18 | finding a partner

334 49 5
                                    

"falling in love with someone you had no intentions on falling for, is the most beautiful kind of love. no forcing chemistry, or trying to save them.
just a pure, raw connection
that created on its own."

-•••-

Monday
17.02 PM

Suara heboh dari sekelompok laki-laki terdengar jelas dari salah satu koridor sekolah. Mereka sepertinya sedang melempar candaan terhadap satu sama lain. Dan satu rombongan itu berhenti ketika mereka baru saja menginjakkan kaki di lapangan sekolah.

"Eh ngopi yok !" Ajak seorang dari mereka yang bernama Sandy. "It's on me."

Pemuda yang lain langsung setuju dengan ajakan Sandy. Oh ayolah, siapa yang tidak akan tergiur dengan tawaran minuman sejuk di panasnya sore, terlebih mereka baru saja selesai olahraga.

"Tumben-tumben lo traktir kita-kita." Goda Ezra, sang ketua tim basket. "Biasanya lo beralasan bokek segala."

Sandy memutar bola matanya malas. "Sebenernya gue engga bokek. Cuman males aja traktir bocah-bocah petakilan kayak lo semua. Ini karena perayaan kecil joinnya Sagara ke tim kita." Dia pun menghampiri Sagara lalu merangkulnya.

Sagara yang tidak terbiasa dirangkul terlihat sedikit berjengit, dan begitu dia mendengar perayaaan kecil itu membuat dia terkejut.

"Eh engga usah." Tolak Sagara. "Kan gue cuman gabung pas udah akhir-akhir. No need to celebrate."

"Asal lo tahu, Sa." Jidan, salah seorang dari tim menghampirinya. "Si Arya kan kecelakaan dari empat bulan yang lalu. Dan udah selama itu kami nyari pengganti dan sumpah, susahnya luarbiasa. Uji coba terus tapi engga ada yg srek. Makanya kami seneng banget pas lo udah join sama kita."

"Lagian ini perayaan yang ga gimana-gimana gitu kok." Kini Sandy berkomentar. "Cuman ngopi di cafe deket sekolah aja."

Sagara bingung. "Hah ? Cafe deket sekolah ? Emang ada ?"

"Ada dong." Sandy tersenyum simpul. "Lo kayaknya jarang keluyuran nih."

-•••-

Cafe' yang dimaksud Sandy terletak di sebuah jalan yang persis di belakang komplek sekolah. Dan satu-satunya alasan kenapa Sagara tidak tahu keberadaan cafe' itu adalah, karena dia tidak pernah melewati jalan itu.

Suasana cafe' tersebut terbilang nyaman. Tidak ada lagu-lagu mengganggu yang diputar, melainkan lo-fi beat yang justru menambah nilai plus pada cafe' tersebut. Terlebih aroma kopi yang semerbak membuat pengunjung semakin betah untuk menghabiskan waktu di sana.

"Cari duduk sana gih." Pinta Sandy. "List pesanan lo. Nanti kasih ke gue." Dia menyerahkan smartphone-nya kepada Ezra. "Gue nunggu di kasirnya."

Ketika Sandy sudah pergi, Sagara menyelutuk di saat yang lain sedang mengetik pesanan masing-masing.

"Kita dine-in ?"

Ezra yang duduk di sebelahnya mengangguk. "Biasanya sih iya. Kenapa emangnya, Sa ? Lo ada urusan habis ini ?"

Sagara menggeleng. "Engga sih... Nanya aja."

Selama SMA, ini pertama kalinya Sagara nongkrong dengan orang-orang yang bukan teman dekatnya. Jadi dia tidak terbiasa sama sekali. Pun dia jarang sekali pergi setelah pulang sekolah, karena tubuhnya yang sakit dan lemah itu ingin cepat diistirahatkan.

"Okay then." Ezra mengangguk pelan. "Pesenan lo apa, Sa ? Biar dimasukin list."

Tanpa keraguan sedikitpun, dia menjawab. "Iced vanilla latte tapi less ice." Kali ini, dia tidak mempedulikan rasa sakit yang biasanya datang setelah minum kopi, karena sensasi panas setelah olahraga lebih penting untuk diatasi.

The Wounded Soul (ft.ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang