1. Wanita Gila

652 34 1
                                    

Joshua sedang menandatangani beberapa dokumen penting perusahaan sekaligus mengecek bagaimana perkembangan bisnisnya pada saat ini. Salah satu proyek yang sangat besar baru saja dijalankan seminggu yang lalu bersama perusahaan elit dari kota Boston.

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa itu menawarkan kerja sama dan memberikan investasi besar-besaran pada perusahaannya yang baru tiga tahun ini berjalan.

Joshua sengaja membangun bisnis baru dan tidak melanjutkan perusahaan ayahnya karena dia sudah muak terus berada di bawah Adrian, kakaknya. Perusahaan yang dia bangun ini adalah impiannya sedari dulu, tetapi baru bisa benar-benar dia dirikan ketika usianya genap 30 tahun.

Saat sedang serius membaca dokumennya dengan perusahaan Boston itu, pintu ruangannya terbuka dengan wanita cantik yang berdiri di depan pintu dipersilahkan oleh sekretarisnya untuk masuk.

Joshua menautkan kedua alisnya, bingung dengan kehadiran tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenalinya. Perempuan itu berambut panjang, blonde, seperti warna rambut artis-artis di film hollywood. Wajahnya juga proposional dengan dagu yang lumayan lancip. Mata wanita itu berwarna biru terang yang mampu menghipnotis orang hanya dengan tatapannya.

"Hai," ujar wanita itu berjalan ke arah Joshua.

"Namaku Eleanor Grivanka, pemilik perusahaan jasa yang baru saja bekerja sama denganmu. Selama ini memang hanya direkturku yang kukirim ke sini karena masih ada yang perlu aku kerjakan sebelumnya".

Joshua segera berdiri dari kursinya, berjalan ke luar dari mejanya dan menyodorkan tangan kanannya untuk berjabatan dengan partner bisnisnya itu.

"Joshua Revano".

Elenor tersenyum, lalu membalas jabatan tangan Joshua. Riasan wanita itu cukup tebal, tetapi tidak menor sama sekali, justru membuat wajahnya semakin tegas dan menawan.

"Lalu, bagaimana, apa ada sesuatu yang ingin kau tambahkan dalam bisnis kita?"

Joshua memilih untuk tidak berbasa basi lagi. Menurutnya, kedatangan Eleanor ke sini pasti sangatlah penting. Apalagi saat ini Eleanor adalah salah satu pemegang saham di perusahaannya karena kesepakatan bisnis mereka tempo hari. Joshua tidak ingin membuat Eleanor tidak nyaman atau membuang waktunya. Wanita itu pasti sibuk sekali.

"Ya, ada persayaratan baru untuk kita".

Joshua sempat berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk.

"Kalau itu tentang persentase pembagian hasil maka kita bisa mem-"

"Bukan. Pembagiannya sudah tepat. Persayaratan ini tidak ada hubungannya dengan bisnis kita".

Joshua menaikkan kedua alisnya, bingung dengan apa yang dikatakan Eleanor. Memangnya apa persyaratan itu?

"Aku mau kita menikah bulan depan".

Joshua langsung tertawa ketika mendengar apa yang dikatakan Eleanor.

"Lelucon yang bagus dari wanita yang cantik," ujar Joshua.

Eleanor menyeringai seolah merasa tertantang. Joshua yang melihat ekspresi wajah Eleanor langsung berhenti tertawa. Dia merasa ada yang salah karena seharusnya Eleanor ikut tertawa atas candaannya.

"Untuk gedung, vendor, undangan akan kusiapkan sendiri, tapi kalau kau mau menambahkan daftar tamu kau bisa langsung menghubungi asistenku. Aku akan minta dia untuk menghubungimu mulai besok sekaligus menginformasikan persiapan dari pernikahan kita".

Elenor duduk di sofa ruangan Joshua. Merapikan rambutnya ke belakang dan melihat layar ponselnya seolah akan menghubungi seseorang. Sementara Joshua, pria itu masih berdiri di samping mejanya memproses apa yang baru saja Eleanor katakan padanya.

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang