19. Menjadikanmu Milikku

258 21 1
                                    

Eleanor berusaha mengimbangi langkah kaki Joshua yang terlalu cepat dan lebar untuknya. Wanita berambut pirang itu berusaha untuk mengatakan sesuatu, tapi kepalanya tidak menghasilkan kalimat apapun untuk pembelaan pada Joshua.

Sementara pria di depannya terus memandang ke depan dan menggenggam tangannya erat-erat semenjak keluar dari mobil. Eleanor ditarik cukup kuat menuju apartemen mereka. Joshua sama sekali tidak mengatakan apapun lagi, tetapi urat-urat di lehernya menunjukan secara jelas betapa marahnya pria itu.

Begitu sampai di apartemen, Joshua langung membawa Eleanor masuk ke dalam kamarnya. Pria itu mendorong tubuh istrinya jatuh ke atas ranjang. Matanya tidak lepas dari kedua bola mata Eleanor meski wanita yang sudah terduduk itu berusaha untuk melarikan pandangannya ke arah lain.

"Jelaskan".

Eleanor menggigit bibir bawahnya, berusaha memikirkan jawaban tepat apa yang bisa dia keluarkan pada Joshua karena wanita itu tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, tentang segala hal yang dia kerjakan untuk rencana pembalasan dendamnya dan rencana mengenai Joshua di masa depan. 

Joshua mencondongkan tubuhnya, mendekatkan badannya pada Eleanor. Jemari pria itu mengusap bibir Eleanor, menghentikan aktivitas menggigit bibir wanita itu. 

"Apa yang kau lakukan dengan Matthew?" Joshua kembali bertanya, kini kedua bola mata hijaunya kembali menusuk tepat pada bola mata Eleanor.

Lalu wanita itu menyeringai, tiba-tiba sebuah ide tidak masuk akal masuk ke dalam kepalanya. Dia tidak boleh kalah atau terintimidasi dengan Joshua, dia juga harus membuat pria itu tidak mengorek lebih dalam tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Matthew.

"Kami partner sex," jawab Eleanor ringan, seolah apa yang baru diucapkannya bukanlah sesuatu yang besar.

Eleanor tidak masalah jika Joshua semakin mencitrakan dirinya sebagai wanita gila, mesum, atau sekarang bahkan bisa jadi murahan. Bagi wanita itu apapun yang ada di dalam kepala Joshua mengenai dirinya adalah hal yang tidak penting. Cukup dengan Joshua tetap bersamanya, menjadi suaminya, dan semua berjalan sesuai rencana maka dia tidak masalah.

Wajah Joshua berubah menjadi datar, tidak ada sisa kemarahan yang tadi sempat muncul di kedua bola mata hijaunya. Pria itu lalu menarik dasi hitamnya, melonggarkan, dan kemudian membuka jas cokelatnya.

Eleanor semakin melebarkan cengirannya, wanita itu menarik dressnya, membuat paha mulusnya terpampang jelas di hadapan Joshua. Eleanor juga memundurkan tubuhnya semakin berada di tengah ranjang seolah benar-benar siap untuk menerima Joshua.

"Kapan kau terakhir kali bersamanya?" tanya Joshua dengan suara yang pelan.

"Kalau maksudmu melakukan seks, maka jawabannya sebulan sebelum kita menikah, hari di mana aku bertemu denganmu pertama kali," jawab Eleanor, kini tangan wanita itu mulai meraih resleting dressnya mencoba untuk membuka pakaiannya sendiri.

Joshua mendengus mendengar jawaban dari wanita di depannya, merasa tertipu. Eleanor selalu mengatakan bahwa wanita itu mencintainya, tapi lihatlah sekarang Eleanor bahkan tidak merasa malu telah tidur dengan orang lain saat akan menikahinya.

Pria itu dalam emosi yang campur aduk mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja putihnya. Jika memang Eleanor begitu gila dengan seks maka dia akan memberikan apa yang wanita itu inginkan. 

"Dengan orang lain," Joshua diam sebentar, "Kapan terakhir kali kau berhubungan badan dengan orang lain?" tanya pria itu dan menaiki ranjang mendekati Eleanor yang setengah berbaring menghadapnya.

Eleanor tertawa kecil, "Tebak," katanya memancing Joshua.

Pria bermata hijau itu lalu menarik kaki Eleanor, menyeret wanita itu ke bawah tubuhnya, dan kini Joshua sudah benar-benar berada tepat di atas wanita itu.

Eleanor melanjutkan membuka tiga kancing terakhir dari kemeja Joshua dan akhirnya membuat tubuh pria itu terpampang jelas dengan kemeja yang menjuntai terbuka.

"Aku tidak tahu kau bisa seperti ini," ujar wanita itu. "Apa karena mendengarku tidur dengan orang lain membuatmu keras?" tanyanya sambil melirik kembali pada wajah Joshua.

"Tidak," jawab pria itu cepat. "tapi aku bisa menunjukan padamu bagaimana seks yang menyenangkan lebih dari apa yang bisa diberikan mainan-mainanmu di luar sana".

[Sebagain tulisan hanya dipublikasikan sebagai konten ekslusif di karyakarsa]

############################

Eleanor memandangi wajah tidur Joshua yang tenang. Ketika tidur seperti ini, pria itu terlihat sangat polos dan menggemaskan, tetapi apa yang terjadi di antara mereka beberapa jam lalu berbanding terbalik.

Betul kata orang bahwa jangan pernah memercayai wajah malaikat, buktinya dengan wajah yang bersahabat itu Joshua bisa berubah seperti singa lapar dan menerkamnya hidup-hidup. Eleanor bahkan sempat berpikir dia akan pingsan karena tidak sanggup mengimbangi libido pria itu.

Setelah aktivitas panas mereka, Eleanor bangun lebih dulu, sementara Joshua masih tertidur lelap sambil memeluk pinggangnya. Tangan wanita itu bergerak pelan, merapikan helaian rambut yang menutupi dahi suaminya itu. Sebuah tawa kecil lolos dari bibirnya.

"Syukurlah kau tidak impoten ataupun gay," bisik wanita itu pelan masih sambil mengagumi setiap lekukan wajah Joshua yang tegas dan tampan.

############################

Halo semua! Terima kasih sudah membaca cerita ini. Kalian bisa follow aku untuk mendapatkan pemberitahuan setiap kali aku update.

Terkait dengan tulisan lengkap dari chapter ini bisa kalian akses di web/aplikasi karyakarsa dengan judul yang sama, yaitu Caught You dan nama akun yang sama pula, jssicanbbn.

Hal ini aku lakukan untuk menyaring pembaca yang sudah pasti cukup umur untuk bisa membaca konten dewasa yang aku tulis.

Btw, kalian bisa tinggalkan jejak dengan vote dan komentar, ya.

Sampai jumpa lagi minggu depan!

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang