Chapter 19: Sakit.

2.4K 177 7
                                    

Happy reading
Stay healthy and keep smiling

Jangan lupa Vote dan komennya!
Kalo ada typo tolong tandain biar aku perbaiki, thanks all!!

√√√

"Kerumah sakit aja, ya?"

Suara yang penuh nada kekhawatiran dari Keeyara terdengar di kamar sang bungsu. Azkano bungsu dari Nicholas itu mengalami demam tinggi akibat kelelahan, kemarin saat keluarga dari Zargo sudah kembali kerumah masing-masing mereka tiba-tiba saja Azkano mengatakan penglihatannya terasa berkunang-kunang.

Zargo yang khawatir pun menelpon dokter dan dokter itu pun memeriksa sang bungsu. Sang dokter hanya berkata 'Azkano hanya kelelahan. Apakah kemarin ia melakukan aktivitas yang menguras tenaganya?' kira-kira begitulah ucapan dokternya.

Dan Zargo pun menjawab 'Kemarin ia ke taman hiburan bersama para kakak dan abangnya hingga malam hari.' penjelasan dari Zargo.

Dokter pun hanya meresepkan obat penurun demam saja. Azkano juga tidak banyak mengeluh selama sakit, anak itu hanya akan merengek saat merasakan pusing atau mual saja. Demam Azkano sudah memasuki hari ke-2.

Keeyara sebagai ibu tentunya merasa khawatir karena demam anaknya tak turun juga, tapi dokter hanya mengatakan 'Demamnya lumayan lama untuk turun karena faktor udara.' dan mereka pun percaya saja. Tapi kali ini Keeyara sudah cukup khawatir dengan demam sang bungsu yang tak kunjung turun. Demamnya terkadang meninggi terkadang menurun juga, itu yang membuat mereka bingung.

"Bunda...." Suara lirih dari Azkano membuat atensi mereka teralihkan. Keeyara yang duduk paling dekat dengan Azkano pun mendekat, duduk dipinggir ranjang milik Azkano. Mengelus lembut wajah sang bungsu yang penuh dengan keringat.

"Ada apa? Ada yang tidak nyaman?" Tanya Keeyara dengan suara lembut. Kedua tangannya beralih pada kompresan di kening sang bungsu, wanita cantik itu menggantinya dengan yang baru.

"Perut Ano mual." Bocah laki-laki itu mulai merengek. Zargo dengan sigap menggendong bungsunya, membawanya menuju kamar mandi. Dan benar saja, anak itu langsung muntah begitu masuk kamar mandi. Zargo dengan telaten membantu mengurut tengkuk sang anak, hingga sudah tak merasa mual barulah Zargo membawanya kembali ke ranjang setelah membantu membersihkan bekas muntahan di sekitar mulut sang bungsu.

"Ayah, tidak bisakah adek kita bawa kerumah sakit?" Nevan yang merasa kasian pun mengajukan pertanyaan yang sama dengan sang ibu.

"Benar yah, ini aneh. Demam adek sudah hampir memasuki hari ke-3, dan demamnya tidak turun juga. Kenapa kita tidak membawanya ke rumah sakit? Dokter yang memeriksa adek juga terlihat mencurigakan, apakah ayah tidak akan memeriksanya?"

Ucapan panjang nan lebar dari Manaf  membuat Zargo tertegun. Sejenak ia merasa terpikirkan oleh dokter yang setiap hari datang memeriksa sang anak, dokter itu selalu mengatakan anak bungsunya hanya mengalami demam biasa saja. Dan Zargo pun hanya mengiyakan saja perkataan dokter itu, bodohnya ia mempercayakan begitu saja perkataan dokter itu.

"Ya, wajah dokter itu terlihat mencurigakan." Celetukan dari Rai membuat Zargo tersadar. Pria baya itu pun langsung mengecek demam bungsunya terlebih dahulu menggunakan termometer, dan beberapa menit menunggu termometer menunjukan demam Azkano tak normal karena angka yang terdapat di sana adalah 40° benar-benar tidak normal bagi yang mengalami demam biasa.

Langsung saja pria itu membungkus tubuh sang bungsu menggunakan selimut tebal yang dipakai Azkano. "Siapkan keperluan Adek selama dirumah sakit nanti, kalian siap-siap kita akan kerumah sakit." Lalu berjalan keluar dengan Azkano yang terbalut selimut dalam dekapannya.

Happiness for AzkanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang