanya, melihat dari jendela langit sudah berwarna jingga itu menandakan sudah sore hari. Ternyata ia tidur cukup lama.

Pusing yang Auzi rasakan di kepalanya sudah berkurang, walaupun begitu suhu tubuh Auzi masih lumayan hangat, untuk mengurangi rasa gerah ditubuhnya Auzi akan mandi berendam air hangat saja.

Auzi berjalan ke kamar mandi, mengatur suhu air lalu mengisi air hangat di bathtub setelah air sudah terisi setengahnya Auzi masuk kedalam bathtub merendam diri.

Di tengah-tengah keasyikan-nya Auzi berendam suara pecahan terdengar dari luar kamar mandi.

Auzi mengenyitkan dahi, namun tak urung dia keluar dari bathtub memakai jubah mandinya dengan handuk yang terlilit di atas kepala, kemudian keluar kamar mandi.

Di samping tempat tidurnya Auzi melihat sosok Aura berjongkok seakan sedang memunguti sesuatu.

Auzi berjalan mendekati Aura, setelah jarak mereka mulai dekat Auzi melototkan matanya setelah tahu benda apa yang sedang dipunguti Aura.

Dengan kemarahan yang menggebu Auzi menarik Aura hingga Aura terdorong mundur dan tanpa sengaja pecahan bening yang ada ditangan Aura menggores telapak tangan Aura.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada lampu bola salju ku?!" Tanya Auzi tajam.

Aura yang mendapat kemarahan Auzi tubuhnya mulai bergetar, setelah sekian lama Auzi tidak membentaknya kini ia harus merasakan bentakan itu lagi.

"A-aku a-ku-" Aura terlalu gugup untuk menjawab pertanyaan Auzi, badannya sudah bergetar hebat Aura mulai merasakan rasa sakit di dada kirinya.

Melihat Aura yang tidak menjawab pertanyaan-nya, Auzi pun kembali mengulang pertanyaan.

"Katakan apa yang sudah kamu lakukan pada lampu bola salju ku AURA?!" Bentak Auzi.

Sebelum Aura mengatakan sesuatu, dari arah luar kamar Arin, Ardan dan Bara datang dengan setengah berlari.

"Ara?!"

Arin menghampiri Aura, begitu melihat tangan Aura berdarah, Arin begitu kaget.

"Mas tangan Aura berdarah?!"

Ardan menghampiri Aura dan Arin. Melihat tangan putri kesayangan-nya berdarah Ardan menatap tajam Auzi.

"Kau apakan Aura, AUZI?!" bentaknya pada Auzi

Auzi yang dibentak oleh Ayahnya, hanya diam menatap datar mereka.

"Emang ya, sekali pembuat onar sampe kapanpun akan tetap menjadi pembuat onar, tidak mungkin bisa berubah!" Bara berdesis.

"Bawa Aura keluar dan obati lukanya!" Ardan membantu Aura berdiri menyuruh Arin pergi membawa Aura, dengan kemarahan Ardan menatap Auzi lalu

Plak

Sebuah tamparan mendarat dipipi Auzi dari Ardan. Yah, Ayahnya lagi-lagi menamparnya.

"Sudah saya katakan jangan pernah sakiti Aura, Auzi! Apa yang kau lakukan hingga membuat Aura kembali terluka?!" Desis Ardan.

Auzi menatap Ardan dingin.

"Kenapa tidak anda tanyakan pada anak anda apa yang sudah ia lakukan pada lampu bola salju saya?" Dengan tak kalah dingin Auzi menjawab pertanyaan Ardan.

Auzi's second life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang