𝐒𝐈𝐍 𝟕

894 128 44
                                    

"Sorakan itu meski terdengar sebagai ejekan, mengandung ketidaktahuan tentang keterikatan darah mereka dalam satu ayah."


_______



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Pangeran Aeleo Rajarsa."

"Princess Aelora Adyatama."

Sang guru melantunkan nama-nama dengan nada monoton, sementara selembar kertas berkerut erat tergenggam di tangannya seakan menjadi saksi diam atas rutinitas yang telah berulang.

Absen harian dilakukan secara berkala, di setiap pergantian jam mata pelajaran. Dalam kebiasaan itu, ketika nama disebut—sang pemilik nama akan menjawab "hadir" dengan suara ringan, diiringi anggukan kecil atau tangan terangkat sebagai tanda kehadiran dalam ruang belajar.

Namun, sebuah ketidakpastian menggantung di udara ketika salah satu nama yang diserukan tak mendapat balasan.

"Pangeran Aeleo Rajarsa?" ulang guru tersebut dengan nada yang menelisik kebingungan.

Namun, lagi-lagi suara sang guru terdengar menggantung di ujung kalimat. Tidak ada sahutan, tidak ada gerakan. Nama yang disebut hanya menguap di antara kerumunan diam.

Guru itu pun berhenti sejenak, mengerutkan alis, sebelum mengulangi panggilan, dengan harapan bahwa mungkin kali ini keheningan akan terpecah.

"Pangeran!"

Tetapi, keheningan tetap memeluk ruangan.

Princess yang duduk satu bangku dengan Pangeran, merasakan tekanan yang semakin dalam.

Semua tatapan mata tiba-tiba mengerucut ke arahnya, menusuknya dengan harapan tanpa suara. Mereka tak perlu mengucapkan sepatah kata pun—semua menginginkan hal yang sama, agar dia membangunkan Pangeran dari telungkupnya yang tenang, dari tidur panjangnya yang seakan tak terganggu oleh hiruk-pikuk kelas.

Tatapan sang guru pun ikut menyusul, kini tertuju padanya dengan sorot tegas.

"Bangunkan Pangeran," perintah guru tersebut.

Suara itu nyaris berbisik namun penuh dengan tuntutan, merobek keheningan yang semakin terasa mencekam.

Princess menelan ludah, tangan sedikit gemetar saat hendak menyentuh bahu Pangeran. Ia ragu, seolah tahu bahwa membangunkan Pangeran takkan sesederhana yang dipikirkan orang-orang.

Tapi, ya sudahlah. Tak ada pilihan lain bagi Princess selain menuruti perintah gurunya. Dengan harap-harap cemas, ia mengulurkan tangan, menggenggam ujung seragam Pangeran dengan ragu.

𝐒𝐈𝐍 - [ 𝙁𝙧𝙤𝙢 𝘼𝙡𝙩𝙚𝙧𝙣𝙖𝙩𝙚 𝙐𝙣𝙞𝙫𝙚𝙧𝙨𝙚 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang