"Ren, tar ke acaranya Naima bareng siapa?" tanya Desi.
"Gak tau sih, barengan aja yuk bertiga," sahutku.
"Maaf Ren, aku gak bisa soalnya aku berangkat bareng Tama
"Hah? Berangkat bareng Tama? Ada apa gerangan nih?"
"Ya gitu deh Ren, dia ngajak aku barengan," jawabnya. Aku merasa ada sesuatu diantara mereka berdua.
"Cie kayaknya ada yang lagi PDKT nih, parah kamu Des gak cerita sama aku," kesalku. Desi hanya cengengesan.
"Tar deh aku cerita Ren. Btw, gimana nasib Fendi? Kamu masih ngarepin dia?
"Ya gitu deh, sulit sekali menaklukkan dia, kemarin aja cuek banget waktu di perpus," jawabku.
"Ya udah sabar aja, kalau dia jodoh kamu, dia bakal jadi milik kamu," tutur Desi.
"Jodoh gak ada yang tau Ren, kalau Fendi bukan jodoh kamu, pasti nanti suatu saat ada orang yang lebih baik buat jadi pasangan kamu. Lagian, kita juga masih SMP, jangan terlalu mikirin jodoh. Kita harus belajar biar nanti keterima di SMA yang kita pengen," ucap Desi menasehatiku. Aku hanya manggut-manggut merespon ucapan Desi.
"Sahabatku ini bijak banget sih, belajar dari mana?" pujiku.
"Desi gitu lho," ucap Desi sambil menepuk dadanya.
Aku dan Desi berjalan santai menuju kelas. Ya, kita berdua selesai sarapan di kantin. Aku tadi buru-buru belum sempat sarapan. Alhasil, perutku lapar karena semalam belum makan. Aku beberapa hari ini tak nafsu makan karena teringat ucapan Fathan beberapa hari yang lalu.
Saat menuju kelas, aku bertemu dengan Fathan. Ia menatapku sekilas kemudian pergi berlalu dari hadapanku.
"Ternyata, kamu beneran udah berubah ya,Than," batinku.
"Fathan kenapa gak nyapa kamu biasanya, dia paling suka gangguin kamu tuh," seru Desi.
"Dia udah beda Des, sekarang dia udah ada pacar," sahutku.
"Pacarnya posesif, dia gak boleh deket sama perempuan lain meskipun cuma teman," imbuhku.
"Hah? Segitunya amat," celetuk Desi.
"Entahlah, biarin aja lah Des," responku.
***
Aku masih terdiam di kamar. Aku bingung memilih baju mana yang akan aku pakai diacara ulang tahun Naima.
"Ini yang cocok yang mana ya?" gumamku.
(Seperti inilah dress yang akan dipakai Renia)
"Ini aja deh, ini paling bagus diantara semua," gumamku. Ya, aku sangat menyukai warna biru maka dari itu, rata-rata bajuku kebanyakan berwarna biru.
Aku mengambil high heels berwarna hitam satu-satunya. Aku hanya mempunyai satu untuk berjaga-jaga saat ada acara tertentu.
Setelah memilih baju, aku merias wajah sebisaku. Aku memang bukan tipe perempuan yang suka dandan. Setelah merias wajah senatural mungkin, aku segera berganti baju. Setelah semuanya siap, aku menghubungi Sitha. Aku datang bersama Sitha. Kebetulan rumah kami tidak jauh jadi, aku bisa datang bersama Sitha.
"Ren, udah siap belum? tuh temen kamu udah dateng," pekik Ibuku.
"Ya Bu." Aku segera keluar kamar dan menemui Sitha sambil membawa kado.
"Bu, Renia sama Sitha pergi dulu ya," pamitku.
"Ya tante, Sitha sama Renia pamit dulu," timpal Sitha.
"Ya, hati-hati ya, pulangnya jangan malam lho."
"Oke, siap," ucapku.
Setelah berpamitan, aku membonceng motor matic Sitha.
Setelah sampai di tempat tujuan, aku dan Sitha segera masuk ke rumah Naima. Di sana sudah banyak orang yang berdatangan.
"Des, cielah sekarang sama Tama nih," goda Sitha setelah bertemu dengan Desi.
Desi hanya tersenyum simpul. Ia terlihat cantik hari ini.
"Bisalah besok senin traktir kita, ya gak Ren?" tanya Sitha.
"Iya bener banget," sahutku.
"Ya besok deh, aku traktir kalian," jawab Desi.
"Halo guys, makasih lho ya kalian semua pada dateng, yuk masuk," seru Naima. Ia terlihat anggun dan cantik.
"Selamat ulang tahun ya Naima, semoga apa yang kamu cita-citakan terwujud. Keterima di SMA yang kamu pengen," ucap Sitha pada Naima.
"Aamiin, makasih Sit."
"Selamat ulang tahun ya Nai, semoga sukses selalu jangan sedih-sedih Mulu pokoknya harus bahagia," imbuhku.
"Makasih Ren, oke siap," jawab Naima
"Selamat ulang tahun Naima, semoga tambah pinter,tambah cantik, dan cepet dapet pengganti Fathan," celetuk Desi.
"Aamiin, makasih Desi."
"Bener kata Renia, jangan sedih mulu. Cowok masih banyak didunia ini Nai, siapa tau jodoh kamu orang Korea," kelakar Desi.
"Ini nih, kebanyakan nonton drakor jadinya halu akut," sahut Sitha.
"Biarin, daripada galau mending kita menghalu, iya gak guys," ucapnya.
"Terserah kamu deh, Des," sahutku.
Aku menyerahkan kado pada Naima begitu juga dengan Sitha dan Desi.
Aku mengedarkan pandangan mencari keberadaan Fendi. Apakah laki-laki itu datang?
Setelah celingukan mencari keberadaan Fendi, aku malah melihat Fendi bersama Karin. Kenapa harus selalu Karin dan Karin. Apakah Fendi benar-benar menyukai Karin?
Acara berlangsung meriah. Setelah acara potong kue selesai, aku bersama Sitha dan Desi menyempatkan untuk berfoto dengan Naima karena momen ini sangat penting bagi kami.
Saat aku sedang bercanda dengan teman-temanku, pandanganku bertemu dengan Fathan yang juga sedang bersama gerombolannya. Aku merasa asing dengannya sekarang. Kenapa kamu dulu begitu peduli padaku bila akhirnya, kamu juga yang membuatku sedih. Memang manusia sering kali membuat kecewa. Orang yang kita pikir naik belum tentu tidak akan menyakiti kita.
Setelah acara selesai, kami pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul 20.35.
Sesampainya di rumah, aku segera membersihkan diri. Aku sudah menahan kantuk dari tadi. Aku masih terbayang dengan Fendi yang datang bersama Karin. Sebenarnya hubungan mereka sudah sejauh apa? Sungguh, aku sangat penasaran.
Selamat pagi para readers setia author, selamat beraktifitas dihari senin. Semoga tambah semangat ya😇
Alhamdulillah, Author seneng banget akhirnya bisa cepet update ya.
Oh ya, author mau ingetin cerita ini tinggal beberapa bab lagi menuju ending. Siap-siap ya, semoga tetep suka sama ceritanya apapun itu endingnya hehe.
Sebelumnya, author mau tanya nih sama readers. Karakter mana yang paling kalian suka? Tulis disini ya.
Jangan lupa vote dan komennya 💙💙
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fathan & Putih Biru (Completed)
Ficção AdolescenteMasa remaja memang masa yang paling indah untuk dikenang. Masa dimana kita mulai mencari jati diri dan bertemu dengan seseorang yang membuat kita pertama kali merasakan jatuh cinta. Meski terkadang cinta pertama tak selamanya indah namun, cinta pert...