8. Serumah

185 14 2
                                    

Eleanor membuka matanya perlahan. Wanita itu merasa ada sesuatu yang melilit tubuhnya dan ketika kedua matanya sudah terbuka sempurna dia baru menyadari bahwa Joshua sedang memeluknya tanpa sadar. 

Sebuah senyum kecil muncul di wajah cantik wanita itu. Joshua memeluknya dalam tidur. Pria itu pasti benar-benar nyenyak sampai-sampai memeluknya seerat ini. Wajah Joshua berada tepat di depan leher Eleanor. Kedua tangannya melilit pinggang wanita itu.

Eleanor kemudian menggerakkan jemarinya menyentuh anak-anak rambut yang menutupi kening Joshua. Rambut pria itu mulai panjang, sepertinya Joshua belum mencukur rambutnya selama sebulanan ini semenjak mereka rutin bertemu.

Suara napas pria itu terdengar lembut di telinga Eleanor. Kemudian, jemari wanita itu turun ke hidung Joshua, pipinya, dan bibirnya. Bibir Joshua berwarna pink pucat, mungkin pria itu tidak  merokok.

Sentuhan-sentuhan dari tangan Eleanor membangunkan Joshua. Kedua bola mata berwarna hijau tua itu memandang lurus ke depan tepat pada wajah Eleanor yang sedang tersenyum padanya.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Eleanor lembut.

Joshua menyadari kedua tangannya melilit tubuh Eleanor, bahkan kedua kaki mereka saling menumpuk. Pria itu segera memundurkan tubuhnya, matanya berkedip-kedip masih berusaha beradaptasi dengan cahaya matahari dari jendela yang menerangi kamar mereka.

"Kenapa kau-"

Belum selesai kalimat Joshua, pria itu sudah lebih dulu mengingat bahwa mereka adalah sepasang suami-istri semenjak kemarin. Joshua cukup terkejut dengan keberadaan Eleanor di atas tempat tidurnya di pagi hari, tetapi kemudian dia sadar bahwa mereka berdua sudah melakukan perjanjian untuk tidur bersama setiap hari sabtu.

Pria itu perlahan keluar dari selimut dan duduk di pinggir ranjang. Menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri merenggangkan badannya.

Eleanor memerhatikan tubuh Joshua dari belakang. Pria itu mengenakan kaos putih polos dan celana hitam pendek ketika tidur kemarin. Wanita itu kemudian memajukan tubuhnya, mengintip Joshua dari samping melihat pada celana pria itu.

"Kau tidak keras?"

Joshua terdiam sejenak mendengar pertanyaan Eleanor. Pria itu menolehkan kepalanya dan mendapati Eleanor sedang memandang serius ke bagian depan celana pendeknya.

"Kenapa aku harus keras?" tanya Joshua balik merasa aneh dengan pertanyaan wanita itu.

"Semua pria keras di pagi hari," jawab Eleanor masih memandang celana depan Joshua.

Pria itu menutup asetnya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba merasa risih dan malu karena Eleanor memandang miliknya terlalu terang-terangan. Demi apapun dia adalah pria berumur 34 tahun, tetapi kenapa sekarang dia jadi pemalu?

"Jujurlah padaku, apa kau impoten? Aku tidak akan menceraikanmu, tapi aku harus tahu keadaan bagian bawah suamiku. Mungkin kita bisa mencari solusinya bersama".

Eleanor mengatakannya dengan wajah bersungguh-sungguh. Kini kedua bola mata biru lautnya kembali memandang pada wajah tampan Joshua yang sudah berubah memerah karena malu.

"Ah, kau benar-benar impoten ternyata," ujar Eleanor santai.

Wanita itu ikut duduk di samping Joshua. Memandang pria itu dengan tatapan kasihan.

"Nanti kita urus bersama," ujar wanita itu sambil menepuk pundak Joshua yang masih kaku di tempatnya.

Joshua kemudian berdecak ketika kesadarannya kembali. Pria itu lalu buru-buru berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk menghindari Eleanor secepat mungkin.

#######################

Joshua sedang berada di dapur hendak menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Hari ini hari minggu dan biasanya dia tidak jalan ke manapun ketika hari libur. Joshua lebih senang menghabiskan waktunya di rumah ketimbang pergi keluar. Faktor lainnya juga karena dia tidak memiliki siapapun untuk ditemui di akhir pekan.

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang