Part 7

290 33 1
                                    

Innara meninggalkan café dengan jantung yang berdebar dengan sangat kencang. Ia merasa lelah, bukan hanya fisik, namun juga emosionalnya.

Kejadian-kejadian yang terjadi setelah ia kembali ke kediaman orangtuanya kembali masuk ke kepalanya. Di dalam taksi, Innara hanya bisa kembali membisu tanpa bisa menahan airmata yang menetes di matanya.

Innara menghindari acara makan malam keluarganya di hari setelah ia keluar dari rumah sakit dengan alasan kalau ia lelah. Azanie, tak pernah menyembunyikan rasa bahagianya karena telah menikah dengan Rayka, pria yang dia katakan sudah ia kagumi sejak masuk SMA. Tanpa rasa bersalahnya Azanie mengabaikan perasaan kecewa dan terluka Innara. Tanpa malu, adik sambungnya itu justru bangga karena telah mengambil posisi Innara.

Tapi itu belum seberapa. Rasa sakit Innara tidak terhenti sampai di situ. Ia berusaha menatap Rayka yang saat itu juga tinggal di kediaman orangtuanya, meminta pria itu menjelaskan tanpa suara, tapi Rayka malah memalingkan wajah dan berlalu pergi tanpa mengucap apa-apa. Innara merasa diabaikan. Ia merasa tak lagi memiliki harga diri.

Lalu, saat ia sendirian, ibu Rayka datang mengunjunginya dan memberikannya penjelasan.

"Papa terkejut waktu mendengar kamu kecelakaan." Ucap ibu Rayka dengan wajah sedihnya. "Kami menunggu kamu sadar. Satu hari, kamu gak sadarkan diri dan kami mulai cemas.

"Pernikahan kalian akan berlangsung dalam waktu beberapa hari. Dan melihat kondisi kamu, sekalipun bangun kami takut kamu tidak akan siap untuk melangsungkan pernikahan.

"Rayka sudah meminta kepada kami untuk membatalkan pernikahan dan mengundurkan tanggal. Tapi Papa Rayka bersikukuh kalau pernikahan harus tetap terjadi. Dia berkeyakinan, kalau sekali pernikahan gagal, maka kali kedua pun akan terus begitu. Karena itu dia meyakinkan Rayka untuk menjadikan Azanie sebagai pengganti kamu, Ra.

"Tidak untuk ijab Kabul. Papa hanya ingin Azanie menggantikan kamu di pelaminan saja dan menyalami tamu sementara nanti ijab akan menyusul saat kamu sudah sadar. Dan saat itu, kami masih berharap kamu akan bangun." Ucap ibu Rayka dengan tatapan meminta pengertian.

"Azanie tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Dia menolak saat Papa Rayka mengatakan idenya. Begitu juga dengan orangtua kamu. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Kami menunggu kamu membuka mata, tapi sampai sehari sebelum pernikahan, kamu tidak juga bangun."

Jadi ini salahnya karena mengalami kecelakaan dan jatuh dalam keadaan koma? Tanya Innara pada dirinya sendiri.

"Maafkan Mama, Nara. Mama juga sama bingungnya kala itu. Mama tidak mau sesuatu terjadi pada Papa. Mama gak bisa hidup tanpa Papa. Mama mohon kamu ikhlas menerima keadaan ini.

"Jangan buat Rayka goyah, dan Mama harap kamu bisa menjauh dari dia.

"Rayka mengatakan kalau dia tidak mau menempati rumah yang kami persiapkan untuk kalian berdua karena bukan Azanie yang dia inginkan tinggal disitu. Dia bersikukuh ingin tinggal disini karena dia mau ada dekat kamu dan membuat kamu mengerti. Dia bahkan mengancam akan menceraikan Azanie supaya bisa kembali sama kamu.

"Tapi kamu tahu kan kalau itu tidak baik. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti seandainya Rayka berpisah dengan Azanie dan menikah sama kamu? Itu sangat tidak pantas. Kamu akan dituduh sebagai perebut suami orang—perebut suami adik kamu sendiri—sekalipun memang menurut kamu posisi itu adalah milik kamu sejak awal.

"Mama mohon, buat Rayka mengerti. Buat dia menyadari bahwa dia sekarang bertanggung jawab atas Azanie. Buat dia tidak berharap lagi sama kamu. Mama tahu kamu gadis yang baik dan tidak egois." Ucap ibu Rayka seraya menggenggam erat tangan Innara.

Innara butuh penghiburan, tapi yang ia dapatkan malah tuduhan. Ia adalah korban, tapi ia malah dijadikan tersangka atas sesuatu yang bahkan belum terjadi dan bahkan tidak pernah Innara pikirkan. Ia kecewa, bukan hanya pada Azanie ataupun Rayka, tapi pada semua orang.

Mbak, I Love You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang