Chapter 20

87.7K 6K 150
                                    

Awas typo⚠️

$
$
$

Arsen melihat Bara yang tengah termenung di balkon kamarnya. Arsen yang berencana akan merokok di balkon mengurungkan niatnya. Ia mendekati Adiknya lalu berdiri di pembatas antara batas balkonnya dan balkon kamar Bara, kamar yang bersebelahan membuat mereka dengan mudah melihat isi kamar masing-masing.

"Bara." Arsen memanggil Bara dengan suara sedikit keras.

Bara yang terpanggil menoleh dan melihat kakak pertamanya lah yang memanggil.

"Kenapa Kak?"

"Kamu kenapa melamun disini?"

Bara tidak langsung menjawab, ia malah melihat keatas langit yang memancarkan warna oren ke jinggaan.

"Menurut Kak Arsen kita itu apa?" Tanpa menjawab pertanyaan Arsen, Bara malah mengajukan pertanyaan.

Arsen yang bingung dengan pertanyaan adiknya berfikir sebentar, tapi entah kenapa otak pintarnya tidak mampu menangkap pertanyaan Bara.

"Maksudnya?" Akhirnya Arsen memilih bertanya kembali pada Bara.

"Aku merasa kita ini hanya seorang figuran."

Arsen sekali lagi mengenyitkan kan dahinya, sebenarnya apa yang ingin dibicarakan adiknya ini.

"Bisa tidak kamu jangan buat aku seperti orang tolol yang harus mikir ucapan Aneh mu!" Geram Arsen.

Bara terkekeh melihat kekesalan diwajah kakaknya. Bara membalikan Badan melihat kearah kamarnya, Arsen yang ada disampingnya semakin bingung dengan tingkah adiknya ini.

Bara itu pecicilan dia buka tipe orang yang mau berfikir, tapi saat ini Bara yang ada didepannya seperti bukan sosok Bara yang Arsen tahu.

"Semenjak Auzi kembali dari Jerman, aku merasa keluarga kita sudah berbeda," Bara melirik kakaknya lalu melanjutkan "dulu sebelum Auzi kembali aku merasa keluarga kita adalah keluarga yang sangat bahagia, tapi sejujurnya ada sisi lain dari dalam hati aku yang merasa kebahagian yang aku alami dulu hanya cangkang untuk menutupi hati ku yang tidak baik-baik saja."

"Setelah Auzi kembali, seakan gurun pasir yang menemukan oasis nya aku merasa aku lebih hidup, hidup yang benar-benar hidup."

Arsen mendengarkan setiap ucapan Bara dengan teliti, dia tidak menyela ataupun bertanya, Arsen ingin menjadi pendengar untuk adiknya ini.

"Aku sering melihat Bunda menangis tengah malam di ruang keluarga, dia selalu mengatakan bahwa ia sangat merindukan Auzi, tapi jika mereka benar-benar bertemu Bunda seakan tidak peduli pada Auzi Bunda akan selalu memperhatikan Aura lebih, seakan sengaja untuk menunjukan pada Auzi bahwa Bunda lebih menyayangi Aura dibanding Auzi."

"Ayah pun sama, Ayah berubah setelah Auzi kembali. Dulu dunia Ayah seperti hanya berputar pada Aura tapi sekarang Auzi membuat ayah bisa melihat dunia luar yang dulu Ayah tutup hanya untuk fokus pada dunia Aura."

"Kakak juga begitu kan?" Tanya Bara menghadap kakaknya.

Arsen tersenyum lalu mengangguk.
Ya, Auzi seperti warna pelangi yang memberi warna di kehidupannya yang monoton dengan warna gelap.

"Tapi entah kenapa aku merasa, aku tidak tahu apapun tentang Auzi." Ucapan Bara membuat Arsen menatap dalam adiknya itu.

"Seperti ada banyak rahasia yang Auzi miliki yang tidak mampu aku lihat. Setiap kali aku berusaha untuk mendekat seakan ada dinding kasat mata yang menghalangi ku, Auzi dekat namun terasa jauh." Lirih Bara.

Auzi's second life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang