Chapter 17: Keluarga besar Nicholas I

2.2K 163 6
                                    

Happy reading
Stay healthy and keep smiling

√√√

"Dek bangun yok!" Nevan menusuk-nusuk pipi berisi milik Azkano dengan gemas. Bagaimana tidak gemas, bocah yang sedang bergelung dibawah selimut tebalnya itu tidur miring membelakangi sang abang—Nevan dengan pipi tertekan akibat bantal yang membuat bibir ranum milik bocah itu jadi maju dengan sedikit terbuka.

Nevan yang tak tahan dengan objek menggemaskan didepannya pun memeluk tubuh yang sedang tertidur nyenyak tanpa terganggu dengan mahkluk yang memeluk tubuhnya. Menciumi wajah itu dengan brutal.

Kenapa adiknya menggemaskan sekali?

Kira-kira itu yang ada dalam pikiran Nevan. Kadang Nevan juga merasa heran! Wajah adiknya itu lebih dominan cantik dibanding tampan, wajah dengan pipi bulat milik adiknya mirip sekali dengan sang bunda dibandingkan sang ayah. Padahal wajah Rai, Ardion, Manaf, dan Nevan lebih dominan wajah sang ayah—Zargo. Hanya Azkano yang wajahnya mirip sekali dengan Keeyara namun dalam versi cowok.

"Adek bangun yok! Ditungguin ayah loh, nanti adek ditinggal sarapan." Azkano melenguh merasa terganggu oleh Nevan yang masih gemas dengan pipinya.

Karena sang adik yang belum bangun juga Nevan pun mengambil jalan keluar. Pemuda tampan itu pun menggendong bocah menggemaskan yang sedari tadi tidak bangun-bangun, membawanya menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Azkano yang terlampau nyenyak tidak terganggu sedikit pun dengan kegiatan Nevan yang membasuh wajahnya dengan air dingin. Nevan menyerah!

Kaki panjang nan jenjangnya membawanya menuju meja makan untuk sarapan bersama dengan sang anak kecil digendongnya. Dimeja makan sudah terlihat ramai karena hari ini kelurga besar dari pihak ayahnya datang saat mengetahui bahwa bungsu dari Zargo sudah ditemukan. Beruntungnya Zargo tidak kena amuk dari seluruh keluarganya karena tidak memberitahu mereka saat bungsunya sudah kembali kepelukan mereka.

Nevan duduk disalah satu bangku kosong yang memang disediakan untuknya dengan Azkano yang masih tertidur di pangkuannya. Semua pasang mata mengarah kedua orang yang baru saja datang, suasana yang tadinya ramai akibat celotehan maupun obrolan lenyap digantikan dengan sunyi yang menyapa.

Pandangan mereka tidak teralih dari Nevan—Ralat dari objek yang berada dipangkuan pemuda tampan itu. Azkano terlihat menggemaskan sekali dengan mulut yang terbuka seakan mencari sesuatu.

Rai yang berada tepat duduk disebelah kanan Nevan pun berinisiatif mencari peralatan bayi yang pernah dibelinya waktu itu. Ia naik keatas menuju kamarnya dan tidak terlalu lama ia kembali lagi lalu duduk kembali disebelah kanan Sang adik—Nevan. Memasukan benda dengan gambar tiga bebek dibagian belakang kedalam mulut yang ssetengah terbuka itu.

"Arghh lucu sekali!!" Pekik salah seorang wanita dengan balutan dress cantik bermotif daun saat melihat goyangan pipi Azkano yang teratur menghisap sebuah pacifier berwarna hijau dan kuning.

"Kapan kau membelinya bang?" Suara Manaf menyapa. Anak ketiga dari pasangan Zargo dan Keeyara sedari tadi juga sudah menahan gemas untuk tidak mengunyel-ngunyel pipi berisi dengan rona kemerahan yang kontras dikulit seputih susu itu.

"Beberapa Minggu lalu." Jawab santai dari Rai dengan sepasang mata yang tak beralih dari sang adik bungsu. Entah kenapa ia jadi ingin mengoleksi banyak peralatan bayi untuk adiknya.

"Heh sekarang kau menjadi sangat posesif ya." Ujar seorang pria yang duduk tepat diseberang Rai, posisi duduk mereka kali ini diacak agar mereka bisa mengobrol satu sama lain dan mengakrabkan diri mereka. Namun yang pada dasarnya ada yang cuek, ada yang sedikit hiperaktif seperti Nevan, dan sifat lainnya yang sedikit bertolak belakang dengan mereka, membuat mereka sedikit kesusahan untuk mengobrol dengan yang beda sifat.

Happiness for AzkanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang