Bab 9 Hancur

2K 105 10
                                    

"Beck...?"

Mata mereka bertemu. Saling bertatapan selama beberapa saat dalam jarak kurang dari dua meter.

DEG DEG DEG DEG....

Tak dapat dipungkiri suasana kini sangatlah tegang. Mereka berdua tampak canggung tidak tahu bagaimana harus bersikap.

Pernahkan kau merasakan ketika seseorang yang kau cintai sudah sangat dekat di depanmu, namun terasa sangat jauh karena kau tidak bisa menggapainya. Itulah yang sedang dirasakan Freen sekarang.

Sementara itu di sisi lain, Becky juga sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Antara penasaran dan enggan. Perasaannya sangat ingin tahu lebih banyak, tapi logikanya seakan menariknya untuk enggan berurusan lebih jauh dengan orang di depannya yang memang masih sangat asing baginya. Terlebih rasa kebencian yang selalu mendorong emosinya untuk keluar.

"Kau ingin ke makam nenek?" Akhirnya Freen membuka suaranya. Ia berusaha bersikap tenang dan baik-baik saja di depan Becky.

Becky tidak menjawab. Hanya menatapnya tajam dan dingin seperti kemarin.

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Silahkan, aku tidak akan mengganggumu." Freen mulai berjalan menghindar. Ia sudah tidak tahan lagi berada di suasana tegang seperti itu. Terlebih saat mengingat bahwa orang yang di depannya itu akan menceraikannya. Mungkin sekarang ia harus mulai membiasakan diri. Meskipun hatinya sakit sekali rasanya.

Tapi...

"Tunggu..."

Seketika Freen menghentikan langkahnya.

"Tunggu aku di mobil." Suara itu kembali terdengar. Becky benar-benar memintanya. "Aku ingin bicara denganmu."

Antara senang dan takut, Freen tidak bisa berpikir jernih. Senang jika seandainya bisa mengobrol lebih lama untuk mengobati rasa rindunya. Tapi takut kecewa lagi karena berekspektasi lebih jauh.

Tapi akhirnya ia memutuskan untuk menghadapinya. Freen membalikkan badannya kemudian menjawabnya.

"Ya, aku akan menunggumu di sana."

Becky duduk jongkok di depan makam neneknya setelah memastikan Freen sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya. Beberapa saat dia berkeluh kesah di sana meluapkan semua yang ada di hatinya.

Sementara itu, Freen yang sudah sampai di area parkir mobilnya bertemu dengan supir keluarga Amstrong. Supir itu menyapanya, tentu saja Freen mengenalnya. Mereka berbincang sebentar untuk sekedar basa-basi. Hingga beberapa menit kemudian Becky sudah kembali dari makam neneknya.

Freen yang sedang bersandar di mobilnya melihatnya dari jauh. Becky berjalan mendekat ke arahnya.

"Apa kau sibuk hari ini?" Tanya Becky.

"Tidak, aku akan pulang ke rumah." Jawab Freen.

"Apa itu rumah yang kau ceritakan padaku kemarin?"

"Ya, itu sebenarnya rumahmu. Nenek yang membelikannya untukmu. Tapi kau dulu menyebut rumah itu adalah rumah kita."

Mendengar rumah kita, entah kenapa tiba-tiba perasaan Becky jadi aneh. Ada perasaan hangat tapi juga tidak rela. Semua bercampur jadi satu. Namun ia penasaran ingin mengetahui lebih banyak.

"Bisakah aku ikut ke sana?"

"Ya?" Freen mengernyit. Ia merasa salah dengar.

"Bisakah aku ikut bersamamu ke sana? Aku ingin melihatnya. Eeeh... Hanya sekedar ingin melihat-lihat sebelum aku kembali ke London."

Freen tersenyum senang mendengarnya. Hampir saja ia ingin melompat kegirangan dan memeluk orang yang sudah mempermainkan perasaannya sedari kemarin. Pernahkan kalian merasakan kerinduan yang mendalam pada seseorang? Tapi untung saja ia masih bisa mengendalikan dirinya. Meskipun sebenarnya ia sangat ingin melakukannya. Melakukan banyak hal yang sudah lama sekali tidak mereka lakukan selama berbulan-bulan.

Boss Manja Kekasihku S2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang