Part 9
Tugas Innara adalah memastikan semua bawahannya melayani pengunjung dengan baik. Terlepas siapa mereka, darimana mereka berasal dan seperti apapun penampilan yang mereka tunjukkan, anak buahnya harus memperlakukan semua tamu sama. Entah itu remaja, dewasa, lansia dan bahkan anak-anak.
Dedikasi? Bukan. Innara yang sekarang tidak seloyal itu. Tapi kembali pada prinsip awalnya bekerja, dia harus melakukan apa yang menjadi kewajibannya supaya dia bisa nyaman menerima hak nya.
Innara sudah biasa menjadi bahan perbincangan anak buahnya. Mengenai dirinya yang bersikap dingin cenderung jutek. Namun dia tidak mempermasalahkan itu. Menurutnya, selama ia melakukan hal yang benar, maka dia tidak akan memedulikan penilaian orang lain terhadapnya. Dia bukan tipe orang yang tidak akan mengakui kesalahannya. Jika memang dia salah, dia akan meminta maaf. Jika diberikan saran, selama itu masuk akal, dia akan menjalankannya. Namun jika dia dituntut untuk melakukan apa yang orang lain inginkan, maaf, dia bukan boneka yang bisa seenaknya dijajah.
"Mba kenapa sih jutek terus? Muka udah cantik, senyum dikit sama bawahan kan gak dosa, Mbak. Malah itu ibadah." Ucapan itu sudah seringkali Innara dengar dari pria yang selama dua bulan ini menjadi tetangga sekaligus anak buahnya. Siapa lagi kalau bukan Halil, pria yang kini menjadi incaran karyawan sekalipun mereka menjulukinya si 'Bule Miskin'.
"Suka-suka saya. Mau senyum, mau ketawa, mau nyinyir. Emangnya ngefek sama kamu?" Innara balik berkata dengan ketus. Saat ini mereka sedang berjalan menuju salah satu kamar VVIP resort mereka, mengantarkan makanan yang sebelumnya dipesan oleh tamu.
"Ngefek dong, Mba. Senyuman Mba itu bisa meningkatkan imunitas. Menambah kekebalan semangat kerja. Kalau Mba senyum, saya yakin akan mencerahkan hari kami, khususnya saya." Ucap pria yang usianya lebih muda itu dengan cengiran lebarnya yang membuat Innara mencebik seraya memutar bola matanya.
"Udah cukup kalo kamu nyari yang bisa dirayu, cari yang sepantaran. Bukan saya." Jawab Innara ketus.
"Kenapa gak boleh Mba? Apa karena saya bawahan trus Mba atasan makanya haram bagi saya buat rayu Mba?" Tanyanya tanpa basa-basi yang membuat Innara menghentikan langkahnya dan memandang pria itu dengan tatapan tajam.
"Apa saya bahas kasta disini?" Tanya Innara dengan dingin.
"Tadi, Mba bilang sepantaran." Jawab Halil dengan ekspresi polos yang dibuat-buat.
Innara balik memelototinya. "Kamu lupa apa yang dikatakan Pak Dani saat kamu mulai bekerja disini?" Tanya Innara ketus. Halil mengedikkan bahu dengan ekspresi tak acuh. "Saya ini lebih tua daripada kamu. Jadi kamu gak cocok rayu orang seperti saya. Bisa jadi saya malah lebih cocok jadi kakak kamu.
"Dan sepantaran yang saya maksud adalah, kamu cari perempuan yang usianya sepantar sama kamu. Bahkan lebih muda lebih baik. Kenapa? Supaya bisa menyeimbangi ketengilan kamu." Ucap Innara masih dengan ketusnya seraya membalikkan badan dan kembali melangkah pergi.
"Saya udah coba, Mba. Tapi mau gimana lagi, sejak kerja disini, saya udah kecantolnya sama Mba Innara.
"Mba sih, jutek-jutek menggemaskan. Kan aku jadi semakin terpikat." Ucap Halil tak ingin berhenti yang membuat Innara mengepalkan tangannya dan meremas HT (handy talkie) dengan lebih erat sampai buku jarinya memutih. Kalau saja klien yang hendak mereka kunjungi itu bukan cucu pemilik resort, Innara sangat enggan untuk menggantikan tugas Pak Dani untuk menyapanya. Apalagi ditemani oleh pria tengil seperti Halil.
Innara tahu, apa yang dikatakan Halil padanya itu tidak serius. Pemuda yang usianya dua tahun lebih muda itu hanya suka menggoda dan membuatnya emosi. Semakin dingin Innara, semakin gencar pria itu menggodanya. Dan Innara, tak bisa mengubah dirinya menjadi lebih ramah supaya pria itu berhenti menggodanya, dia justru malah semakin kesal dan semakin ingin menunjukkan taringnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak, I Love You (Tamat)
RomanceTersedia PDF, Cetak dan versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. "Aku suka sama Mbak." Ucap Halil dengan senyum lebarnya. Innara mengerutkan dahi dan memandang pria yang usianya dua tahun lebih muda sekaligus bawahannya itu dengan tatapan tajam dan...