10. Semakin Meroket

166 18 2
                                    

Eleanor masuk ke dalam ruangan Joshua dengan senyum lebar sambil menenteng sebuah map putih berisi data dari produk baru mereka yang sudah rilis hampir dua minggu. Sebuah keberhasilan yang luar biasa karena produk tersebut bisa memasuki pasar, meskipun belum mendapat posisi yang signifikan.

Joshua yang melihat kedatangan Eleanor, mengangkat alisnya tinggi. Pasalnya Eleanor datang tanpa pemberitahuan membuat pria bertama hijau itu sedikit terkejut dengan kehadiran wanita cantik itu di kantornya.

Eleanor langsung meletakan map putih itu di atas meja Joshua, lalu bersedekap dada.

"Coba buka," katanya menyuruh Joshua segera melihat apa yang dia bawa.

Pria tinggi itu menuruti permintaan Eleanor. Joshua tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, senyum pria itu terkembang walau tidak selebar senyum Eleanor.

"Ini pertama kalinya aku melihatmu tersenyum senang. Sungguh sangat berbeda dari senyum kakumu di pernikahan kita," ujar wanita berambut blonde itu.

Joshua masih fokus pada setiap informasi, grafik, dan tabel-tabel yang ada di kertas putih tersebut. Pria itu tidak menjawab Eleanor sama sekali.

"Ternyata hanya uang yang bisa menyenangkanmu," ujar Eleanor dengan nada malas.

Wanita itu berjalan ke arah sofa yang ada di tengah ruang kantor Joshua. Dia duduk di sana sambil memainkan ponselnya.

"Terima kasih".

Eleanor menolehkan kepalanya segera setelah mendengar perkataan Joshua barusan.

"Apa?"

"Terima kasih. Kalau bukan karena bantuan investasi dan konsepmu, produk ini pasti sulit berhasil".

Eleanor kembali tersenyum. "Data itu belum pasti sebenarnya, tapi aku juga bisa mencium aroma uang di sana," ujar wanita itu.

Memang benar produk mereka belum secara pasti menduduki posisi atas di pasar, tetapi paling tidak sudah mulai dikenal dan terjual. Untuk sebuah produk yang baru dua minggu rilis di publik, itu sebuah kemajuan yang pesat.

Apalagi bagi Joshua yang selalu berakhir mentok atau gagal di beberapa proyek-proyeknya selama ini. Jadi kerja sama dengan Eleanor lah merupakan pencapaian terbesar sepanjang hidupnya dalam dunia bisnis.

"Aku ingin hadiah," ucap Eleanor sambil memberikan ekspresi nakal pada Joshua.

Pria berbadan tinggi kekar itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara kasar. Joshua yakin apapun yang akan diminta Eleanor pastilah sesuatu yang akan membuatnya kesal.

"Hadiah apa?" tanya pria itu.

"Tidur denganmu".

Joshua memijit batang hidungnya, tebakannya tidak meleset sama sekali. Dia sudah menebak  permintaan Eleanor tidak akan jauh dari hal-hal berbau mesum seperti biasanya.

"Kau harus berhenti melecehkanku," ujar Joshua membalas perkataan wanita cantik itu.

Eleanor menautkan alisnya dan memberikan mimik wajah heran pada Joshua.

"Kau dan aku sudah menikah, kan? Apakah meminta suamiku berhubungan badan termasuk pelecehan?" tanya Eleanor dengan nada yang terdengar menyebalkan di telinga Joshua.

Pria itu tidak lagi ingin meladeni Eleanor. Matanya kembali tertuju pada dokumen yang ada di tangannya. Dia membiarkan saja Eleanor kembali sibuk dengan ponsel putihnya. Sebenarnya, ada sedikit rasa penasaran di hati pria itu karena Eleanor sering kali terlihat berkirim pesan dengan seseorang.

Tetapi, pria bermata hijau itu memilih untuk segera menyingkirkan pikiran itu. Lagipula apa urusannya dan sudah seharusnya dia tidak perlu memikirkan apapun tentang Eleanor, kecuali bisnis mereka.

Caught YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang