27. Ungkapan Perasaan

17 4 11
                                    

Setelah melewati beberapa tryout, UASBN, dan ujian praktek akhirnya kami akan melaksanakan ujian nasional. Aku sudah berusaha belajar semampuku apapun yang terjadi, aku sudah berusaha yang terbaik.

"Ren, kamu ntar mau masuk SMA mana," tanya Naima.

"SMA 7 kalau gak 8 Nai," jawabku.

"Oh, gitu. Oke semangat Ren, semoga bisa keterima ya," ucap Naima.

"Kamu sendiri beneran mau sekolah di Solo Nai?" tanyaku.

"Iya Ren, aku juga lagi nyari rekomendasi SMA yang cocok," jawab Naima.

Setelah perbincangan singkat, tibalah waktu ujian dimulai. Aku segera bersiap dengan alat tulis yang aku bawa. Semua murid meletakkan tasnya ke depan kelas. Mata ujian pertama adalah bahasa Indonesia. Ya, pelajaran yang aku sukai. Aku sudah banyak belajar sedari kemarin. Semoga soal, kali ini sesuai dengan apa yang aku pelajari.

Pengawas membagikan selembar soal berserta lembar jawaban dan waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. Aku segera membaca tiap-tiap soal.

***

Aku bertemu dengan Fendi saat hendak menuju parkiran sekolah. Aku sebenarnya ada rencana yang ini bisa dibilang nekat karena ini momen yang pas karena laki-laki itu sedang sendiri tidak bersama dengan siapapun termasuk Karin. Aku sudah terlalu lama memendam perasaan yang semakin hari semakin membebaniku. Aku tak mau menyesal karena tak mengungkapkan perasaanku sekarang karena waktu kebersamaan kami tinggal menghitung hari. Aku tak pernah tau akan bertemu dengan Fendi lagi atau tidak.

Aku memberanikan diri untuk mendekati Fendi.

"Fen, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, bisa kan?" tanyaku pada Fendi. Laki-laki itu masih diam kemudian berkata,"Boleh, mau ngomong apa Ren?"

"Fen, aku sebenarnya mau jujur sama kamu ini soal perasaanku sama kamu," ucapku dengan cepat. Aku setengah mati untuk memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku pada Fendi. Laki-laki itu mengerutkan dahinya.

"Maksud kamu apa Ren?" tanya Fendi.

Aku gelagapan karena ini benar-benar membuatku gugup. Apakah sekarang sudah waktunya aku ungkapkan

"In-ni a-ku sebenarnya su-suka sama ka-kamu Fendi." Susah payah aku mengungkapkan perasaanku. Aku takut dengan respon Fendi yang tidak sesuai dengan ekspektasiku.

"Kamu suka sama aku Ren?" tanya Fendi.

"Iy-ya Fen, sejak pertama masuk SMP," ucapku. Aku melihat laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu. Ia sepertinya juga kaget dengan ucapanku.

"Aku kira kamu pacaran sama Fathan soalnya kalian deket banget," ucapnya.

"Enggak Fen, aku cuma temenan sama dia, Fathan juga udah punya pacar kok," ucapku jujur.

"Oh gitu, gimana ya Ren, aku bingung mau jawab apa," ucapnya. Seketika sekujur badanku terasa lemas.

"Kita kan masih SMP sebentar lagi SMA perjalanan kita juga masih panjang. Aku mau fokus belajar, gak ada niat buat pacaran." Deg rasanya aku ingin pinsan ditempat. Aku sudah susah payang memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku namun, ketakutanku malah menjadi nyata.

"Maaf Ren, aku gak bisa bales perasaan kamu. Sekarang, aku mau fokus buat ujian," ucap Fendi.

Ucapan Fendi berhasil menamparku. Apakah pernah kalian berada diposisi Renia, ditolak secara terang-terangan dengan alasan seperti ini?

Rasanya ingin menenggelamkan diri kedalam bumi saat ini juga. Mau ditaruh mana wajahku nanti. Fendi sudah tau perasaanku dan laki-laki itu menolakku secara langsung. Aku benar-benar malu.

"Oh gitu ya, aku permisi dulu Fen," pamitku kemudian berlari sejauh-jauhnya dari hadapan Fendi. Aku tak peduli orang lain menatapku aneh. Aku melupakan sepedaku dan memilih pergi secepatnya dari hadapan Fendi. Aku berlari menuju taman belakang sekolah untuk menenangkan diri.

Aku tau tau harus bagaimana setelah ini, apakah nanti Fendi juga akan menjauhiku seperti Fathan. Aku merasa telah melakukan hal bodoh. Sekarang, Fendi sudah tau semuanya. Sungguh, ini sangat menyedihkan.

"Apa mungkin Fendi udah suka sama perempuan lain makanya dia nolak aku," gumamku.

"Selama ini, perempuan yang selalu sama dia kan Karin," sambungku.

Kepalaku terasa pusing memikirkan hal itu. Aku harus bisa menerima kenyataan pahit ini. Aku harus menerima keputusan Fendi. Mulai sekarang, aku akan fokus pada masa depanku. Aku harus belajar lebih giat lagi supaya nilai ujianku memuaskan dan bisa membanggakan kedua orang tuaku. Benar kata bang Farhan kalau aku harus fokus belajar.




Halo jumpa kembali readers, gimana suka gak author update 3 bab sekaligus biasanya author cuma mampu update satu bab hehe. Sekilas info, author mau ngebut buat nyelesain cerita ini. Semoga tetap suka ya, tinggal dikit lagi menuju ending😂

Renia kasian banget ya udah dijadiin pelampiasan sekarang cinta nya bertepuk sebelah tangan, nyesek banget 😭😭

Tapi tenang saja nanti author ada info  menggembirakan buat readers setia makanya, tetep ikutin alurnya sampai ending ya 😄

Jangan lupa vote dan komennya 💙💙

See you



Fathan & Putih Biru (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang