11 Notte Fredda

4.2K 306 2
                                    

11 Notte Fredda

Langit malam di Milan terhampar dengan gelap yang dalam, dihiasi oleh bintang-bintang yang samar terlihat di balik awan kelabu. Cahaya lampu-lampu kota berkilauan di bawahnya, mencerminkan diri dalam genangan air akibat hujan deras yang turun dengan lebatnya.

Jalan-jalan basah berkilauan, menciptakan efek cahaya yang indah. Namun sayangnya, suasana itu tak indah bagi semua orang. Ada beberapa yang merasa jika hujan itu mewakili kesedihan dalam dirinya.

Salah satunya adalah Drake. Pria itu kini duduk di taman belakang rumahnya, setelah mengacaukan pot-pot bunga yang ada disana, dengan tangannya sendiri hingga terluka.

Bukan tanpa alasan Drake melakukannya. Karena tumbuh dengan kekerasan sejak kecil, ia memiliki banyak masalah psikologis, termasuk kecemasan. Setan yang tak pernah benar-benar mereda, kali ini datang menghantuinya dengan kekuatan penuh.

Pikirannya terjebak dalam spiral kekhawatiran yang tak terkendali, jantungnya berpacu tanpa henti, dan napasnya terasa sesak. Drake mendapati dirinya terhanyut dalam kerumunan pikiran negatif yang terus-menerus menghantamnya.

Dengan tangan gemetar, Drake memeluk dadanya, mencoba meredakan detak jantung yang melonjak. Dia berjuang untuk bernafas, ditengah sesak yang ia rasakan.

Butir-butir air jatuh di wajahnya, seperti air mata yang tak terbendung. Seperti perasaan yang ia simpan dari semua orang, karena tak mau dianggap lemah.

Di tengah semua kekacauan yang ia rasakan tersebut, Drake merasakan sebuah sentuhan di pundaknya. Drake spontan menoleh dan menarik si pemilik lengan itu hingga tersungkur di lantai bersamanya.

Sudah Drake duga jika Lily orangnya. Wanita yang baru saja hadir dalam hidupnya, namun telah berhasil meluluhkan kerasnya es yang selama ini bersarang dalam dirinya.

"Untuk apa kesini? Bahkan Liana sekali pun, tidak aku izinkan menemuiku dalam keadaan seperti ini. Pergilah, aku tidak ingin marah dan kasar padamu."

"Drake... "

"Aku tidak suka seseorang melihat kelemahanku. Aku sungguh tidak ingin kasar padamu lagi. Tolong... pergilah."

"Kamu juga manusia Drake, wajar jika kamu memiliki kelemahan. Wajar jika kamu ingin menangis. Jangan menahannya." Lily memeluknya secara paksa. Mencoba memberi kehangatan di tengah dinginnya hujan yang mengguyur Milan malam ini.

"Bahkan Liana, wanita yang sangat aku cintai tidak berani melakukan ini. Kamu hanya orang baru yang tidak berarti! Sadarlah! Cepat pergi dan menyingkir sebelum aku berbuat kasar!"

Lily tetap disana. Ia memberi usapan pada kepala dan wajah Drake yang terlihat pucat. Lily mendekatkan wajahnya dengan ragu, lalu memberinya lumatan lembut.

"Tapi aku bukan Liana yang akan mendengarkanmu begitu saja. Aku tidak akan membiarkan kamu melewati ini sendirian." Lily menempelkan dahi mereka. Mencoba membuatnya percaya dan juga nyaman. Lily akan mencoba berbagai cara agar Drake mau berbagi rasa sakitnya.

Lily lalu meraih jemari Drake yang penuh dengan luka. Lily tidak tahu rasa sakit apa yang Drake simpan hingga ia menjadi seperti ini.

"Justru karena aku tidak penting bagimu, kamu bisa cerita tentang apa yang kamu rasa. Bukankah apapun tanggapanku, itu juga tidak akan penting bagimu?" Lily tersenyum saat Drake tidak lagi bicara. Kecemasannya juga mulai sedikit reda. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kau tau Drake, aku juga sangat menderita sejak kecil. Aku tidak pernah beruntung. Kamu benar, aku selalu di injak-injak orang karena terlalu lemah. Sepertinya menjadi istri seorang mafia adalah keberuntunganku yang pertama. Karena wanita lemah ini, sekarang memiliki seorang mafia untuk berlindung."

Taming Mr DrakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang