39

56 9 0
                                    

Disclaimer - Typo, FIKSI!!!

Happy Reading 🐰

"Taeyoung gak mau tanggung jawab Yeon"

Siang ini Yujin pergi menemui Jiyeon yang tengah berada di butik milik gadis itu, kepalanya tertunduk meremas tas yang berada dipangkunya.

Disisi lain hati Jiyeon terasa mencelos mendengar tuturan gadis dihadapannya, semenjak kejadian itu keduanya menjadi dekat dan tidak ada persaingan diantara keduanya.

"Dia udah nemuin gue kemaren malem, selama ini dia ada di Bali. Dia pergi gitu aja buat ngehindarin gue"

"Gue harus apa Yeon, gue gak mungkin ngurus anak ini sendirian. Dia butuh sosok seorang ayah"

"Kalo aja gue gak ngelakuin itu sama Taeyoung mungkin gue bakal baik-baik aja sekarang"

Air mata gadis bertubuh tinggi itu menetes, secara perlahan Jiyeon duduk disamping Yujin yang menundukkan kepalanya.

"Semuanya udah kejadian, lo nyesel juga udah gak ada gunanya. Yang terpenting sekarang itu adalah kesehatan lo sama calon anak lo"

"Urusan Taeyoung biar gue sama Dobby yang urus, gue yakin kalo Dobby ketemu sama Taeyoung dia bakal seret cowok itu kehadapan lo"

"Lo beruntung punya Doyoung, seandainya gue gak permainin hatinya dia mungkin dia gak bakal ngerasain apa yang pernah dia rasain"

"Jiyeon, gue minta maaf atas kelakuan gue selama ini. Gue yang selalu berusaha buat bikin hubungan lo sama Doyoung hancur, sekarang udah dapet karmanya Yeon"

Rasanya Yujin benar benar menyesal sekarang, ia siap jika harus di caci maki oleh gadis disampingnya karena ia rasa dirinya memang pantas mendapatkan itu.

"Udah gue maafin, tolong jangan ulangi semua kesalahan lo dan ubah semua kelakuan lo jadi yang lebih baik lagi"

"Doyoung beruntung bisa ngedapetin lo, dan gue bersyukur yang bisa dapetin lo itu Doyoung bukan laki-laki brengsek kayak Taeyoung"

"Nyokap bokap lo gimana setelah mereka tau keadaan lo sekarang?"

"Marah besar, gue pernah hampir di usir dari rumah sama bokap kalo bukan nyokap gue yang mohon-mohon"

"Yeon gue minta maaf karena akhir-akhir ini gue jadi lebih sering ngerepotin lo sama Doyoung"

"Bahkan tadi pagi Doyoung dateng nganterin sarapan, dan kata dia itu lo yang bikin. Makasih ya"

Jiyeon terdiam setelah mendengar perkataan Yujin, matanya melirik kearah handphonenya yang menampilkan pesan dari seseorang yang sedari tadi keduanya bicarakan.

"Yujin tapi gue gak bikinin lo apa-apa, bahkan soal sarapan yang Dobby bawa pun gue gak tau itu apa"
















































"Kamu yakin gak bakal ngundang banyak orang? Rekan bisnis papa aku sama papa kamu gimana?"

"Kata papa mereka juga mau ngundang rekan bisnis nya ke pernikahan kita, kamu gapapa?"

Doyoung menatap Jiyeon yang sedari tadi diam membisu, entah kemana pikiran gadisnya berkelana hingga tidak mendengarkan perkataannya.

"Sayang? Are you okay? Kamu sakit? Kenapa diem aja dari tadi?"

"Aku boleh nanya sesuatu sama kamu? Aku rasa aku harus tanyain hal ini ke kamu biar hati aku tenang"

"Ada yang ganggu pikiran kamu? Kamu tanya aja, selagi pertanyaan kamu bisa aku jawab, aku bakal jawab itu"

"Kamu nganterin sarapan ke Yujin atas nama aku? Bahkan kamu bilang aku yang bikinin sarapannya? Kenapa kamu bilang kayak gitu ke dia padahal aku gak bikinin dia sarapan"

Meletakkan pulpen yang sedang terselip di jemari tangannya lalu menatap sang gadis dengan tatapan serius.

"Iya aku minta maaf, mungkin kalo dia tau kamu yang bikin dia bakal mau makan. Aku denger dari mamanya kalo selama ini Yujin gak pernah mau makan"

"Kenapa gak bilang jujur aja? Bukannya kenapa, aku cuma gak mau kamu bohong ke dia"

"Maaf"

"Selama ini kamu pergi nemuin dia tanpa sepengetahuan aku? Udah berapa kali Dob?"

"Yeon"

"Aku gak ada maksud buat curiga atau posesif ke kamu, aku rasa aku berhak tau karena sekarang status kamu itu calon suami aku dan dengan kamu pergi ke rumah perempuan lain yang statusnya mantan kamu aku rasa aku berhak tau Dob"

Doyoung diam, menatap Jiyeon yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

"Apa alasan kamu ngebatalin janji buat ngurusin persiapan pernikahan kita selama ada hubungannya sama Yujin?"

"Maaf"

"Jawab Dobby, kamu belum jawab pertanyaan aku! Aku bukan cuma butuh permintaan maaf kamu aja, aku juga butuh jawaban kamu"

Perlahan Doyoung menganggukkan kepalanya, kepalanya tertunduk. Rasa bersalah kini menyeruak dihatinya.

"Aku selama ini nemuin dia dirumahnya, dia butuh aku Yeon waktu itu orang tuanya pergi dan dirumahnya gak ada orang buat nemenin dia"

"Apa dia gak punya temen sampe harus kamu yang nemenin? Dob kamu udah janji loh sama aku selama ini bakal urus pernikahan kita bareng-bareng, tapi udah beberapa kali kamu ingkarin janji itu"

"Dia butuh aku Yeon"

"Aku juga butuh kamu Doyoung! Aku butuh kamu buat urus pernikahan kita bareng-bareng, aku yang lebih butuh kamu"

"Bahkan pas waktu aku sakit aja kamu gak dateng nemuin aku, dan malah nemenin Yujin check up"

Doyoung segera mengangkat kepalanya menatap Jiyeon yang menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Minggu lalu aku dilarikan ke rumah sakit, dan besoknya aku malah ngeliat pemandangan yang bikin aku sakit hati"

"Aku kecewa sama kamu, tolong jangan temuin aku buat beberapa hari kedepan"

"Kamu sakit? Kenapa kamu gak bilang sama aku? Sebenernya aku itu apa sih buat kamu Yeon, sampe kondisi kamu yang sempet drop aja aku gak tau"

"Apa kamu pernah jawab telfon aku? Telfon bang Ji? Telfon mama sama papa?"

"Aku selalu berusaha buat hubungin kamu dan ngasih tau kondisi aku, tapi kamu gak bisa dihubungin sama sekali"

Jiyeon bangkit dari duduknya, menatap Doyoung yang masih terdiam menatap kearahnya.

"Jangan temuin aku dulu, aku mau nenangin diri aku. Biar aku yang temuin kamu nanti kalo aku udah siap"

"Tolong jaga hati dan perasaan kamu, selama kamu lagi gak sama aku. Pernikahan kita satu bulan lagi, dan tinggal undangan pernikahan yang belum kita urus"

"Yang lainnya udah aku urus sendiri, kecuali undangan pernikahan kita. Aku harap kamu masih mau bantu aku ngurusin itu"

Setelah mengucapkan perkataannya, Jiyeon pergi meninggalkan Doyoung sendirian disana dengan segala penyesalannya.

"Doy, udah denger omongan adek gue?"

"Selama ini bukan cuma fisiknya yang sakit tapi hatinya juga, siapa yang gak sakit ngeliat pasangannya berduaan sama mantannya?"

"Gue juga kalo ada diposisi adek gue, gue bakal ngerasain rasa sakitnya tapi sayangnya mantan gue udah gak ada, dan cewek gue yang sekarang gak punya mantan"

"Gue udah bilang kan? Jangan sakitin hati adek gue, gue mau pukul lo tapi lo sahabat gue. Dan gue tau lo gimana orangnya"

"Buat sementara waktu jangan temuin adek gue dulu, dan kalo bisa stop temuin mantan lo"

"Mantan lo masih punya orang tua yang lengkap, dan masih bisa ngurus mantan lo dengan baik. Jadi gak seharusnya lo yang urusin mantan lo"

"Jangan sampe lo nyesel buat yang kedua kalinya"

Jihoon menepuk bahu Doyoung lalu pergi meninggalkan sahabatnya yang lagi lagi dirundung rasa penyesalan.






TBC

On The Road •• Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang