"Kamu pikir aku menyukaimu?" Tanya Innara ketus.
"Mbak jawab aja pertanyaan Mbak sendiri." Cibir Halil seraya mengangkat tangannya dan mulai mengiris rambut Innara, mulai dari bagian bawahnya. Innara jelas terkejut dengan apa yang dilakukan Halil, namun ia tidak menjauh dan membiarkan Halil menyentuh rambutnya dan menyisirnya. "Lihat, kalau Mbak gak suka sama aku, mana mau Mbak aku sisirin begini. Ya minimal kalo Mbak gak suka sama aku, Mbak percaya sama aku. Bukan begitu?" Tanya Halil yang Innara jawab dengan kebisuan. "Tapi Mbak, aku ini laki-laki. Sepercayanya Mbak sama aku, Mbak tetap harus mawas diri."
"Maksudnya?" Tanya Innara tanpa menoleh. Ia suka merasakan tangan Halil yang menyentuh rambutnya dan mengusapnya pelan, entah kenapa.
"Ya, walau bagaimanapun aku ini laki-laki. Aku bisa aja gelap mata terus ngelakuin sesuatu sama Mbak." Ucap Halil memperingatkan. Pria itu mulai bergerak ke bagian atas rambut Innara, Innara bisa merasakan ujung sisir yang lembut menyentuh kulit kepalanya. Hanya karena rambutnya lurus, bukan berarti rambutnya tidak pernah kusut. Dan Innara merasa kalau Halil seperti sudah terbiasa menyisir rambut perempuan karena pria itu melakukannya dengan sangat telaten.
"Maksudnya nyisirin rambut kayak begini?" Tanya Innara ketus. Udah berapa banyak perempuan yang rambutnya kamu sisir seperti ini?" Tanyanya ingin tahu.
"Banyak." Jawab Halil apa adanya dan entah kenapa jawaban itu membuat Innara merasa tidak nyaman. Ia menoleh ke arah Halil dan menatapnya tajam. Halil kembali memutar wajah Innara menghadap ke depan dan terkekeh. "Kalau cemburu, gak usah ditunjukkan sampai sebegitunya." Kekehnya.
"Siapa yang cemburu." Geruru Innara kesal. "Aku cuma gak mau ya dijadiin salah satu jejeran korban keplayboyan kamu."
"Tenang aja, Mbak. Aku gak pernah ngelakuin ini sama cewek-cewek lain. Aku emang biasa nyisirin rambut perempuan karena aku lahir di keluarga besar dan aku punya banyak saudara perempuan." Ucap Halil yang entah bagaimana terdengar jujur di telinga Innara.
"Gak usah bohong." Ucap Innara ketus.
"Aku gak bohong, Mbak. Aku gak punya adik perempuan karena aku anak bungsu di keluargaku. Tapi aku punya banyak kakak perempuan. Atau lebih tepatnya lima. Kak Qilla, Iqa, Kak Fali, Mbak Raia dan Mbak Nira. Belum lagi aku punya keponakan perempuan. Ilsya, Hanna, Hande, Ayla dan pokoknya banyak lagi. Nanti aku kenalin Mbak sama mereka." Ucap Halil dengan senyum di wajahnya.
"Ngapain? Siapa juga yang mau dikenalin sama mereka?" Tanya Innara masih dengan nada ketusnya.
Alih-alih kesal, Halil malah terkekeh. "Udah kubilang, gak usah jual mahal." Ucapnya seraya meraih rambut Innara dan menggesernya ke samping sehingga Halil bisa melihat sedikit bahu dan lekuk leher kanan Innara yang sejak tadi menggodanya. "Kalau Mbak terus menolak seperti ini, aku bisa berbuat banyak cara supaya Mbak mau menyerah dan mengakui kalau Mbak sebenarnya juga suka sama aku." Ucapnya dengan nada mengancam.
"Maksudnya?" Tanya Innara ingin tahu namun kemudian ia terbelalak kaget saat merasakan bibir Halil menyentuh lekuk lehernya dan menciumnya disana. Seketika Innara merasa tak bisa bernapas, lalu kemudian ia merasakan sensasi hangat dan menggelitik menyebar ke seluruh tubuhnya dan bahkan sampai ke area kewanitaannya. Apa ini? Kenapa Innara tiba-tiba merasakan hal yang seperti ini? Saat bibir Halil bergerak dan mengusap leher serta bahunya yang sedikit terbuka, Innara memejamkan mata dan mencengkeram rok baju tidurnya dengan erat.
"Aku suka wangi tubuh Mbak." Bisik Halil di telinga Innara sebelum pria itu menggigit ujung telinga Innara. Seketika Innara terkesiap, ia menolehkan kepalanya secara tiba-tiba dan memandang Halil dengan marah. Ini pelecehan, jelas Halil sedang melecehkannya. Namun belum sempat ia mengeluarkan kalimat pedas dari mulutnya, kedua tangan Halil merangkum wajahnya dan bibir pria itu menempel cepat di bibirnya. Innara kembali terbelalak, terlebih saat merasakan sapuan lidah pria itu di bibirnya, Innara seketika mendorong tubuh Halil dengan kuat sehingga tubuh mereka sama-sama terjatuh ke atas sofa. Halil terbaring dengan Innara tengkurap di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak, I Love You (Tamat)
RomanceTersedia PDF, Cetak dan versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. "Aku suka sama Mbak." Ucap Halil dengan senyum lebarnya. Innara mengerutkan dahi dan memandang pria yang usianya dua tahun lebih muda sekaligus bawahannya itu dengan tatapan tajam dan...