-10 : no longer connected-

412 49 2
                                    

"we as humans can heal from almost anything, but it is those the deepest wounds inflicted by the ones who should have loved and supported us that leave the greatest impact and carves themselves into our bones. "
-dawn michelle

-•••-

Four Days Later...
07.25 AM

Jayendra memastikan kalau alat nebulizer sudah menyala. Dia kemudian menyibakkan rambut yang menutupi keningnya ke belakang.

"Kayaknya dia udah lumayan lama anfal-nya. Kulit dia udah dingin." Tukas Harsa yang memegang tangan adik keduanya itu. "Bibir dia udah sampai membiru."

"Sempet gue engga check ke atas, I don't know what will happen." Jayendra duduk di atas kasur sang kembaran. "Dia terlalu exhausted belakangan ini."

Sagara yang menyelimuti kakaknya itu menyelutuk. "Udah gitu Kak Jav belakangan ini sering begadang."

"Tahu darimana kalian ?" Tanya Harsa.

"Belakangan ini, Javier selalu nebeng sama gue. Alesan dia lagi engga mau banyak nyetir karena capek." Jayendra menatap sang kembaran sekilas. "Makanya mobil dia hampir selalu standby di garasi."

"Awalnya gue mikir capek biasa. Tapi dalam sekali perjalanan, minimal dia semprot inhaler itu dua kali. Dan selama di jalan, tidur mulu."

"Terus selama dia tidur di mobil, nafasnya pendek-pendek dan kalau ngomong itu ada suara mengi. Dan tiap malem pasti mampir ke kamar gue, minta tolong buat pijet titik-titik tertentu di lengan dia karena sesek. And last but not last, dia tidur sering engga pakai AC karena dingin."

"Masalah begadang." Sagara menggigit bibir bawahnya. "Berapa kali aku kebangun pas malem karena kambuh, pintu kamar Kak Jav kebuka dan dia pasti ngetok kamar aku, nanyain kondisi aku gimana. Kadang kalau lagi niat banget, dia nawarin buat masuk dan temenin aku bentar di kamar. Dan kalau aku tanya dia kok masih bangun jam segitu, jawabnya pasti belajar."

Setelah mendengar penjelasan kedua adiknya, Harsa mengusap wajahnya dengan kasar. "Javier. Javier." Bisa-bisanya dia tidak menyadari perubahan adiknya yang satu itu. "Udah jelas tiga tahun belakangan asma dia makin akut, masih juga kayak gitu."

"Behavior dia emang susah diubah." Komentar Jayendra. "Namanya juga Javier. Belajar mati-matian, terus tepar kayak gini."

Ketiga kakak beradik itu menatap Javier, yang terlentang lemah dengan masker oksigen yang terpasang di wajahnya. Dadanya yang naik turun dengan cepat menunjukkan kalau nafasnya masih belum stabil.

"Jay." Panggil Harsa. "Hari ini lo ada ujian atau apa gitu ga ?"

Yang ditanya menggeleng. "Napa emangnya ?"

Harsa meregangkan ototnya. "Pakai nanya lo." Astaga, dia terkesan seperti pria tua. "Yah kalau bisa lo take a day off hari ini, soalnya ni Javier siapa yang mau jagain ?"

Sebelum Jayendra menjawab, Sagara berbicara terlebih dahulu. "Kak Jay engga usah take a day off. Aku kan di rumah, jadi bisa keep an eye on Kak Jav."

Mendengar itu, Jayendra menunjukkan wajah meremehkan. "Banyak gaya. Lo kalau lagi drop aja bisa engga bergerak dari kasur."

Sagara merengut. "Sekarang kan kondisi aku udah jauh lebih baik. You can trust me for this thing."

Barangkali ada yang mempertanyakan, kenapa Sagara justru di rumah dan tidak sekolah ?

Semenjak kejadian dengan sang ibu, tingkat stress Sagara naik begitu drastis, sehingga berpengaruh pada kesehatannya. Maka sejak dua hari yang lalu, dia memilih untuk istirahat di rumah.

The Wounded Soul (ft.ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang