Chapter 9: Drama makan bakso.

3.8K 229 5
                                    

Happy reading
Stay healthy and keep smiling

√√√

"Ayok kita pulang." Dengan gampang Zargo menggendong tubuh Azkano lalu keluar dari ruang rawat itu.

"Ayah, apa Ano tidak berat?" Tanya Azkano begitu di dudukkan di mobil.

"Tidak, Ano tidak berat sama sekali." Ia mencium dengan gemas pipi bulat sang bungsu, pipi Azkano sudah tidak setirus waktu pertama bertemu.

Dan mobil pun berjalan dengan Zargo yang menyetir dan di bangku sebelahnya ada Azkano.

"Ayah apa kita bisa kesana?" Azkano menunjuk penjual bakso pinggir jalan begitu ia melihatnya.

Zargo menoleh ke arah tunjuk Azkano, ia mengernyit "Untuk apa?"

Mendengar pertanyaan sang ayah Azkano mendengus kesal "Tentu saja untuk makan ayah."

"Makan?" Dan Azkano mengangguk dengan cepat.

"Tidak disana tidak bersih bisa saja di sana banyak kumannya." Tolok Zargo dengan tegas. Mendengarnya Azkano menunduk sedih, padahal ia hanya ingin bakso sudah dari dulu ia menginginkan makanan itu namun selalu tidak sempat.

Zargo menoleh begitu mendengar isakan tangis seseorang di sebelahnya, Azkano menangis. Segera ia menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, mengangkat Azkano dan mendudukkan di pangkuannya.

"Hey kenapa nak? Kenapa Ano menangis?" Tanyanya sambil mengusap air mata di pipi Azkano.

"Hiks A-ano cuman mau.... Hiks makan bakso." Dengan sesegukan ia berusaha berbicara.

Zargo menghela napasnya, ternyata ini yang di tangiskan sang anak. Mengusap wajahnya dengan kasar, mana bisa ia menolak lagi dengan melihat wajah menggemaskan di hadapannya yang sedang menangis ini.

"Ya sudah, berhenti dulu nangisnya, nanti kita makan." Azkano mendongak menatap sang ayah yang juga menatapnya.

Shit imut sekali. Hidung yang memerah, mata yang berkaca-kaca, dan bibir yang mengerucut lucu.

"B-benarkah? Ayah gak bohong? Orang bohong hidungnya panjang." Zargo terkekeh mendengar penuturan sang anak.

"Iya, iya ayah gak bohong." Mengecup hidung memerah sang anak.

Dan Zargo kembali menjalankan mobilnya.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Zargo mengerutkan keningnya. Tempat apa ini? Kenapa tempat makan kecil ini bisa ramai pikirnya.

"Adek yakin mau makan disini?" Tanya Zargo dengan ragu.

Azkano mengangguk-anggukan kepalanya hingga rambutnya pun ikutan bergoyang mengikuti anggukan nya.

"Ayok yah kita masuk." Dengan riang dan semangat Azkano menarik tangan yang lebih besar darinya.

Mereka pun segera masuk dan mencari tempat duduk.

"Ayah tunggu disini ya, Ano mau pesan baksonya dulu." Baru ingin berdiri untuk memesan tangannya sudah di tarik kembali oleh sang ayah.

"Kenapa kau memesan? Bukannya mereka yang menghampiri kita lalu memberikan buku menu dan membawakan makanan kita." Protes sang ayah. Zargo sungguh heran tempat makan apa ini, kenapa malah menyuruh pelanggannya yang menghampiri dan bukan pemiliknya atau penjualnya. Hello tuan Zargo apakah kau pikir ini restoran ada-ada saja.

Happiness for AzkanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang