Di halaman luas yang ditumbuhi padang rumput, terlihat seseorang sedang duduk di depan kanvas lukisnya. Dia menggoreskan kuas dengan tenang. Matanya fokus pada foto yang ia jadikan sebagai objeknya. Foto seorang wanita cantik berambut cokelat gelap dengan panjang sepunggung. Foto itu sengaja diambil olehnya untuk menambah koleksi di galeri pribadinya. Foto seorang wanita yang hanya menggunakan pakaian dalam berwarna merah menyala.
Lukisan itu sudah nyaris sempurna. Wajah dan sosok objek itu sudah terlihat jelas bisa dikenali. Namun ia tidak ingin buru-buru menyelesaikannya. Ingin hasil yang terbaik, sepenuh hati karena ia sangat terobsesi dengan wanita itu.
"Bagus, cantik."
Suara itu berasal dari seorang pria berusia sekitar 60 tahunan. Kemudian ia menoleh.
"Pere..." Davika menyapa ayahnya.
(Pere artinya ayah dalam bahasa Perancis)
"Ma fille, sepertinya kau tergila-gila padanya. Apakah dia pacarmu?" Pria itu bertanya pada putrinya. (Ma fille artinya putriku)
"Hhmm... Dia adalah orang yang spesial."
"Special? Bisakah aku berkenalan dengannya suatu saat?"
"Tidak. Aku takut kau akan menggodanya."
Pria itu terkekeh mendengarnya.
"Pere, jangan menggangguku melukis. Aku butuh ketenangan."
"Aku hanya ke sini untuk mengantar wine. Cobalah, ini yang terbaru." Pria itu memberikan segelas wine pada putrinya. Dan Davika menerimanya.
"Hmm... Lumayan. Apa ini bisnis baru?" Davika berkomentar setelah meneguk winenya. Dia juga memperhatikan botol wine yang dibawa ayahnya dan membaca keterangannya.
"Bisa dikatakan seperti itu. Ma fille, bawa wanita itu ke rumah. Pere tidak sabar ingin melihatmu menikah. Aku ingin melihatmu bahagia. Kau adalah putri Pere satu-satunya di keluarga ini."
"Aku tidak ingin dipaksa. Pernikahan bukanlah tujuan utama untuk bahagia. Banyak orang yang menikah tapi ternyata tidak bahagia dengan pernikahannya. Lalu mereka akan menyesal. Itu sebabnya kalian berpisah."
"Tentang Mere, Pere tidak bisa memaksanya. Dia juga punya impian sendiri. Tapi kami tidak menyesal karena kau hadir di kehidupan kami."
"Baiklah, aku akan melanjutkan lukisanku. Kita akan mengobrol lagi nanti malam." Ucap Davika yang kemudian kembali menggoreskan cat air di lukisannya.
"Pere akan pergi keluar. Nanti malam baru kembali. Bersenang-senanglah selama di sini. Kau jarang sekali ke Khao Yai. Apa kau akan lama di sini?"
"Aku tidak tahu. Aku sedang mencari ketenangan di sini. Karena kota Bangkok terlalu bising."
"Katakan pada Lucy apapun yang kau butuhkan. Dia akan membantumu selama kau di sini." Kata pria itu sebelum pergi.
"Oui." Jawab Davika singkat.
(Oui artinya Ya)
Davika melanjutkan kembali lukisannya setelah ayahnya sudah berangsur menjauh dan masuk ke dalam rumah. Seorang wanita cantik bertubuh ramping menyambut pria itu ketika sampai di pintu. Ternyata sedari tadi dia memperhatikan ayah dan anak itu dari jauh. Mereka sempat mengobrol beberapa saat hingga akhirnya ayah Davika pergi meninggalkannya dan masuk ke dalam.
Pandangan wanita itu kembali fokus pada Davika saat ia sendirian. Tanpa pikir panjang, ia mulai berjalan mendekat.
"Bon apres-midi." (Selamat siang) Sapa wanita itu begitu ia sampai.
"Bon apres-midi." Jawab Davika tanpa menoleh.
"Bonjour comment allez-vous?" (Hallo, bagaimana kabarmu?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Manja Kekasihku S2
RomanceIni adalah lanjutan cerita dari Boss Manja Kekasihku yang pertama. Cerita tentang GXG atau Lesbian versi dewasa. Kesempatan hidup yang ke dua bagi Rebecca Patricia Amstrong setelah mengalami kecelakaan mobil yang hampir saja merenggut nyawanya. Nam...