"Gak, dia gak ganggu aku."
"Siapa dia? Apa kalian saling kenal?" Halil kembali menatap Innara dengan tatapan menyelidik.
"D-dia..."
"Mantan pacar?" Tanya Halil dengan nada mengejek. Innara memandang Halil sejenak sebelum kemudian mengalihkan pandangannya karena gugup. Tatapan Halil terlalu intens menurutnya hingga membuatnya salah tingkah.
"Begitulah." Jawab Innara jujur dan lirih.
"Belum move-on rupanya." Jawab Halil yang tanpa meminta ijin langsung melewati Innara dan berjalan menuju dapur. "Mbak sendiri sudah move-on?" Tanya Halil sesaat setelah meletakkan paper bag di atas meja makan. Ia menatap Innara dengan sebelah alis terangkat. Tak juga mendapat jawaban, Halil memiringkan kepalanya. "Mbak?" Ia mengulang pertanyaannya.
"Udah move-on atau belumnya, jelas gak ada urusannya sama kamu kan?" Ucap Innara ketus seraya melangkah mendekat dan mengintip apa yang Halil bawa.
"Jelas ada urusannya dong." Ucapnya yang membuat Innara menoleh ke arahnya. "Biar aku bisa nentuin langkah aku kedepannya kayak gimana." Ucap Halil serius.
"Kalo aku belum move-on, kamu mau berhenti bilang suka sama aku?" Tanya Innara dengan nada yang terdengar agak ketus di telinganya sendiri tanpa memandang Halil. Ia lebih memilih untuk berpura-pura tak peduli dengan jawaban Halil dengan berpura-pura berminat pada bungkusan yang dibawa pria itu dan mengeluarkannya dari dalam paper bag tanpa ijin Halil.
"Siapa bilang?" Tanya Halil dari atas kepala Innara. Tanpa Innara sadari, rupanya pria itu sudah berdiri di belakangnya dan mengurung tubuhnya dengan kedua tangannya. Innara terkejut, seketika membelalakkan mata. Tubuhnya mematung seketika dan ia menelan ludah dengan cepat. Tubuh Halil berdiri kokoh di belakangnya. Dada pria itu tepat berada di punggungnya. Entah lima sentimeter atau mungkin lebih jarak pria itu, namun Innara bisa merasakan panas tubuhnya.
Innara tiba-tiba menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Jantungnya tiba-tiba berdebar dengan kencang. Darah berdesir di sekujur tubuhnya dan bergerak mencapai satu titik, area intimnya. Karena saat ini entah kenapa Innara merasakan bagian intimnya panas dan berdenyut.
"Kalau Mbak belum move-on dari dia, aku akan pastikan Mbak akan segera melupakannya." Bisik Halil di telinga kanan Innara yang membuat mata Innara semakin membola. Tubuhnya bergidik, bukan karena ngeri, tapi karena gairah yang herannya bangkit dengan cepat hanya karena keberadaan Halil di dekatnya.
"S-so kamu." Ucap Innara gugup. Ia ingin menundukkan kepalanya untuk menjauhi wajah Halil, namun entah bagaimana ia malah terpaku.
"Aku bukannya so, tapi itu adalah ancaman terang-terangan dari aku untuk Mbak dan pria diluar sana." Ucap Halil semakin dekat. Napas pria itu berhembus hangat di tengkuk Innara yang membuat bulu halus di sekujur tubuh Innara meremang.
Mencoba untuk sadar, Innara menyikut perut Halil dengan cukup keras. Berhasil! Pria itu melenguh sakit dan bergerak mundur yang membuat Innara bisa bergerak. Ia berbalik dengan cepat, hendak kembali ke ruang tengah, namun ia kalah cepat karena Halil kembali mengurungnya dengan kedua lengannya yang kokoh. Membuat posisi tubuh mereka kini saling berhadapan.
"Kalau Mbak berharap aku tumbang dengan satu sikutan remeh macam itu, Mbak salah." Ucapnya dengan senyum mengejek di wajahnya. Sudah kubilang kalau Mbak harus waspada. Mbak sendiri yang mengundang singa masuk ke kandang kelinci." Lanjutnya dengan kepala yang menunduk untuk melihat ekspresi Innara.
Tersinggung dengan ucapan Halil yang mengibaratkannya seperti seekor kelinci, Innara yang tadi hanya mampu memandang dada Halil kini mendongakkan kepalanya dengan marah. Sialnya, bukannya berhasil marah, Innara justru merasa gairahnya semakin melonjak parah. Alih-alih menatap Halil dengan sorot menantang, ia malah memandang pria itu dengan tatapan lapar.
![](https://img.wattpad.com/cover/297567683-288-k511757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak, I Love You (Tamat)
RomanceTersedia PDF, Cetak dan versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. "Aku suka sama Mbak." Ucap Halil dengan senyum lebarnya. Innara mengerutkan dahi dan memandang pria yang usianya dua tahun lebih muda sekaligus bawahannya itu dengan tatapan tajam dan...