31

86 9 0
                                    

DISCLAIMER — Banyak typo, FIKSI!!!

Happy Reading 🐰


Sudah satu minggu lamanya semenjak Doyoung melamarnya, Jiyeon masih belum memberikan jawaban apapun, gadis itu terus bungkam hingga saat ini.

Malam ini dibawah taburan bintang yang bersinar bersama bulan, dengan angin sejuk menembus semua pori-pori kulitnya. Jiyeon termenung memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan.

"Adek kenapa sendirian aja disini? Nggak dingin emangnya?"

"Gapapa cuma pengen duduk disini aja lagian gak dingin kok"

Menganggukkan kepalanya, terduduk disamping sang putri lalu melipat kedua kakinya secara menyamping.

"Sini tiduran di paha mamah, kayaknya adek udah lama nggak kayak gitu lagi ke mamah ya?"

Menurut, gadis cantik itu merebahkan tubuhnya dengan paha sang ibu yang menjadi bantalan kepalanya.

"Iya, adek kangen tiduran kayak gini. Mamah boleh elus rambutnya adek nggak?"

"Boleh, tanpa adek minta juga mamah bakal elus rambutnya adek"

Dielusnya rambut halus sang putri dengan tatapannya yang menatap bentangan langit malam yang ramai akan bintang dan rembulan.

"Adek mamah boleh nanya sesuatu?"

"Boleh, mamah mau tanya apa?"

"Tapi adek jangan salah artikan pertanyaan mamah ya?"

"Iya mah, emanganya mau tanya apa? Tumben pake izin segala?"

Sang ibu tertawa pelan "Mamah takut adek tersinggung, soalnya adek kadang suka sensitif kalo mamah tanya tanya"

"Adek udah ngasih Doyoung jawaban belum? Kasian loh dia nungguin jawaban adek"

"Mamah sama papah gak bakal maksa kamu buat nerima lamarannya Doyoung, tapi tolong jangan gantung anak orang lama-lama. Kasian"

"Adek belum ngasih jawaban apapun ke dia, bahkan selama ini adek banyak berfikir tentang jawaban apa yang harus adek kasih buat Doyoung"

"Adek gak mau salah langkah, apalagi ini soal pernikahan. Adek tau kalo Doyoung gak bakal semudah itu buat bales perasaannya adek"

Anya mengangguk paham, dirinya tau bahwa sang putri akhir akhir ini terus memikirkan lamaran itu. Bahkan tak jarang juga ia memergoki putrinya melamun sendirian.

"Di malam yang sama pas Doyoung nganterin kamu pulang malam itu, Doyoung juga minta izin dan restu dari mamah, papah sama abang"

"Dia sempet berdebat sama abang, karena awalnya abang juga ragu sama semua omongan Doyoung tapi Doyoung terus berusaha buat ngeyakinin abang"

"Mamah lihat semua permohonan dia yang minta restu dari mamah, papah sama abang dengan sungguh-sungguh"

"Dia yang akan berusaha memberikan kamu tempat ternyaman disisinya, dia juga bakal berusaha buat ngebahagiain kamu, ngeganti semua air mata kamu yang dulu pernah jatuh karena dia"

"Perjuangan dia gak main main dek, dia terus memohon biar dikasih restu dan pada akhirnya papah restui dia begitupun dengan mamah sama abang"

"Tapi kita semua cuma ngasih restu, soal keputusan kamu yang mau nerima lamarannya dia atau nggaknya itu terserah kamu. Karena disini kamu yang akan menjalani semuanya, sama dia. Doyoung yang selama ini kamu inginkan"

"Adek boleh pikirin semuanya dengan matang, tapi jangan lama-lama ya"

Jiyeon terdiam hingga sepuluh menit kemudian, ia mendudukkan tubuhnya menghadap sang ibu.

On The Road •• Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang