6. Saudara Angkat

166 14 0
                                    

"Aku akan melemparkanmu ke neraka dengan tanganku sendiri".

Nicolas tertawa mendengar perkataan yang keluar dari mulut adik angkatnya, Eleanor. Pria itu sedang duduk di kursi tahtanya, kursi pemilik dari Grivanka Corp, perusahaan keluarga Grivanka.

Harusnya kursi itu adalah milik Eleanor, tetapi lucunya dia bahkan hanya mendapat bagian kecil dari perusahaan milik orang tuanya itu. Nicolas berhasil merebut semua yang menjadi milik Eleanor bertahun-tahun lamanya bahkan sampai saat ini.

"Apa yang kau lakukan pada rumahku?"

Eleanor tidak bisa menahan amarahnya. Matanya memancarkan kebencian yang luar biasa dalam dan itu menjadi hiburan bagi Nicolas. Melihat Eleanor membencinya secara terang-terangan seolah menonton pertunjukan komedi.

Wanita itu berjalan mendekat, berhenti tepat di depan meja Nicolas. Terlihat urat-urat di leher Eleanor mencuat keluar menandakan betapa emosinya sudah benar-benar memuncak. 

Dua minggu ini wanita itu berada di New York untuk bertemu dengan Joshua dan mengurus berbagai pekerjaan di sini. Baru hari ini, wanita blonde itu pulang ke rumahnya di Boston dan menemukan rumah orang tuanya itu sedang direnovasi. Hal itu membuat Eleanor benar-benar marah.

Rumah itu adalah satu-satunya tempat di mana Eleanor masih bisa terus melihat kenangan-kenangan bersama orang tuanya, tetapi Nicolas berani untuk merubah bentuk dari rumah itu.

"Kau semakin seksi saat marah".

"Aku benar-benar akan melemparmu ke neraka!"

Nicolas kembali tertawa, kali ini tawanya bahkan lebih besar. Cengiran lebar dia berikan pada Eleanor seolah bahagia mendengar perkataan dari wanita itu. Tidak ada ketakutan sedikitpun terpancar dari pria berusia 34 tahun itu.

"Aku bahkan sudah lebih dulu melemparmu ke neraka".

Suara berat Nicolas mendengung ke dalam telinga Eleanor. Senyuman dari pria itu menandakan betapa bangganya dia sudah berhasil menghancurkan hidup Eleanor. Pria itu berdiri dari kursi kebesarannya dan melangkah keluar berjalan ke arah Eleanor.

Wanita berambut panjang sepinggang itu melangkah mundur. Sampai saat ini Eleanor masih takut pada Nicolas dan hanya berusaha terlihat berani. Langkah mundur Eleanor membuat Nicolas terkikik geli.

"Kenapa takut?"

Kali ini senyuman sadis dari wajah Nicolas menghilang. Mata hitam pekatnya memandang lurus-lurus pada Eleanor. Tatatapan itu mampu membuat tubuh wanita itu sedikit bergetar.

Nicolas berdiri tepat di depan Eleanor, berjarak dua jengkal dari wanita itu. Tinggi keduanya tidak terlalu jauh karena Eleanor sedang menggunakan sepatu heels merahnya saat ini. 

"Sudah seberapa jauh kau sekarang?"

"Seperti yang kau lihat, aku bahkan hampir menyaingi perusahaan Grivanka sendiri".

Nicolas mengangguk. "Aku harus mengakui kehebatanmu, kau berhasil mendirikan sebuah perusahaan besar hanya dalam tiga tahun. Pencapaian yang luar biasa dari seorang wanita muda sepertimu, walaupun dengan cara yang menyedihkan".

Eleanor memilih diam, tetapi masih terang-terangan melemparkan tatapan permusuhan pada saudara angkatnya itu.

"Teruslah membesarkan perusahaanmu itu dan pada waktunya nanti aku bisa menikmati hasilnya".

Eleanor mendengus kesal. "Kau pikir kau bisa menyingkirkanku?"

Nicolas mengangguk. "Bukankah itu sudah terbukti dari betapa ahlinya aku menyingkirkan kedua orang tuamu?".

Gigi Eleanor bergemeletuk menahan cacian yang sudah berada di ujung lidahnya. Wanita itu bersumpah akan menusuk Nicolas dengan ratusan pedang paling tajam di dunia bahkan sampai di neraka sekalipun.

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang