Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cie dua chapter 🤣
🎀🎀
Sebrengseknya Jeno, anak itu masih mikir masa depan. Sambil merenung dan menikmati secangkir kopi di depan minimarket, Jeno menyisir pandangnya.
Terpaku pada seorang anak yang berjalan ke arahnya.
"Abang,," lengkingan suara lelaki mungil itu mampu membuat Jeno tersenyum.
"Abang,, kangen" ujarnya, langkahnya terhenti ketika Jeno berjalan ke arahnya.
Ujung kaki mereka telah bersentuhan, Jeno melarikan tangannya untuk mengusak rambut remaja tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya! Seperti seorang kekasih yang sudah lama berpisah, mereka saling peluk dan mengusap punggung lawannya.
"Bang_hiksss"
"Ssstt, lo udah gede masa nangis. Cengeng banget, kaya bubu" —Jeno menarik jaket adiknya ke belakang.
Ia raba saku celana jeans nya sambil menoleh ke kanan dan kiri.
"Ini, buat beli jajan. Kan lo ultah hari ini"
Jeno memberikan empat lembar uang hasil curian dari dompet Jaemin.
"Nggak mau, Gyu mau abang pulang ke rumah. Kasihan bubu, tiap hari disiksa sama papah" keluh anak itu.
Tidak terpahat sorot alibi sedikitpun dari wajahnya yang kian menciut karena rasa takutnya.
"Gue nggak bisa, udahlah nih ambil. Jangan bilang ke bubu kalo abang baru ketemuan sama lo, bye! Gue pergi, jagain bubu. Balik sana!" Jeno memutar tubuh Beomgyu .
Kemudian ia dorong punggungnya agar menjauh dari tempatnya berdiri.
Remaja bernama Gyu berjalan pergi sesekali menoleh ke belakang. Ia genggam duit pemberian sang abang dengan helaan nafas berat.
Jeno sudah lenyap dari pandang. Ia kembali memasuki minimarket yang belum ia kunjungi sebelumnya.
Mengambil beberapa bungkus roti dan minuman, kemudian ia masukkan ke dalam saku hoodienya dan melenggang pergi,—tanpa membayar.
