Suara ketukan di pintu membuat Innara turut membuka mata. Jam berapa ini? Tanyanya pada dirinya sendiri seraya melirik jendela yang sudah memunculkan sinar matahari.
"Bukankah saya yang seharusnya bertanya pada Anda apa yang Anda lakukan disini?" Innara mengernyit kala mendengar nada suara Halil yang terkesan ketus dan dingin.
"Bersikaplah yang sopan. Aku ini atasanmu." Teguran itu, Innara mengenal suaranya. Itu milik Rayka.
"Anda atasan saya jika di resort. Disini Anda hanya sekedar pengunjung." Halil mengingatkan. "Yang tidak diinginkan." Imbuh Halil cukup keras.
Ya Tuhan, kumohon jangan sampai ada perkelahian. Doa Innara dalam hati. Lagipula apa yang Rayka lakukan disini? Tanyanya pada diri sendiri dan Innara mendapatkan jawabannya saat ia melihat sosok Rayka yang berjalan menerobos masuk dengan buka rose berwarna merah muda di tangannya.
"Aku mendapat kabar kalau kau sakit. Kau baik-baik saja?" Tanya pria itu dengan langkah cepat mendekati tempat tidur Innara yang kini sudah dalam posisi duduk. Pria itu menyerahkan buket bunga mawar merah muda di tangannya namun Innara sama sekali tidak mau menerimanya.
"Terima kasih atas perhatian Anda, Pak. Tapi saya sudah lebih baik sekarang." Ucap Innara dengan nada datarnya.
Sekilas ia melirik Halil yang kini tengah berdiri dengan santai, melipat kedua lengan di depan dada dengan bahu bersandar pada tembok. Pria itu menatap Innara dan tersenyum mengejek yang jelas ditujukan atas penolakan yang diberikannya pada Rayka.
"Aku mengkhawatirkanmu. Apa yang terjadi? Apa yang dokter katakan?" Tak kunjung mendapat jawaban dari Innara, pria itu memutar kepala untuk menatap Halil. Halil hanya mengedikkan bahu dengan ekspresi mencebik.
"Itu rahasia pasien. Hanya walinya yang boleh tahu mengenai kondisinya." Ucapnya dengan nada mengejek seraya duduk dengan santai di sofa dan mulai menyalakan televisi di hadapannya dengan suara rendah.
"Jika dibandingkan denganmu, aku jauh lebih berhak untuk mengetahui kondisi Innara." Tegur Rayka dengan nada mengancam.
"Begitukah?" Tanya Halil dengan nada tak acuh. "Kalau begitu, silahkan pergi ke bagian informasi dan daftarkan diri Anda sebagai wali. Setelahnya carilah dokter yang merawat Innara dan tanyakan sendiri padanya apa yang terjadi pada Innara." Jawab Halil dengan tak acuh yang membuat Rayka mendengus kasar.
Innara menggigit bagian dalam bibirnya hanya supaya ia tidak menunjukkan senyumnya atas sikap berani Halil. Namun yang sebenarnya mulai mengusiknya bukan sikap Halil yang berani melawan Rayka yang notabene atasan mereka. Tapi pada penyebutan nama Innara yang dilakukan pria itu tanpa menggunakan kata 'Mbak'. Kenapa jantung Innara semakin berdebar kencang saat mendengar pria itu menyebut namanya langsung? Tanpa sadar Innara menyentuh pipinya kala merasakan panas menjalar disana.
"Kamu baik-baik saja?" Ucapan itu disertai dengan sentuhan Rayka di lengannya. Innara seketika tersentak dan memandang Rayka dengan tatapan takut sementara Halil sudah berjalan mendekat dan menyentuh dahi Innara untuk mengecek suhu tubuhnya yang membuat Rayka memandang Halil penuh benci karena Innara tidak menepis tangannya seperti yang Innara lakukan pada Rayka.
"Aku tidak apa-apa." Ucap Innara dengan nada lirih dan malu. Ia bahkan tidak berani mendongakkan kepalanya untuk memandang Halil karena takut pikirannya malah bercabang ke arah lain.
"Perlu aku panggilkan dokter?" Tanya Halil cemas dan Innara menggelengkan kepalanya pelan sebagai penolakan. Halil mengangguk atas jawaban Innara dan tubuh pria itu kembali menegak, memandang Rayka dengan tatapan dinginnya. "Saya rasa Innara perlu istirahat, Pak. Terima kasih atas kunjungannya." Usir Halil halus.
Rayka jelas tidak menerima pengusiran itu begitu saja. Ia memandang Halil dengan tatapan tajamnya.
"Bukankah Anda seharusnya kembali bekerja?" Tanya Halil saat Rayka masih saja mematung di tempatnya. "Jangan sampai Anda menjadikan Innara sebagai kambing hitam hanya karena Anda ingin bolos kerja." Halil memperingatkan. "Jangan sampai ada gunjingan dari karyawan lain kalau Anda menganak-emaskan Innara hanya karena Anda berbaik hati mengunjunginya." Lanjutnya yang ditanggapi Rayka dengan tatapan dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak, I Love You (Tamat)
RomanceTersedia PDF, Cetak dan versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. "Aku suka sama Mbak." Ucap Halil dengan senyum lebarnya. Innara mengerutkan dahi dan memandang pria yang usianya dua tahun lebih muda sekaligus bawahannya itu dengan tatapan tajam dan...