"M-Rayka?" Panggil Innara gugup. "Apa yang kamu lakuin disini?" Tanyanya heran.
Apa ini, kenapa ini seperti dejavu? Bedanya, Rayka yang berdiri nyata di depannya saat ini terlihat sehat dan segar jika dibandingkan dengan Rayka yang hadir dalam mimpinya tempo lalu.
"Bekerja, tentu saja." Ucap pria itu dengan nada santainya.
"Be-bekerja?" Innara memandang pria itu tak percaya. Rayka menganggukkan kepalanya dan melangkah mendekati Innara yang membuat Innara malah terjatuh kembali ke kursi karena gugup.
"Bagaimana kabar kamu?" Tanya pria itu dengan nada ramahnya. "Kamu sehat? Kamu kelihatan makin cantik." Ucap pria itu seraya melangkah mendekat.
"Berhenti disana Ka." Perintah Innara yang membuat pria itu mengernyit seketika. "Kamu belum jelasin apa-apa. Apa maksud kamu dengan bekerja?" Tanya Innara dengan tatapan waspada.
Innara tahu ini siang bolong dan Innara tidak bisa menyamakan mimpi—dimana Rayka memaksanya—dengan kenyataan. Rayka yang ada didepannya jelas terlihat sangat rasional, tidak tampak gila seperti yang ada dalam mimpinya tempo hari.
"Aku pindah kesini." Ucap Rayka dengan senyum di wajahnya. "Apa kamu tidak mendengar kabar tentang kedatanganku?"
Innara kembali mengernyit. Dia memang mendengar kabar tentang atasan baru mereka dari Lusi, tapi ia tidak menyangka kalau orang itu adalah Rayka. Rayka memang bekerja di bidang yang sama dengannya, di bidang perhotelan. Namun yang Innara tahu, Rayka tidak bekerja di hotel ataupun resort yang dimiliki oleh keluarga Levent.
"Aku sengaja melamar kesini." Ucap Rayka seolah menjawab pertanyaan Innara. "Aku mencarimu kemana-mana, Nara. Aku bertanya pada Bunda, pada Ayah, pada nenek. Tapi mereka semua tidak ada yang mau memberitahuku dimana kamu. Aku bertanya pada Delia dan bahkan mengancam akan memecatnya, tapi dia juga tidak mau memberitahuku dimana kamu." Keluh Rayka dengan sedih.
"Seharusnya sejak saat mereka tutup mulut, kamu berhenti mencariku. Dan bukankah seharusnya kamu sadar kalau aku memang tidak ingin kamu temukan?" Tanya Innara dengan nada menantang. "Lagipula untuk apalagi kamu mencariku? Aku tidak punya hutang apa-apa padamu Rayka." Ucap Innara dingin dan hal itu membekukan Rayka seketika.
"Aku merindukanmu."
"Tapi aku tidak!" Jawab Innara marah. "Lagipula kamu tidak pantas merindukanku. Ingatlah kalau kamu sudah menikah dengan Azanie." Innara mengingatkan.
"Persetan dengan Azanie. Aku tidak menginginkannya." Ucap Rayka marah. Dia kembali berusaha melangkah mendekat namun Innara kembali mengangkat tangannya dan menghentikkan langkah pria itu.
"Jangan macam-macam, Rayka. Kalau kamu datang kesini untuk bekerja. Maka bekerjalah. Jangan pernah mendekatiku apalagi bicara padaku. Aku tidak mau mendengar omong kosong dari mulutmu." Innara mengancam.
"Nara..." Rayka kembali berusaha mendekat namun Innara melangkah dengan cepat menuju rumahnya sendiri dan mengunci dirinya dari dalam.
Dengan jantung berdebar sangat kencang dan napas tersengal, Innara menyandarkan tubuhnya pada pintu dan jatuh meluruh di lantai.
Kenapa? Kenapa ini harus terjadi? Kenapa Rayka kembali datang di hidupnya?
Innara bukan takut kembali jatuh cinta pada mantan tunangannya. Tidak. Ia sudah tidak memiliki rasa pada pria itu bahkan sedikit rindu pun tidak. Tapi ia merasa takut. Keberadaan Rayka akan mengguncang ketenangan yang selama ini coba ia bangun. Keberadaan Rayka adalah pertanda bahwa perang antara dirinya dan Azanie akan kembali berkobar.
Azanie akan semakin membencinya meskipun Innara tidak tahu apa yang mendasari kebencian adik tirinya di masa lalu. Dan bukannya Innara tidak bisa melawan Azanie. Dia bisa saja melawan Azanie, apalagi kalau Azanie adalah orang lain, sampai berdarah pun Innara akan mau meladeni Azanie. Namun Innara dan Azanie tidak bisa bertarung semudah itu. Ada perasaan ibunya, ayahnya dan juga adik-adiknya yang harus ia jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak, I Love You (Tamat)
RomanceTersedia PDF, Cetak dan versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. "Aku suka sama Mbak." Ucap Halil dengan senyum lebarnya. Innara mengerutkan dahi dan memandang pria yang usianya dua tahun lebih muda sekaligus bawahannya itu dengan tatapan tajam dan...