“But I have seen the best of you and the worst of you, and I choose both.”°°°°
Semua hal terasa aneh. Tak ada yang mengenakan dari hidup. Apapun yang kita lakukan hanya, membuang-buang waktu tak berguna. Semuanya terasa sangat membosankan. Bahkan untuk menemukan seseorang saja rasanya seperti, ia tak ada kesempatan untuk hidup.
Adita Fal Dara. Apa yang bisa gadis itu lakukan. Duduk diam termenung, dengan lempengnya ia di ajak untuk makan malam bersama di rumah teman cowoknya itu. Namun hal yang tak di duga juga sama, kedatangan mantan temannya itu, Liandrin.
Keadaan meja makan yang canggung berhasil mengendalikan suasana. Adit mungkin menjadi satu-satunya orang yang terlihat begitu santai dan berusaha mencairkan suasana.
Liandrin yang sudah duduk di meja makan kala Dita baru saja di ajak masuk, tentu ia merasa tak mau satu meja makan dengan mantannya itu. Terlebih, ia memang tidak menyukainya dari awal. Namun Adit dengan segala tingkahnya, berusaha mengajak Dita agar tetap mau untuk makan malam bersama. Apa yang sebenarnya teman cowoknya ini mau?
"Tante udah siapin ikan bakar kesukaan Adit malam ini, ayo, kalian juga ikut cicipi. Siapa tahu kalian juga suka." Ucap mamanya Adit, dengan binar senyum yang kentara.
"Kalian harus cobain ikan bakarnya, ini enak banget. Ayo Ta, lo pasti suka kalo udah rasain." Adit dengan gerakan mengambil nasi untuk di isi pada piringnya sendiri, membuat Liandrin yang duduk di sebelahnya nampak mau juga.
"Ta, ayo makan. Jangan malu-malu." Ucap Adit menegur temannya itu, seraya mengambilkan nasi untuk Liandrin.
"Cukup kak." Liandrin berbicara saat Adit memberikannya sepotong ikan bakar.
"Ta, lo malah diem. Ayo ambil nasi sama ikannya. Apa mau gue isiin juga piringnya sama kaya Lia? Atau mau gue suapin biar lo makan?" Tanya Adit, membuat Dita mendapatkan lirikan tak suka dari gadis di sampingnya.
Dita menggeleng ringan. "Gak usah, gue bisa ambil sendiri." Tangannya lekas mengisi piringnya dengan nasi, lalu sepotong ikan bakar yang berukuran besar itu.
"Dikit amat ngambil nasinya Ta."
Dita tidak menggubris perkataan Adit.
"Yang banyak saja Dita, gak usah malu-malu. Di tambah lagi nasi sama ikannya, ayo." Ucap papanya Adit, membuat Dita tersenyum sungkan.
"Udah cukup Om." Balasnya, mulai merasakan nasi yang tidak terasa apapun, di sambung dengan cita rasa dari ikan bakar yang memang terasa begitu gurih nan manis. Pas sekali rasanya, enak.
"Perempuan emang susah kalo mau di ajak makan tuh," papanya Adit mulai berbicara di sela makannya. "Harus di bujuk berulang kali, baru mau makan." Tambahnya yang membuat Adit terkekeh.
Mamanya Adit hanya tersenyum dan melihat Dita beserta Liandrin bergantian. "Ini, yang pacarnya Adit siapa? Dita apa Liandrin--"
"Lia Tante."
Tahu-tahu gadis yang lebih muda dari Dita itu yang menjawab dengan cepat. Wajahnya terhias senyumnya yang rupawan.
"Ouhhh, jadi Liandrin yang pacarnya Adit." Wanita dewasa itu seperti terkejut bercampur senang juga mendengarnya. "Tante kira Dita--"
"Bukan Ma." Adit lebih dulu menyela. "Adit gak ada hubungan apa-apa sama Lia. Lia adik kelasnya Adit." Perkataan itu sukses membuat garis kerut pada kedua orang tua disana.
"Bukanya ... Abang suka sama kak Dita ya?"
"Uhuk uhuk--" Liandrin yang mendengar Ika mengangkat bicara demikian membuatnya tersedak. Matanya mulai berair merasakan sakit di tenggorokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Girl
JugendliteraturGADIS RUSAK Gadis yang patah, dia duduk sendirian, Kenangan telah membanjiri, Dia ingin merangkak ke dalam lubang, Dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia menangis dalam hati, sedikit hancur lagi. Dia berusaha keras untuk bernapas. Dia merasakan a...