Teruntuk malam yang selalu menjaga bintang.••••
"Namanya, Liandrin. Dia adik kelas gue sebenernya, itu makanya gue suka panggil dia adik, dan dia panggil gue kakak. Kita pacaran emang gak lama, ... Cuma bertahan sebulan." Kami masih berjalan berdua mengelilingi bangunan besar ber eskalator memanjang ini. Sesekali cowok itu menunjuk-nunjuk beberapa barang di dalam toko yang menarik mata.
"Lo masih suka sama mantan lo?" Pertanyaan Dita membuat Adit memandanginya lama.
"Gue gak tahu, ... " Eskalator yang kami injak masih bergerak naik untuk ke lantai atas. "Mungkin iya, mungkin juga enggak."
"Terus kenapa putus." Ucap gadis itu kembali berkomentar.
Kami sudah beralih menginjak lantai biasa, kembali berjalan ntah kemana. "Lia punya Abang, dia seangkatan sama gue--em kita. Cuma karna gue sama abangnya itu bukan temen yang akrab, dia minta supaya gue jauhin adiknya. Karna gue gak mau ribut-ribut, akhirnya gue putusin Lia."
"Cuma karna perkataan abangnya?" Gadis itu mendengus. "Cemen banget lo jadi cowok." Ia tertawa mengejek.
"Heh," ia menegurku tak terima. "Gue emang gak mau nyari ribut sama dia, ngapain juga nyari masalah sama orang cuma karena cewek?"
Dita semakin tertawa. "Lo emang cemen." Ejeknya lagi. "Harusnya kalo lo beneran suka sama si Lia ini, lo lawan dong abangnya, jangan langsung mundur menciut kaya anak kucing hahaha ... " Cowok itu benar merasa sebal pada Dita, dan berjalan mendahului lebih cepat. "HEH, MAU KEMANA WOY." Kejarnya.
Lama gadis itu mengejar-ngejar Adit yang hanya diam saja tak menyahut dan berjalan cepat layaknya orang kebelet.
"Mau ice cream gak?"
"Eh?"
Tiba-tiba saja Adit berhenti di depan toko ice cream, berbalik hanya untuk menawarkan makanan manis itu padanya.
"Bebas sih, lo mau emangnya--" gadis itu kembali berhenti bicara saat Adit malah berjalan begitu saja kedalam. "Dih, kebiasaan nih orang." Dita hanya bisa berdecak dan kembali mengikuti langkah cowok itu.
Sudah berdiri menunggu ice cream coklatnya di buat, cowok itu sibuk melihat-lihat berbagai macam coklat yang tertera di deretan etalase kaca dengan lampu kuning yang semakin menambah keindahan saat melihatnya. Terlihat begitu mahal.
"Mas, sama coklat ininya juga ya. Saya pengen." Pesannya lagi, menunjuk pada coklat berbentuk bola-bola.
Dita berjalan mendekatinya.
"Lo suka coklat gak?"
"Enggak."
"Serius?"
Gadis itu mendengus. "Bercanda." Ucapnya menyengir hampir tertawa.
Adit hanya menggeleng, berjalan pada kasir berada untuk membayar pesanannya. Berapa kira-kira total ice cream beserta coklat yang Adit tunjuk itu pikir Dita, saat Adit memberikan kartu kreditnya untuk membayar. Coklat beserta ice cream di tempat ini pastinya tak murah, dan sedari tadi cowok itu yang membayar salon tempat cat rambut dirinya, beserta ramen yang mereka makan tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Girl
Teen FictionGADIS RUSAK Gadis yang patah, dia duduk sendirian, Kenangan telah membanjiri, Dia ingin merangkak ke dalam lubang, Dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia menangis dalam hati, sedikit hancur lagi. Dia berusaha keras untuk bernapas. Dia merasakan a...