15. Aku Mencintaimu

196 17 3
                                    

Eleanor membuka pintu apartemen Joshua dan masuk ke dalamnya tanpa mengetahui sama sekali bahwa Joshua sudah menunggunya di ruang tamu.

"Ada yang ingin kubicarakan," ujar Joshua tanpa basa basi ketika Eleanor baru saja melangkahkan kakinya masuk.

Eleanor menghentikan langkahnya menatap pada Joshua yang berdiri di depan sofa sedang bersedekap dada. Pria itu masih mengenakan kemeja hitam dan celana cokelat kerjanya. Dari raut wajah Joshua, Eleanor sudah menebak pasti Josua akan protes dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Kau menungguku pulang?" tanya Eleanor sekedar memperlambat arah pembicaraan mereka.

Joshua berdecak terlihat semakin kesal.

"Kau kan yang menebus penalti dan kerugianku pada perusahaan Matthew?"

Eleanor terlihat melarikan pandangannya pada seisi rumah, menghindari tatapan Joshua yang kian menajam. Wanita cantik itu sebenarnya bingung dengan sikap Joshua yang tidak senang atas apa yang dia lakukan. Padahal jelas apa yang Eleanor lakukan adalah sesuatu yang sangat menguntungkan bagi Joshua.

Pria tinggi bermata hijau itu berjalan maju, mendekat pada Eleanor yang terlihat masih enggan menjawab. Eleanor yang menyadari pergerakan Joshua ikut memundurkan langkahnya memberi jarak pada keduanya.

"Aku sudah bilang untuk tidak membantuku".

"Apa salahnya seorang istri membantu suami?"

Joshua menarik napas dalam-dalam merasa bahwa kesabarannya terus diuji oleh wanita pirang di depannya.

"Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri".

"Ya, kau memang bisa," sahut Eleanor.

"Tapi aku tidak suka melihatmu kesusahan," lanjutnya sambil kembali memandang Joshua.

Pria dengan mata hijau terang itu terdiam. Mendadak tidak punya perlawanan lagi pada wanita cantik di depannya yang masih memandang lurus pada kedua bola matanya. Apa yang dikatakan Eleanor barusan terdengar seperti sebuah kebenaran dan membuat hati Joshua bergetar pelan.

Eleanor lalu melepaskan sepatu heels merahnya, meletakkan pada lemari sepatu dan mengganti dengan sendal rumah. Dia juga melepaskan ikatan rambutnya dan menggerai asal rambut pirangnya.

"Aku mau istirahat," ujar wanita itu berjalan melewati Joshua yang masih membatu.

"Aku akan terus menolongmu selama aku masih hidup. Jadi, terbiasalah," lanjut wanita itu tanpa menoleh pada Joshua dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Joshua menolehkan kepalanya, memandang pintu kamar Eleanor. Dalam kepalanya berputar banyak pertanyaan mengenai apa yang baru saja Eleanor katakan, lalu pada wajah wanita itu yang terlihat serius.

Biasanya Eleanor akan meledak-ledak atau terlalu ekstrem, tetapi barusan istri kontraknya itu terlihat tenang dan dalam membuat Joshua sejenak kehilangan pikirannya sendiri. Tetapi pria dengan tinggi di atas rata-rata itu memilih untuk mengabaikan pikirannya dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

#######################

Joshua sudah tertidur nyenyak ketika Eleanor diam-diam masuk ke dalam kamarnya. Wanita berambut pirang itu tidak bisa tidur. Dia terus terganggu dengan memori pertemuannya dengan Matthew tadi pagi, mengenai betapa pria itu sangat berambisi untuk membalasnya.

Eleanor yang terlihat begitu keras dan nakal, sebenarnya diam-diam menyimpan banyak ketakutan di dalam dirinya. Wanita bermata biru laut itu memiliki jutaan pikiran-pikiran negatif di dalam kepalanya, tetapi memilih untuk tetap melawan.

Wanita itu tahu setelah ini mungkin ada sesuatu yang akan terjadi hasil dari perbuatan Matthew. Dia hanya berharap apapun itu tidak akan bersinggungan dengan Joshua, tidak akan menyakiti Joshuanya.

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang