Part 17

285 30 4
                                    

Ruangan itu tampak megah dengan dekorasi bunga mati yang tampak begitu hidup. Foto-foto kebersamaannya dan sang kekasih yang mereka ambil sejak mereka mencetuskan hubungan resmi  sampai foto yang mereka ambil beberapa minggu sebelum pernikahan muncul di layar yang besar secara silih berganti.

Innara tesenyum. Binar di wajahnya semakin cerah seiring setiap langkahnya menuju pelaminan. Bagaimana tidak, Innara adalah wanita paling bahagia saat ini. Dan dia merasa menjadi wanita paling cantik dan paling memukau saat ini, wanita beruntung yang bersiap untuk mendatangi pangeran tampannya.

Dengan perasaan gembira, Innara kembali melangkah menuju masa depannya. Namun tiba-tiba Innara merasa kakinya berubah kaku dan langkahya terhenti tanpa dia ingini. Ruangan menjadi begitu sunyi. Layar yang tadinya menyala berubah mati begitu juga dengan lagu pengiring berlirik cinta yang tadi terdengar mengisi seluruh ruangan. Innara memandang sisi kiri dan kanan jalannya dan melihat orang-orang kini memfokuskan perhatian mereka pada orang lain, mengalihkan perhatian darinya dan memandang sosok lain yang ada di belakangnya. Innara berbalik dsn melihat adik tirinya melangkah dengan senyum cerah di wajah. Dan fadis itu, anehnya justru mengenakan gaun yang sama seperti yang kini dikenakannya.

Ya, Azanie melangkah dengan pongah menggunakan gaun pengantin yang sama dengannya dan langkah adiknya itu seketika berhenti kala ia berada selangkah di depan Innara.  Senyum culas seketika menghiasi wajah cantiknya.

"Kenapa? Heran karena aku ada disini?" Tanya Azanie dengan senyum jumawanya. "Kamu jangan bermimpi untuk bahagia dengan Rayka, Kakak. Karena sejak awal Rayka itu bukan buat kamu, tapi untuk aku." Lanjutnya dengan nada menghina yang membuat Innara mengerutkan dahinya dalam.

"Apa maksudnya?" Tanya Innara heran. Innara menuntut jawaban dari Azanie namun adik tirinya itu hanya mengedikkan bahu dan kembali berjalan melangkah. Disaat bersamaan, Innara juga melihat Rayka turun dari pelaminan dan berjalan menuju kearah mereka dengan tatapan penuh kebingungan.

"Lihatlah, Nara. Tidak ada satupun orang disini yang setuju kamu menikah dengan Rayka." Azanie menghentikan langkahnya dan memutar badan hanya untuk kembali menatap Innara. Lengan berbungkus kain brokat transparan berwarna putih itu terbentang di kedua sisi tubuhnya dan  berputar seolah menunjuk semua tamu undangan. "Mereka lebih memilihku untuk menjadi istri Rayka karena memang aku lebih layak daripada dirimu." Lanjutnya dengan bangga. "Jadi lebih baik kamu menyingkir dari hadapan kami saat ini juga." Dan Azanie mendorong tubuh Innara dengan cukup kerasnya sehingga Innara tersungkur menyentuh lantai yang dingin di bawahnya.

Rasa sakit seketika menyerang kaki dan tubuhnya. Gaun indah yang tadi Innara kenakan berubah menjadi pakaian rumah sakit yang membosankan untuk dilihat. Satu kaki Innara dibebat dengan gips dan Innara merasa denyutan nyeri yang bukan hanya berasal dari kakinya melainkan juga seluruh tubuhnya.

Tubuh Innara gemetar. Rasa panas menjalari seluruh badannya dan peluh membasahi tubuhnya.

"Maafkan kami. Kami tidak bisa menanggung malu jika pernikahan kalian tidak jadi dilaksanakan." Suara itu kembali terngiang di teliganya dan Innara memandang mantan calon ibu mertuanya itu dengan tatapan tak percaya. "Mama tahu kamu mencintai Rayka, tapi Mama juga tahu kalau kamu akan bisa lepas darinya. Mama harap kamu segera bertemu pria baik-baik yang akan segera menjadikanmu istrinya." Lanjut mantan calon ibu mertuanya itu seraya memandang kaki dan tubuh Innara yang sebagian masih terluka.

Lalu kemudian, latar berganti dan tawa gadis yang Innara kenal  terdengar membahana. "Lagipula siapa yang mau menikahkan anaknya dengan wanita cacat sepertimu. Sekalipun kamu bisa berjalan kembali, tapi luka di tubuhmu?" Gadis itu memandang Innara dengan jijik. "Jelas tidak akan bisa kau sembunyikan seumur hidupmu." Lanjutnya dengan nada mengejek. Itu adalah ucapan Azanie. "Jangan hanya berdiam diri disini dan meminta untuk dikasihani. Rayka sekarang adalah suamiku, bukankah tidak pantas kalau mantan calon istri masih tinggal serumah dengan mantan calon suami yang jelas sudah berstatus sebagai suami dari adiknya sendiri? Ya walaupun hanya adik tiri, tapi tetap saja keberadaanmu akan dianggap negatif oleh publik."

Mbak, I Love You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang