20. Poor Na Jaemin

6.9K 349 17
                                    

Votement hehe 🤍❗️



Sehabis berendam, Jaemin menyambar batrhobe warna merah muda. Bergerak membalut tubuhnya yang kian sekal dan padat sambil berceloteh ria.

"Na, Jaemin. Dia semakin meresahkan" Jeno dengan tatapan dalam, menyaksikan Jaemin yang melintas di depannya.

Tangannya begitu cekatan dalam meraih pinggul si manis yang kini jatuh pada pelukannya. Membuat day cream di genggamannya jatuh berceceran di lantai.

"Maksud kamu apa si mass? Kan bisa bicara baik-baik??" Jaemin menaikkan satu alisnya, merasakan punggung kecilnya di cengkeram kuat oleh Jeno yang mengendus aroma wangi lewat hidung bangirnya.

"Aku tidak baik-baik saat ini buna, may i ???" Jeno menggigit pipi dalamnya beberapa saat, tidak melanjutkan kata-katanya karena dering di ponselnya. Kecewa, hmmmmmm terpancar aura membagongkan memang.

Sangat haram jika sesuatu mendistraksi rutinitas paginya, terdengar helaan nafas lega dari Jaemin yang perlahan merasakan jalinan tangan Jeno merenggang dari tubuhnya.

"Hallo"

"——"

"Ya ayah, aku akan segera turun dan berangkat bersamamu" Jeno tarik kembali raga Jaemin.

Ia cumbu dua garis merah tipis di depannya, Jeno menutup matanya menikmati kecupan yang ia berikan.

"Nghhhh.." —sambil meremas pantat.

"Im sorry" Jeno menerbitkan eyesmilenya, mengusap ruas bibir Jaemin dengan ibu jarinya.

"Ngg-nggak papa kok mass,," Jaemin membenarkan dasi yang Jeno pakai, kemudian ia menggiringnya menuju tangga spiral.

Menghindari syndrom gelenyar hebat di perutnya yang bisa datang kapan saja.

Di bawah sana, mobil Pajero hitam tampak terparkir rapi di halaman. Ada Yuta yang menunggu, winwin di sampingnya bergelayut manja di lengannya.

Mereka sudah tua dan semakin harmonis saja, memang keluarga cemara impian. Jaemin masih memakai bathrobe nya, berjalan mendampingi Jeno sebelum berangkat untuk mengais harta.

"Kalau malam ini mass pulang agak larut, kamu bobok aja dulu hmm?? Intinya jangan sampai bobok di atas jam sembilan. Ngerti??"

Jaemin ngangguk, jujur saja,—hati kecilnya masih ingin menikmati masa pengantin baru.

"Mass, gendong bentar"

Jeno langsung bergerak otoriter, menggendong ala koala tubuh Jaemin memutari kolam renang. Semenjak subuh tadi, Jaemin cenderung manja pada sang suami. Tidak ada hentinya ia mencium aroma parfum Jeno yang begitu candu,—baginya. Apalagi berpadu dengan aroma maskulinnya.

"Udah ya,,"

Senyum Jaemin terbit, ia cium kembali rahang Jeno seraya mengusap rambut hitamnya.

"Nana berangkat ngampus jam berapa hmm??"

"Jam sepuluh mass, di samper nanti sama Renjun" terang Jaemin.

Jeno mengusap perut Jaemin, tidak lupa menciumnya dan membisikkan kata romantis.

Kepergiannya di saksikan oleh tatapan sendu Na Jaemin. Entah mengapa firasat Jaemin tidak enak saat ini.

"Nak, mami udah masak bubur ayam buat kamu. Susu yang mami buatin, jangan lupa di minum ya??" Winwin membuyarkan lamunannya.

Jaemin tidak sadar bahwa mobil Jeno telah meninggalkan pelataran rumahnya. Beberapa bibi di rumah Jaemin menyaksikan kepergian tuan muda mereka.

Namun berbeda dengan Jaemin yang tiba-tiba menangis begitu saja. Oh, ini fase hamil muda yang sangat sensitiv mungkin.

I am Binal 2 || NOMIN ( Beda Versi ) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang