5 Terbiasa
Drake terlelap dalam tidurnya, memasuki dunia mimpi yang penuh dengan keindahan. Dia menemukan dirinya berada di sebuah taman, di mana cahaya senja menciptakan suasana yang romantis dan tenang.
Di tengah taman itu, ada sepasang kekasih yang tengah berbagi momen kemesraan. Walau adegannya terlihat jelas, tapi rupa dari pasangan kekasih itu hitam pekat bagaikan bayangan.
Sepasang kekasih itu tersenyum dan berbicara dengan penuh kasih sayang, seperti dunia di sekitar hanya ada mereka berdua. Tangan mereka saling tergenggam mesra. Keduanya berjalan di bawah pepohonan yang rindang, sementara burung-burung bernyanyi dengan lembut menambah kesan romantis itu.
Namun, tiba-tiba suasana berubah. Langit yang awalnya cerah mulai berubah gelap dan mendung. Angin berhembus dengan keras, menciptakan atmosfer yang mencekam. Drake merasa seakan-akan ada sesuatu yang tidak beres.
Saat Drake melihat kembali sepasang kekasih itu, dia melihat bayangan seseorang yang datang mendekati mereka dengan langkah cepat. Bayangan itu memegang sesuatu di tangannya, dan detak jantung Drake semakin cepat karena merasakan adanya ancaman yang mengintai.
Tiba-tiba, bayangan itu mengeluarkan pisau yang tajam dan menusuk kekasih perempuan tanpa belas kasihan. Kekasih perempuan terjatuh dengan bahasa tubuh yang penuh kejutan dan rasa sakit, sementara darah mengalir membasahi tanah. Kekasih laki-laki berteriak dengan putus asa, mencoba mencegah kejadian tragis ini, tetapi semuanya terjadi terlalu cepat.
Drake merasakan adrenalin dan ketakutan yang melanda dirinya, saat menyaksikan adegan itu. Hatinya hancur melihat kejadian mengerikan ini terjadi di depan matanya, sementara dia merasa seperti dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya.
Setelah kekasih perempuan terjatuh, bayangan itu menghilang ke dalam bayangan gelap, meninggalkan Drake dalam kebingungan dan keputusasaan. Drake berlari mendekati kekasih perempuan yang terbaring lemah, merasakan keputusasaan dan kehilangan yang mendalam.
Namun setelah mereka berada di jarak yang sangat dekat, akhirnya wajah wanita itu terbebas dari bayangan hitam pekat yang menutupinya. Wajahnya kini terlihat sangat jelas. Ternyata wanita itu adalah Liana istrinya. Drake spontan berteriak dengan kencang dan histeris.
Mimpi mencekam itu membuatnya terbangun dengan detak jantung yang cepat dan keringat dingin di dahi. Drake merasakan beban emosional dari apa yang baru saja dia saksikan dalam mimpi itu. Meskipun hanya sebuah mimpi, sensasi rasa takut dan kesedihan yang dia rasakan terasa begitu nyata.
Tidak sekali dua kali Drake bermimpi demikian. Melainkan sudah ratusan kali setelah Liana meninggal. Sebelum dia menemukan pembunuh itu, hidupnya tidak akan tenang.
Drake duduk di atas tempat tidurnya, mencoba meredakan perasaannya yang terguncang. Ia mengambil botol kecil berisi obat antidepresi, lalu menelannya tiga butir. Drake hampir gila dibuatnya. Sudah satu tahun berlalu, tapi pembunuh Liana belum juga tertangkap.
Sekelas mafia seperti dia dan teman-temannya tidak bisa menangkap. Sehebat apa pembunuh itu?
Drake bangkit dari tempat tidur dengan tubuh shirtlessnya, lalu mengambil sebatang rokok dan sekaleng bir dari kulkas untuk dinikmatinya. Saat ia berjalan ke balkon, Drake menemukan Lily berdiri seraya menatap taman buatannya yang nampak indah pada malam hari.
Lagi-lagi Drake lupa jika dia sudah beristri sekarang. Lily seperti ada dan tiada untuknya. Hari-harinya disibukkan oleh pekerjaan dan pencariannya terhadap pembunuh Liana.
Drake melangkah pelan tanpa suara, menghampiri wanita yang memakai gaun tidur transparan itu dengan senyuman smirk. Setelah jarak mereka dekat, Drake langsung mendekap tubuh wanita itu dari belakang.
Grepppp...!!!
"Astaga!" Lily yang kaget langsung menoleh. Keterkejutannya membuat bibir mereka bersentuhan tanpa sengaja.
"Kamu mengangetkanku saja!" Lily spontan menjauh dan mengusap bibirnya yang terasa pahit karena tertular alkohol milik Drake. Lily melotot saat melihat banyak bekas luka dan jahitan di tubuh pria itu. Drake benar-benar penuh misteri untuknya.
Walau mereka sudah pernah bercinta sebelumnya, tapi baru kali ini Lily dapat melihat setiap jengkal tubuh kekar itu dengan sangat jelas.
"Kamu terluka?" Lily ingin menyentuh luka itu, dan Drake hanya diam. Ia menelan ludah berkali-kali saat jari mungil Lily menyusuri semua luka-luka di tubuhnya. Sentuhan lembutnya terasa tulus. Drake biasanya tak nyaman karena tak ingin di kasihani.
Tapi saat Lily yang melakukannya, Drake merasa ada yang aneh. Apa Drake jatuh cinta padanya? Secepat ini? Drake memang paling lemah saat mendapat kelembutan yang ia rasa sangat tulus. Drake merasa dipahami dan dicintai.
"Siapa dirimu sebenarnya?" Lily bertanya.
"Kenapa ingin tahu?"
"Aku istrimu kan?"
Drake terkekeh lalu mengenggam jemari Lily dan menghentikan pergerakannya.
"Yang pasti, suamimu ini memiliki pekerjaan yang berbahaya."
"Kenapa? Kenapa hanya demi uang kamu membahayakan dirimu?"
"Nyatanya, uang memiliki peran paling banyak dalam hidup semua orang. Kamu punya keluarga lengkap tanpa uang, keluarga itu akan hancur karena godaan di luar sana. Teman tanpa uang, kamu juga tidak akan mendapatkannya. Jangan munafik. Kamu di sini juga karena uang."
"Aku di sini karena kamu memaksaku. Uang tidak pernah menjadi dewa dalam hidupku. Memang segalanya butuh uang, itu realistis. Tapi jika uang bisa membuatku celaka, aku tidak menginginkannya. Lebih baik aku miskin, tapi aman dan bahagia."
"Terlalu naif."
"Jika orang sekitarmu hanya memandang uang, itu berarti kamu belum pernah menemukan orang yang benar-benar tulus." Lily menatap Drake dengan tubuh merinding saat pria itu mengeraskan rahang. Apa Drake akan marah karena argumennya ia bantah?
Drake membanting rokok miliknya, lalu menginjaknya dengan kaki telanjang. Ia juga melempar kaleng bir itu dengan marah.
"Jangan bicara besar! Akui saja, uang yang paling utama. Memang tidak ada yang tulus di dunia ini!" Drake menarik dagu wanita itu dengan kasar.
"Orang sepertimu ini yang paling rendah! Menganggap uang di atas segalanya, dan menindas orang lemah sepertiku! Kamu pikir saat mempunyai banyak uang, kamu sebanding dengan Tuhan?"
"Tahu apa kamu tentangku dan semua rasa sakit yang aku alami sejak kecil? Kamu tidak tahu apa-apa! Uanglah yang membuatku terlihat!" Bentak Drake seraya menamparnya.
Lily mendekap wajahnya yang mengeluarkan setitik darah dengan katakutan. Ia meneteskan airmata saat melihat tatapan iblis di mata Drake. Itu benar-benar menakutkan. Lily menyesal pernah berurusan dengannya. Walau selama ini ia hidup serba kekurangan dan miskin, hidupnya bahagia dan jauh dari ancaman.
Drake terlihat menarik nafas untuk mengatur emosinya. Ia menarik Lily mendekat, lalu memagut bibirnya dengan lembut dan hembusan nafas yang mulai teratur.
"Sorry." Bisik Drake dan Lily hanya mengangguk.
"Temani aku malam ini." Bisik Drake seraya mengangkat tubuh Lily ke dalam kamar utama, yang selalu Drake tempati.
"Maaf jika aku menyakitimu." Drake kembali berkata-kata, lalu mengecup setiap jengkal tubuh Lily yang telah ia lucuti pakaiannya. "Kamu sangat indah..." Lanjutnya seraya meremas dada wanitanya dengan lembut.
#Adegan di hapus
****
Yang mau baca cepat silahkan kunjungi karya karsa yahhhh!!!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming Mr Drake
RomanceBerawal dari menolong anak kecil yang tersesat, membuat Lily berurusan dengan Drake Ellardo. Mafia berdarah dingin yang tak kenal kasihan. Bahkan ia tak segan membunuh orang yang membuatnya tersinggung. Drake memaksa Lily menikah, dan menjadi ibu d...