Chapter 11: Antusias.

3K 192 1
                                    

Happy reading
Stay healthy and keep smiling

√√√

"Pagi." Ujar Manaf yang sedang menuruni tangga dengan Azkano di gendongannya.

Semua yang ada di meja makan menoleh menatap kedua orang yang baru saja turun itu. Yah lebih tepatnya menatap ke Azkano yang sedang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Manaf.

"Adeknya kenapa bang?" Tanya Keeyara tapi tangannya tidak berhenti menyusun piring di atas meja makan. Kenapa tidak minta bantuan maid? Karna Keeyara ingin turut membantu urusan keluarganya, ia tidak ingin terlalu bergantung terhadap maid.

Manaf pun duduk di sebelah Nevan dengan Azkano yang sudah berpindah di pangkuannya menghadap meja makan dengan kepala tertunduk.

"Adek pipinya masih sakit gak?" Tanya Nevan, tangannya terangkat mengelus rambut tebal sang adik. Mengelus kepala Azkano memang sudah menjadi candunya, dimana. Pun dan kapanpun itu ia akan mengelus kepala Azkano saat ada di dekatnya.

Zargo pun mengalihkan pandangannya ke Azkano begitu mendengar ucapan Nevan. Tadinya ia sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya namun begitu mendengar perkataan Nevan tentang sang bungsu ia segera mengalihkan perhatiannya.

"Pipi adek kenapa memangnya?" Ya, Zargo dan Keeyara belum tau. Yang sudah tau hanya Rai, Manaf, Nevan, dan tentunya Azkano. Lalu karna rambut Azkano yang panjang, dan kepala yang terus tertunduk. Zargo dan Keeyara pun jadi susah untuk melihat lukanya.

"Tuh.... Di cakar sama kulkas." Celetuk Nevan sembari menatap garang wajah Abang pertamanya yang duduk di bangku sebelah Manaf.

Manaf bangun memindahkan Azkano ke pangkuan sang kepala keluarga begitu di suruh oleh Zargo. Begitu Azkano berpindah ke pangkuannya Zargo segera mengangkat wajah Azkano dengan jari telunjuknya, ia melihat dua goresan kecil di kedua pipi merah alami Azkano.

"Sudah di obati?" Tanya nya pada Azkano dan di balas anggukan kecil oleh sang empunya wajah. Ia pun memerintahkan istrinya mengambilkan obat merah beserta kapasnya untuk mengobati kembali luka itu, semalam pun sudah di obati oleh Nevan sebelum tidur kembali.

Keeyara memberikan obat merah itu beserta kapasnya kepada sang suami. Dengan hati-hati Zargo mengobati kedua pipi anak bungsunya.

"Perih?" Azkano menggeleng pelan.

Yang lain pun hanya melihat saja apa yang dilakukan oleh sang kepala keluarga terhadap sang bungsu kesayangan.

Setelah selesai mereka pun memulai sarapan yang sempat sedikit tertunda itu Keeyara menaruh nasi di masing-masing piring anak dan suami nya.

"Adek mau apa lauknya?" Tanya Keeyara. Yang lain sudah mengambil lauk duluan bahkan sudah memulai sarapannya.

Azkano menatap lauk di meja makan, tangan kecilnya menunjuk sop ayam yang terlihat enak di matanya. Keeyara pun segera mengambilkan apa yang di mau sang bungsu.

Setelahnya mereka pun makan dengan hening, sesekali terdengar celutukan Nevan yang mencoba mencairkan suasana.

Di pertengahan makanya Azkano berhenyi menyuapkan nasi kemulutnya, ia mendongak menatap wajah rupawan sang ayah.

Ia mendekatkan wajahnya ke telinga sang ayah lalu berbisik....

"Ayah, itu siapa? Yang pake baju putih itu yah." Zargo mengangkat pandangannya menatap objek yang di maksud Azkano.

Happiness for AzkanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang