"pundak seorang anak itu tidak diciptakan untuk menanggung kesalahan yang diperbuat oleh orangtuanya. Dan kalau saja hal itu adalah sebuah bentuk kejahatan, maka akan banyak orangtua yang mendekam di balik jeruji besi guna menembus kesalahan mereka."
-anonymous-•••-
Monday Morning.
09:33 AMMeskipun bel istirahat baru berbunyi sekitar tiga menit yang lalu, hal itu tidak menutupi kemungkinan bagi para penghuni kelas sosial 3-A untuk segera pergi meninggalkan kelas, setelah dua setengah jam berkutat di dalam ruangan persegi tersebut dan mendengar ocehan guru yang membuat kepala berasap.
Dan sekarang, hanya satu penghuni kelas yang masih tersisa, yang kini tengah merapikan meja belajarnya. Siapa lagi kalau bukan Sagara.
Setelah merasa puas dengan mejanya yang bersih dan rapi, Sagara meraih smartphone miliknya yang berada di dalam tas dan membuka group chat dengan sahabat-sahabatnya di whatsapp. Dan di sana tertera kalau mereka sudah sepakat untuk berkumpul di taman belakang sekolah━dimana lagi kalau bukan di tempat kesukaan mereka untuk menghabiskan waktu istirahat bersama.
Begitu Sagara memasukkan smartphone-nya ke dalam saku dan memasang wireless earbud, dia berjalan menuju pintu kelas. Dan tepat selangkah sebelum dia keluar, kakinya mendadak enggan untuk digerakkan dan tubuhnya menunjukkan reaksi aneh.
"Same sh*t but different day." Gerutu Sagara dengan pelan begitu dia mulai merasa sesak nafas dan detang jantungnya menjadi tak karuan. Dia bertopang pada kusen pintu kelas dan melihat kedua tangannya yang berkeringat dan tremor.
Seingatnya, kejadian serupa baru saja dia alami satu minggu yang lalu. Dan sekarang hal itu terjadi lagi.
Terlepas dari pikirannya yang buntu untuk mencari sebab dan dirinya yang kesal karena tubuhnya masih saja menunjukkan reaksi tidak jelas seperti ini, Sagara memilih untuk memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam guna mengisi pundi-pundi udaranya yang menyempit.
"Calm down, myself. Everything will be okay. This new academic year will be different than the past two years. " Sagara mengucapkan perkataan itu kepada dirinya layaknya mantra. Meskipun tidak tahu persis mengapa dirinya seperti ini, tapi Sagara tetap mengucapkannya. Dan sepertinya mantra tersebut bekerja dengan cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari nafasnya yang mulai kembali stabil dan tempo detak jantungnya tidak secepat sebelumnya.
Karena tak ingin menyia-nyiakan waktu, Sagara memaksa tungkainya untuk membawanya menyusuri koridor yang untungnya, sedang dalam keadaan kosong.
Namun sayangnya, kondisi mental Sagara yang sedang rapuh itu membuat kondisi koridor yang kosong itu tidak mampu untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang, sebelum nanti dirinya harus melewati lapangan sekolah yang sudah pasti, ramai dengan orang.
Hari ini adalah hari pertama Sagara kembali menginjakkan kaki ke sekolah sebagai siswa kelas dua belas setelah libur kenaikan kelas usai. Dan pada hari pertama ini, semua murid pulang siang namun terkhusus kelas dua belas, mereka sudah mulai start belajar sementara kelas yang lain free class selama tiga hari ke depan, dan bagi kelas sepuluh, tentu tiga hari kedepan akan mereka isi dengan MOS (Masa Orientasi Sekolah).
Namun tetap saja, bagi Sagara yang tertutup, atau lebih dikenal dengan istilah psikologinya introvert itu, kembali berinteraksi dengan sekian banyak orang setelah hampir dua minggu full menutup akses sosialisasi itu sama saja seperti masuk ke dalam kandang harimau. Terlebih lagi, Sagara harus kembali bertemu dengan banyak orang yang pernah menoreh banyak luka tak kasat mata pada dirinya selama hampir dua tahun lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wounded Soul (ft.ENHYPEN)
Fanfiction"Healing is hard. But so is constantly, desperately trying to hold yourself together." - Kisah mengenai jiwa penuh luka yang berjuang untuk berdamai dengan semua kegelapan hidupnya, yang kelak kisahnya tak akan pernah terhapuskan oleh waktu. - ••• b...