Chapter 11

88.7K 7.1K 227
                                    

"Belati yang paling tajam adalah ucapan, dan ucapan paling menyakitkan adalah ucapan yang berasal dari orang terdekat."

Happy Reading

~~•••~~

Auzi membasuh mukanya dengan air dingin di wastafel kamar mandinya, saat ini amarahnya sungguh tidak bisa lagi Auzi pendam.

Menatap pantulan dirinya didalam cermin, Auzi mengingat percakapan-nya tadi dengan Alfa dan Ayahnya.

Flashback on

"Ayah tidak akan pernah mengizinkan kamu keluar dari mansion Maheswara Auzi." Tegas Ardan.

"Apa alasannya?"

"Kamu adalah putri ayah Auzi dan sudah seharusnya seorang putri tinggal bersama orang tuanya sebelum dia menemukan pendamping hidupnya?!"

"Putri Ayah?" Auzi tertawa hambar "tidak ada seorang ayah yang akan menyakiti putrinya." Desis Auzi.

Ardan Terdiam, tidak mampu membalas ucapan Auzi karena apa yang Auzi katakan adalah kebenaran.

Tidak ada seorang Ayah yang akan menyakiti putrinya sendiri, seorang ayah akan selalu menjadi pahlawan dan pelindung untuk putrinya.

Sudahkah Ardan melakukan itu? Jawabannya adalah sudah. Hanya saja Ardan menjadi seorang pahlawan dan pelindung bagi putrinya yang lain. Aura, bukan Auzi.

"Sekali pun ayah Adalah monster untuk mu, Ayah tidak akan pernah nengizinkan kamu keluar dari Mansion!" Tekan Ardan mutlak.

"Saya akan te-"

"Jika kau ingin melihat berita Lucky Corp bangkrut besok pagi, silahkan kau pergi dari Mansion Maheswara." Sela Alfa.

Auzi memberikan tatapan sedingin kutub Utara Pada Alfa.

Alfa bersedekap dada dengan memberi seringai pada Auzi.

"Pilihan ada padamu tetap tinggal di mansion atau melihat Lucky hancur."

Auzi mengepalkan tangan-nya. Tanpa kata Auzi menggeret kopernya masuk kedalam Lift untuk kembali ke kamarnya.

Flashback off

"Akhhhhh" Auzi menghempas benda yang ada di wastafel hingga bertaburan dilantai kamar mandi.

Saat ini Auzi terlihat seperti Auzi di masa lalu yang selalu kalah dalam mengontrol emosi.

"Tidak, kamu bukan Auzi yang egois, pemarah dan pembenci seperti dulu. Ingat Auzi, kamu pernah hancur oleh sikapmu itu dimasa lalu jangan mengulangi kesalahan yang sama." Bisik Auzi menatap sosok di depan nya.

Menarik dan menghembuskan nafas dalam, Auzi lakukan berulang-ulang untuk meredakan amarah di dalam hatinya.

Dirasa sudah mulai tenang Auzi keluar dari kamar mandi, mengambil Ponsel yang ada di tas selempangnya. Lalu mulai menghubungi seseorang.

"Hallo"

"Mix, ich bin es."
(Mix, ini aku)

"Schade, dass Sie mich endlich kontaktiert haben."
(Sayang, akhirnya kamu menghubungi aku)

"Ich brauche deine Hilfe, Mix"
(Aku perlu bantuan mu, Mix)

"Was brauchen Sie?"
(Apa yang kamu butuhkan?)

Auzi's second life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang