38

74 8 0
                                    

Disclaimer — Typo, FIKSI!!!

Happy Reading 🐰

Jihoon menatap pintu kamar sang adik dengan lamat, ruangan berpintu cat putih itu terlihat seperti tidak mempunyai sebuah kehidupan didalamnya.

"Dia gak keluar kamar seharian, kalian lagi ada masalah? Gue sama nyokap udah berusaha buat nyuruh dia keluar dari kamar barang sebentar aja tapi gak ada respon sama sekali"

Doyoung menundukkan kepalanya mendengar perkataan Jihoon, rasa bersalah kini semakin besar ia rasakan. Sudah hampir dua hari keduanya tidak ada komunikasi sama sekali.

"Doyoung, mama khawatir sama Jiyeon. Dia belum makan sama sekali dari pagi, pintunya selalu dikunci rapat. Sebenernya ada apa? Kalian kenapa?"

"Maaf ma bang Ji, beberapa hari yang lalu Jiyeon sama Doyoung ada sedikit masalah. Jiyeon salah paham sama Doyoung dan sekarang Doyoung mau meluruskan masalah itu sama Jiyeon"

Wanita paruh baya itu menghela nafasnya, menatap kearah pintu kamar sang putri lalu menatap kearah calon menantunya.

"Kalian sudah mau menikah, bicarakan masalah kalian secara baik-baik. Kalian sudah sama-sama dewasa harusnya kalian bisa nyelesain masalah dengan mudah"

"Biar mama coba bujuk Jiyeon dulu, abang kunci kamar cadangannya adek ada di laci depan kamarnya kan?"

Jihoon mengangguk lalu wanita yang usianya tidak lagi muda itu bangkit dan melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana kamar putrinya berada.

"Masalah apa Doy? Lo gak bikin adek gue nangis kan?"

Doyoung diam, lalu menceritakan tentang masalah yang dialami oleh dirinya dan Jiyeon adik dari Jihoon, helaan nafas Jihoon membuat Doyoung semakin menundukkan kepalanya.

"Kalian sama-sama salah, Jiyeon yang salah karena udah ngomong gitu ke mantan lo dan lo juga salah karena diem aja selama ini"

"Kenapa lo gak langsung jelasin ke adek gue? Harusnya lo tau sikap keras kepalanya adek gue kayak gimana"

"Gue udah nyoba bang, tapi Jiyeon sama sekali gak ngasih gue akses buat ngejelasin semuanya"

"Yaudah sekarang lo jelasin sama dia, udah turun anaknya. Gue ke kamar dulu awas aja lo kebawa emosi"

Jihoon melirik kearah sang adik sekilas lalu pergi ke kamarnya meninggalkan sang adik dan Doyoung berdua diruang keluarga.

"Ada apa?"

"Kamu udah makan?"

"Kamu ngapain kesini?"

Menghela nafasnya pelan, netranya menatap Jiyeon yang terlihat enggan menatapnya.

"Aku minta maaf"

Kini Jiyeon menatap Doyoung yang menatapnya dalam, ada rasa rindu didalam hati keduanya.

"Kenapa kamu harus minta maaf? Bukannya disini aku yang salah? Dob, aku ngehindarin kamu bukan karena aku marah sama kamu tapi aku marah sama diri aku sendiri yang udah ngomong seenaknya"

"Beberapa hari ini aku renungin semua kesalahanku, dan aku baru nyadar kalo perkataan aku ke Yujin emang keterlaluan"

"Maaf Dob, aku udah marah sama kamu malam itu dan pergi gitu aja"

Doyoung menggelengkan kepalanya, ia menghapus jarak yang tercipta diantara keduanya. Menekuk kedua kakinya mensejajarkan wajahnya dengan wajah calon istrinya, ibu jarinya menghapus air mata yang mengalir membasahi pipi sang gadis.

"Gapapa aku juga salah, jangan kayak gini lagi aku gak mau kamu kenapa-napa"

Mengelus wajah sang gadis dengan lembut, sedangkan Jiyeon hanya membiarkan jemari lelakinya mengelus permukaan wajahnya.

On The Road •• Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang