"Jadi.... Nenek sudah meninggal? Dan kalian menyembunyikannya dariku. Aku tidak percaya ini.""Maafkan aku Pat. Kami sebenarnya tidak bermaksud menyembunyikan hal ini." Pria berusia 56 tahun itu sedang menggenggam tangan putrinya. Dilihatnya raut wajah yang menatap kosong ke arah depan penuh kemarahan.
Sepulang Barbara dan Leo, Jane segera meminta Richie menelepon ayahnya pulang untuk menjelaskan semuanya. Mereka sempat berdebat sengit dan berakhir tidak baik. Barbara dan Leo pulang membawa kekecewaan pada keluarga ini. Sekarang keadaan Becky terlihat sangat kacau setelah mendengar pernyataan bahwa neneknya sudah meninggal.
"Kenapa dia meninggal? Apa karena dia sedih melihatku koma? Itu yang aku dengar dari penjelasan teman-temanku." Becky berkata datar meski air matanya masih mengalir begitu saja di pipinya.
Tuan Paul menghela nafas panjangnya. " Nenekmu sudah sering keluar masuk rumah sakit sebelumnya karena penyakit itu. Sejak kau menentangnya demi bersama dengan orang yang kau cintai."
"Aku tidak mau lagi kalian menyimpan rahasia dariku sekarang. Untuk pulih aku butuh kalian menceritakan semuanya, tentang masa laluku."
"Kami tidak bermaksud menyembunyikan apapun. Kami hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberitahumu."
"Lalu kapan saat yang tepat untuk memberitahuku? Kalian sudah membohongiku dengan mengatakan nenek sedang menjalani terapi di suatu tempat."
"Sebenarnya itu adalah yang terbaik untukmu saat itu. Karena kami tidak tahu sejauh mana perkembangan ingatanmu. Kau bahkan tidak mengenali wajah Daddy dan kakakmu sendiri. Kami pikir kau hanya perlu waktu sedikit lagi agar mengingat semua secara pelan-pelan. Dan kami tidak perlu menjelaskannya agar kau tidak merasa kesakitan saat mencoba mengingat sesuatu. Kami khawatir dengan keadaanmu." Jelas Tuan Paul.
Hening sejenak. Mereka diam saling berpikir dalam dunianya masing-masing.
"Apalagi yang belum aku tahu?"
"Daddy sudah bercerai dengan ibu tirimu. Dan dia sudah meninggal juga." Tambah Jane membelai pundak Becky dengan lembut.
Becky meremas rambutnya sendiri karena frustasi. Semua orang tampak khawatir dengan keadaannya. Ia juga terlihat meringis kesakitan memijit pelipisnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jane.
"Sebaiknya kau istirahat di kamarmu." Tuan Paul menyarankan.
"Aku akan membantunya untuk naik ke atas." Richie langsung berdiri siap untuk mengantar adiknya.
"Aku baik-baik saja." Jawab Becky dengan nafas terengah-engah.
"Mungkin dia butuh obatnya agar bisa tidur." Ucap Tuan Paul.
"Aku perlu menemui Alice."
"Tidak. Kau tidak boleh menemuinya. Kau sudah punya istri sekarang." Cegah Jane tidak setuju.
"Dia juga bagian dari masa laluku."
"Siapa Alice?" Tanya Tuan Paul.
"Mantan pacarnya saat masih kuliah." Jawab Richie.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi menemui wanita itu. Dia bukan orang baik. Dia hanya memanfaatkanmu Beck."
"Tapi hanya dia yang aku ingat!!" Becky berteriak dengan nada tinggi.
*******
Di malam hari seorang pria turun dari mobil MPV hitam dan berjalan menuju area pemukiman sederhana. Lingkungan di sekitarnya tampak kurang bersahabat bagi orang yang tidak pernah menginjakkan kakinya di sana. Genangan air sisa hujan, tiang-tiang jalan yang berkarat, angin bertiup membawa bau busuk akibat sanitasi yang buruk cukup mengganggu indera penciuman. Banyak pasang mata yang memandang di sekelilingnya selama ia melangkahkan kakinya hendak masuk ke dalam sebuah gang kecil yang minim cahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Manja Kekasihku S2
RomansaIni adalah lanjutan cerita dari Boss Manja Kekasihku yang pertama. Cerita tentang GXG atau Lesbian versi dewasa. Kesempatan hidup yang ke dua bagi Rebecca Patricia Amstrong setelah mengalami kecelakaan mobil yang hampir saja merenggut nyawanya. Nam...