13. Move on dari Fendi

28 11 29
                                    

Setelah puas mengunjungi BCC, kami melanjutkan perjalanan pulang ke hotel tempat kami menginap. Aku dan teman-temanku melakukan check in.
Aku satu kamar dengan Karin, Naima dan Sitha sedangkan Desi bersama Laily, Arum, dan Salsa. Kelompok kamar ini juga sudah dibuat oleh panitia Study tour jadi tidak boleh pilih sendiri.

"Huftt, akhirnya ketemu kasur juga," Sitha langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Naima langsung ke toilet karena ingin mandi dulu. Aku meletakkan koper dan tasku di samping kasur dekat meja. Karin sibuk merapikan baju-bajunya dari dalam koper.

"Guys, yuk makan. Perut aku keroncongan nih minta diisi," pekik Sitha.

"Sebentar, nunggu Naima dulu, kasian tar sendirian di sini lagi," sahutku.

"Iya, kita nunggu Naima dulu," timpal Karin.

Aku mengambil ponselku yang sudah berisi banyak pesan siapa lagi kalau bukan keluargaku di Kediri. Aku membalas pesan mereka agar tidak mengkhawatirkanku berlebihan.

"Nah ni orangnya dah keluar, yuk makan ke resto bawah," ajak Sitha.

"Bentar dulu, aku kebelet pipis." Aku langsung masuk ke toilet.

"Cepetan Ren!" Teriak Sitha.

"Bentar Napa, gak sabaran banget. Tunggu!" Teriakku dari dalam toilet.

"Yuk!"

Aku mengunci pintu kamar kemudian menyusul teman-temanku yang berjalan dulu. Aku melihat sekeliling hotel nampak suasana mistis yang kental karena banyak patung-patung berjajar. Aku tiba-tiba merinding.

***
Setelah selesai makan malam, kami berempat kembali lagi ke kamar.

"Yuk buruan masuk ke kamar, aku merinding nih," bisik Sitha pelan. Kami hanya mengangguk dan mempercepat langkah kami. Memang benar kalau di sini, hawanya berbeda karena patung-patung itu seperti mengawasi kami.

Setelah sampai kamar, kami segera mengunci pintu. Lega juga.

"Besok berarti kita ke Tirta Empul sama Bedugul ya?" tanya Naima.

"Iya tapi katanya, kalau lagi haid gak boleh masuk ke dalam," sahutku

"Untung aku udah selesai haid," celetuk Sitha.

"Yah, aku lagi haid gak bisa masuk dong, padahal aku harus pengamatan buat makalah," ucap Karin sedih.

"Ya, suruh tunggu di luar kata panitia," pungkasku.

"Kalau kamu, Nai?" tanyaku.

"Oh, Alhamdulillah gak lagi haid," jawab Naima.

"Yah masak aku sendiri yang gak ikut masuk, gimana dong," cemas Karin.

"Banyak kali yang gak boleh masuk juga," sahut Sitha.

"Yaudah lah, mau gimana lagi coba. Padahal aku ada tugas dan pengen masuk ke dalem Tirta Empul," pasrah Karin.

"Yah, mau gimana lagi kan?" tanyaku.

"Yaudah biar si Fathan aja yang pengamatan di sana, kamu nunggu
di luar," tambahku.

Setelah itu, aku segera rebahan. Aku tidur sekasur bersama Sitha dan Karin bersama Naima karena cuma ada 2 kasur. Setelah itu, aku tenggelam ke dunia mimpi.

***
Keesokan harinya, setelah selesai sholat subuh, aku segera bersiap untuk mandi karena nanti jam 06.30, kami harus sarapan dahulu sebelum memulai perjalanan.

"Eh, nanti pas di bis nyanyi dong Sit, pengen nih denger suara kamu," seru Karin.

"Ya tuh, nanti pokoknya Sitha harus nyanyi biar gak boring banget. Bosen aku tuh dengerin lagu itu mulu," timpal Naima.

Fathan & Putih Biru (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang