6. Tentang Fathan

31 10 5
                                    

Aku masih menikmati bakso ditemani dengan angin yang sepoi-sepoi. Ternyata benar kata Fathan kalau bakso ini rasanya enak dan harganya terjangkau.

Saat sedang asik menyantap, tiba-tiba datang seseorang perempuan seusiaku memakai baju seragam sepertiku.

"Hai Than, ketemu disini. Gimana kabarmu?"

"Eh, Fika aku kira siapa. Alhamdulillah baik."

"Ini siapa Than? Pacarmu?" tebak Perempuan itu.

"Oh, bukan ini temen sekelasku. Kenalin ini Renia."

"Oh, aku Fika temen SD Fathan," ucapnya.

"Aku Renia, temen sekelas Fathan. Salam kenal," ucapku sambil tersenyum seramah mungkin.

"Eh, hari ini ada acara gak? Kalau gak ada, nanti sore main yuk udah lama gak main. Nonton bioskop mau gak?" tiba-tiba Fathan mengajak perempuan itu untuk nonton bersama.

"Gak ada sih, oke deh nanti kabari aja. Aku duluan ya, ditungguin temen nih, bye." Perempuan itu melambaikan tangan pada Fathan. Aku memperhatikan Fathan yang masih memandangi perempuan itu dari kejauhan.

"Cie yang mau nonton," godaku. Fathan hanya cengengesan, tak menjawab.

"Dia bukan anak Cakrawala ya? soalnya gak pernah liat dia di sekolah." Aku kepo dengan perempuan tadi karena aku tak pernah liat dia.

"Bukan, dia anak SMP Erlangga."

"Oh, gitu." Aku hanya manggut-manggut.

Setelah selesai membayar, Aku dan Fathan pulang kebetulan arah rumah kami searah. Rumah Fathan melewati jalan rumahku.

"Duluan ya Ren."

"Yoi, makasih lho. Gak mau mampir dulu?" tanyaku.

"Nggak, makasih. Nanti kapan-kapan aja," tolaknya.

"Oh, yaudah deh."

"Eh, siapa Ren, kok gak disuruh mampir sih," tutur abangku yang baru saja datang. Aku kaget bagaimana kalau abangku bertanya-tanya pada Fathan. Aku kira abangku masih pergi. Aku gelagapan menjawab pertanyaannya.

"In-ini an-nu temen sekelasku bang, Fathan namanya."

"Oh, Fathan. Kalian abis dari mana pulang sekolah?"

Aku benar-benar mati kutu. Aku takut jika Fathan diintrogasi oleh abangku padahal aku dan Fathan hanya berteman, tak lebih.

"Tadi abis makan bakso kak," jawab Fathan. Aku hanya meringis menatap abangku.

"Oh, yaudah."

"Fathan pamit dulu ya kak, assalamualaikum."

"Iya, waalaikumsalam," sahut abangku.

Aku mengembuskan nafas lega. Akhirnya sesi tanya ini berakhir. Semoga saja abangku tak mengadu pada ayah. Aku tak ingin mendengar ceramah panjang lebarnya. Ya, ayahku tak mengizinkanku pergi bersama teman cowok apalagi cuman berdua kecuali kalau ada tugas sekolah.

"Itu tadi temen apa demen?" tanya abangku. Aduh, abangku malah membahas Fathan lagi.

"Temen bang, lagian ngapain sih kepo amat," ketusku.

"Ya kali aja itu gebetan kamu atau bahkan pacar kamu."

"Enggak mungkin lah, lagian Renia gak suka sama dia. Kita cuman temen."

"Bagus deh, kamu gak boleh tuh pacar-pacaran. Kamu masih SMP gak pantes pacaran."

"Iya, bang Renia ngerti tapi jangan bilang ayah ya, soalnya Renia gak mau denger ceramah panjang lebar dari ayah." Aku memohon agar abangku tak melaporkanku pada ayah.

"Iya, tapi inget lho kamu jangan macem-macem, gak boleh pacaran."

"Baik, siap bos," jawabku mantap sambil mengangkat tanganku dengan posisi hormat.

"Nanti jadi pergi kan bang?" tanyaku.

"Ya, emang kamu mau kemana sih, hm?"

"Ke toko buku ya, Renia mau beli novel best seller terbaru itu tapi, abang yang beliin ya," mohonku.

"Siap, tuan putri." Aku tersenyum puas. Abangku ini sangat perhatian denganku. Semua yang aku mau pasti diusahakannya. Abangku ini memang idaman sekali.

***

Setelah cukup melihat memilah buku yang akan dibeli, aku menghampiri abangku yang masih membaca majalah.

"Udah milihnya?"

"Udah bang, yuk pulang tapi tar beli cemilan dulu ya di supermarket," pintaku.

"Boleh tapi jangan banyak-banyak, uang Abang tinggal dikit nih."

"Okelah kalau begitu."

Aku dan abangku berjalan menuju tempat parkir. Aku tak sengaja melihat Fathan bersama perempuan yang tadi siang menghampiriku dan Fathan di taman. Rupanya mereka jadi menonton film di mall di seberang toko ini. Aku mengamati mereka dari kejauhan. Fathan menggunakan kaos polos hitam pendek dan celana jins hitam serta sepatu kets sedangkan perempuan itu menggunakan dress selutut berwarna
pink bermotif polkadot serta high heels pendek. Mereka seperti pasangan yang hendak berkencan tapi yasudah apa peduliku toh Fathan hanya temanku bukan gebetan atau pacarku. Mereka sama sekali tak menyadari kehadiranku karena ramai orang yang berlalu lalang.

"Ren, itu bukannya Fathan ya, temenmu tadi?" tanya abangku.

"Iya, itu Fathan."

"Kok sama cewek lain?"

"Itu temennya bang, temen SD nya."

"Oh. Kalau boleh saran, mending kamu jangan berharap lebih dari Fathan, Ren. Abang gak mau kamu sakit hati terus ganggu belajar kamu."

"Renia gak ada perasaan apapun bang, sama Fathan."

"Bagus, yuk balik."

Motor vario hitam abangku membawaku pergi dengan pikiran yang masih tertinggal di sana. Kenapa aku terus memikirkan Fathan? harusnya aku biasa saja melihat Fathan dengan perempuan itu. Ah sudahlah, aku tak mau menambahkan beban pikiranku dengan memikirkan dia sudah cukup Fendi yang membuatku galau.

***

Keesokan harinya, aku agak terlambat berangkat sekolah karena semalam asik membaca novel yang baru saja aku beli. Aku merengek pada abangku agar mau mengantarku ke sekolah.

"Bang, ayo dong anterin dong kali ini aja," rengekku.

"Kamu ini ganggu orang santai aja, yaudah bentar, Abang ambil jaket dulu," pasrahnya.

Aku tersenyum puas melihat abangku cemberut karena kegiatan santainya terganggu olehku.

Beberapa menit kemudian, aku telah sampai ke sekolah. Untung saja, masih tersisa 5 menit sebelum gerbang ditutup. Aku merasa lega karena terbebas dari hukuman.

Saat menuju lapangan aku melihat dua orang yang tak asing bagiku. Mereka asik ngobrol berdua tanpa memperdulikan sekitar. Dua orang itu yang selalu mengusik pikiranku akhir-akhir ini.

Helo guys, ketemu lagi. Semoga kalian tetap semangat dan sukses dalam beraktivitas ya. Semoga suka nih sama ceritanya. Kalau ada masukan/ kritikan, boleh banget nih biar author perbaiki soalnya kadang stuck kalau mikirin adegannya hehe.

Btw, author pengen banget punya Abang kayak abangnya Renia yg perhatian sama adeknya😭.

Jangan lupa vote dan komennya buat cerita ini supaya, author lebih semangat lagi nulisnya.

See you, sampai jumpa lagi🤗💙

Follow akun author yuk biar lebih kenal & akrab 🤗
Instagram : loreniarika7
Wattpad    : Erikalorenia7

Fathan & Putih Biru (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang