5. Perancangan Aturan Pernikahan

195 19 0
                                    

Joshua kembali menghela napasnya entah sudah yang ke berapa kali selama duduk berdua dengan Eleanor di ruang kerjanya. Wanita di depannya masih terlihat serius membaca setiap tulisan di kertas perjanjian darinya.

Hari ini, setelah menerima permintaan Eleanor untuk menikah, Joshua memberikan persyaratan untuk wanita itu dalam pernikahan mereka nanti. Bagi Joshua, pernikahan keduanya adalah pernikahan bisnis jadi perlu ada regulasi yang harus disepakati.

"Kau cukup banyak mengajukan persyaratan di sini. Rumah? Kita tinggal di apartemenmu, aku setuju. Tidak memberitahukan siapapun kalau pernikahan ini karena bisnis? Aku juga setuju. Ikut denganmu dalam acara-acara bisnis, oke. Ikut denganmu dalam acara makan malam keluarga, oke. Tidak datang ke kantormu tanpa persetujuanmu? Tergantung, kalau aku merindukanmu aku akan tetap datang".

Eleanor terus mengoceh mengabsen semua poin-poin yang tertulis. Kemudian, kedua alisnya menyatu ketika melihat poin paling akhir di kertas itu.

"Kita tidak tidur sekamar?"

Joshua mengangguk, mengiyakan omongan Eleanor, meskipun dia bisa melihat ekspresi kesal dari wajah wanita cantik itu.

"Bagaimana dengan sex kalau kita tidak tidur bersama?"

"Kita tidak akan melakukan itu".

"Ck, aku menikahimu karena aku ingin tidur denganmu".

"Kau bisa tidur denganku tanpa harus menikah denganku".

Eleanor tertawa mendengar jawaban dari Joshua. "Jadi itu berarti, aku bisa menidurimu sekarang, kan?"

Joshua tidak menjawab pertanyaan Eleanor. Pria bermata hijau itu lebih memilih diam daripada harus menyahuti perkataan Eleanor yang semakin tidak masuk akal itu.

Eleanor menghel napas berat. "Baiklah, aku akan menyetujui itu juga. Tapi aku tidak akan menolak kalau kau tiba-tiba menginginkannya. Kau boleh menerkamku kapan saja".

Joshua menghembuskan napasnya kasar. Dia benar-benar harus terbiasa dengan semua omongan kotor dari wanita di depannya. Baru kali ini Joshua dilecehkan seorang wanita yang bahkan jauh lebih muda darinya.

Semua ini tidak akan terjadi jika saja Eleanor tidak memegang kartu ASnya. Seandainya Joshua tidak memerlukan investasi dan kerja sama dari perusahaan Eleanor, dia sudah pasti tidak akan mau menyutujui pernikahan bodoh ini.

Memikirkan betapa dirinya tidak mampu melawan  Eleanor membuat pria itu semakin kesal. Eleanor yang saat ini sudah kembali menatap pria itu tersenyum miring.

"Apa yang kau pikirkan sampai memiliki wajah sekesal itu?"

"Aku memikirkan harus terjebak dalam satu rumah bersama wanita sepertimu".

Eleanor melengkungkan bibirnya ke bawah menunjukkan bahwa dia sedih mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut pria itu.

"Lalu bagaimana denganmu?" Joshua bertanya.

Eleanor menaikkan kedua alisnya tidak mengerti arah pembicaraan Joshua.

"Maksudku syarat darimu dalam pernikahan ini? Seperti aku yang memberikanmu beberapa peraturan, apa peraturan darimu?"

Eleanor berpikir sebentar, lalu menjawab "Kau hanya perlu tetap di sampingku, tidak meninggalkanku, dan tidak berselingkuh dengan siapapun. Itu sudah cukup".

Joshua heran dengan jawaban yang keluar dari mulut Eleanor. Dia semakin bingung dan tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di dalam kepala wanita cantik itu.

"Kenapa? Kau ingin peraturan lain? Aku sebenarnya ingin mengajukan satu peraturan lagi".

Joshua menatap lurus pada mata biru laut milik Eleanor berusaha mencari sesuatu dari kedua bola mata itu, tapi tidak menemukan apapun.

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang